23. Decision

2.5K 205 72
                                    

Rio menoleh ke samping menatap Ify yang masih memejamkan mata. Dia menghentikan mobilnya yang kini sudah terparkir di basemen apartemen. Gabriel memang sudah menghubunginya untuk membawa Ify ke apartemennya selama dua hari ke depan. Oleh karena itu, Rio sengaja tidak melajukan mobilnya ke rumah Ify melainkan ke arah apartemennya. Rio tahu jika Ify sedang tidak benar-benar tertidur. Gadis itu hanya sengaja menghindari obrolan dengannya. Tapi karena Ify tidak mengajukan protes tentang kemana mobilnya melaju, Rio anggap Ify setuju.

"Dek."

Satu panggilan itu membuat Ify langsung membuka mata dan tersenyum. Karena posisi tidurnya menyamping ke arah Rio sehingga membuat mereka pun saling menatap. Memancing bibir Rio untuk tersenyum juga membalas Ify.

"Nggak marah, kan?"

Ify menggeleng pelan seraya mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut Rio. "Ify sayang sama mas."

Rio memejamkan mata merasakan sentuhan lembut tangan Ify di kepalanya. Dia bahagia, sangat bahagia melihat sikap Ify yang seperti ini. Tapi, entah kenapa Rio juga merasa takut. Takut dan bahagia di waktu yang bersamaan. Dan Rio hanya bisa menikmati semua perasaan itu sekarang. Yang terpenting bagi Rio adalah ada Ify di sampingnya.

"Mas juga." Rio meraih tangan Ify lalu di arahkan pada bibirnya. Ia cium cukup lama dengan tatapannya yang tak pernah ia alihkan dari tadi.

"Adem banget ya rasanya tiap kita ketemu nggak ada drama buat berantem."

Rio tersenyum kecil. "Siapa yang mulai?" tanyanya setelah melepas menjauhkan tangan Ify dari bibirnya.

"Mas lah siapa lagi? Yang jelas bukan aku!" Seru Ify langsung ngotot dan menarik tangannya dari gemggaman Rio.

"Yang marah-marah terus?"

"Itu kan gara-gara mas juga aku marah-marah. Kalau mas nggak nyebelin aku juga bisa kok jadi manis terus." Ify tetep nggak mau kalah karena dia memang nggak salah. Cuma Rio yang salah.

Rio tersenyum kecil, guna menunjukkan jika hatinya kini terasa lebih bahagia. Gadis bawelnya telah kembali. "Iya-iya semua salah mas." Dan Rio yang memang selalu mengalah.

Ify tersenyum puas seraya mengusap lagi rambut Rio. "Bagus. Kalau gini kan aku makin sayang," katanya lalu tertawa kecil. Senang saja rasanya bisa mengendalikan Rio.

"Tumben di usap-usap biasanya di jambak?" tanya Rio tidak bisa menutupi keheranannya.

Ify terkekeh. "Mau belajar buat nggak kurang ajar sama mas."

Sikap Ify malam ini terlalu menggemaskan di mata Rio. Hingga ia tak tahan jika hanya berdiam menatap gadisnya. "Kamu mau mas apain, dek?" pertanyaan aneh itu keluar saja dari bibir Rio.

"Emang mas mau apain aku?" Ify  balik tanya dengan seulas senyum menggoda.

Rio tersenyum seraya mencubit pelan pipi Ify. "Udah, ayo turun."

Ify menggeleng, dan membuat Rio mengernyit heran. "Nggak mau ke apart, mas?"

Ify menggeleng lagi.

Rio makin bingung. "Terus?"

"Gendong, aku sebenernya masih ngantuk. Tapi mas bangunin tadi."

Permintaan Ify memang selalu mampu membuat Rio terdiam sesaat. Lalu terkekeh karena selalu ada saja yang terlintas dalam benak gadisnya itu. Tidur darimana?

"Oke." Kata Rio lalu keluar mobil lebih dulu untuk menghampiri Ify.

"Di depan." Ify menepuk punggung Rio yang membelakanginya.

Rio langsung berdiri dan memutar tubuhnya menghadap Ify. Menyerahkan kunci mobilnya pada Ify lalu membungkuk dan mengangkat tubuh Ify dengan kedua tangannya sesuai permintaan gadis itu. Setelah dapat, Rio menutup pintu mobil mewahnya itu dengan kaki.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang