"Dek."
"Iya."
"Udah tidur. Matanya di tutup." Rio mengusap wajah Ify dengan maksud menutup mata istrinya. Rio sudah mulai salah tingkah sendiri karena sejak tadi Ify terus saja menatapnya.
Keduanya kini berada di satu ruangan dengan ukuran brankar yang lebih lebar. Sehingga mereka bisa tidur dengan sambil berpelukan. Selesai membersihkan diri, Ify langsung naik menyusul Rio di atas brangkar. Ify juga langsung masuk dalam pelukan Rio kemudian mendongak untuk menatap Rio tanpa bicara. Rio yang mulanya senang-senang saja dan membalas tatapan istrinya, lama-lama menjadi malu karena Ify seperti sedang meneliti setiap jengkal wajahnya.
"Nggak mau! Nanti tiba-tiba mas pergi." Ify membuka lagi matanya.
Rio terkekeh lalu mencium pipi Ify. "Mas mau pergi kemana?" Lalu menarik kepala Ify untuk di benamkan di dadanya.
"Enakan di sini pelukan sama kamu." Lanjut Rio mencium puncak kepala Ify.
Rina dan Ella belum datang karena masih sibuk mengajak Marsya bermain. Mencoba merayu gadis kecil itu agar tidak menganggap bahwa mereka orang jahat. Sedang Gabriel menemani Deva dan Obiet mengantar Arya untuk kembali ke kantor polisi. Soal Wahyu, hanya Marvin yang tahu bagaimana nasibnya sekarang.
"Lagian bukannya kamu yang lebih sering pergi ninggalin, mas." Tambah Rio mengingatkan di mana Ify yang sudah berulang kali melarikan diri darinya.
"Aku nggak akan pergi kalau mas nggak jahat bohongin aku." Balas Ify tetap tak mau di salahkan. Bagaimanapun keadaannya Ify merasa tidak pernah salah. Kalaupun salah, Ify akan mencari cara agar tidak salah.
"Dan mas nggak akan pergi kemana-mana. Mau kamu bohong atau nggak mas akan tetep ada di samping kamu."
Ify mengulum senyumnya yang ingin merekah. Untung saja Rio tidak menatapnya sekarang. "Ih nggak mau tahu! Pokoknya aku sayang sama mas Rio! Titik! Valid no debat!"
Rio tertawa kecil lalu mencium puncak kepala Ify dengan gemas. Kemudian beralih menenggelamkan wajahnya di leher Ify. Tempat ternyaman ketika dia memeluk istrinya.
"Kamu wangi banget." Gumam Rio dengan hidungnya yang kini menempel di leher Ify. Layaknya vampir yang menghisap darah korbannya, Rio menghirup aroma leher Ify dengan kuat Aroma yang kini membuat perasaannya membaik.
"Kan abis mandi." Ify menyahut pelan. Matanya terpejam menikmati sentuhan Rio.
"Mas Rio."
"Hm."
Ify diam cukup lama. Membuat Rio langsung menarik diri dan menatap Ify.
"Kenapa?" tanyanya melembut.
"Itu kemarin tentang pak Wahyu yang bilang kalau aku-" Ify menunduk. Merasa tidak enak hati untuk mengatakan bahwa semua harta warisan Satria di berikan pada anak mereka yang bahkan belum lahir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...