55. MARIO 2

1K 119 240
                                    

DOR!

"ARGH!"

TAK

Rio mengarahkan pistol pada salah satu anak buah Wahyu yang diam-diam ingin menembak Arya. Dan tembakan Rio, tepat mengenai tangan orang itu hingga membuat pistolnya jatuh begitu saja.

"Lo semua kumpul!" Tunjuk Rio pada sembilan anak buah Wahyu yang masih tersisa. Lalu menurutlah mereka.

"Duduk!" titah Rio lagi.

Mereka tidak langsung menurut dan secara kompak menatap Wahyu yang berdiri dengan gelisah seraya tak lepas mengawasi Arya.

"Tunggu apalagi? Kalian duduk!" sentak Wahyu saat melihat Arya kembali menunjukkan ancamannya. Wahyu tampak cemas melihat istrinya masih di tawan oleh Arya. Wahyu cemas karena istrinya ini menjadi sumber nyawanya. Anak dari boss mafia yang akan membuat hidup Wahyu terancam jika sesuatu terjadi pada istrinya itu.

"Keluarin semua senjata kalian. Lempar ke depan!"

Tanpa bantahan mereka semua mengikuti perintah Rio. Lalu munculah berbagai macam barang dari dalam jas mereka. Dari pisau, pistol, dan rantai besi.

DOR!

Rio menembak kaki Mona ketika melihat perempuan itu hendak pergi melarikan diri.

"Argh!" Mona terjatuh merintih kesakitan seraya memegangi betisnya yang tertembak. Tidak hanya Mona, tapi lebih dari dua puluh orang anak buah Wahyu kini berserekan tergeletak sambil mengeluh kesakitan di dalam gudang ini.

"Ikat kaki setiap orang di samping kalian." Kata Rio seraya melempar tali panjang yang tadi di gunakan untuk mengikat Marsya dan Ify. Mereka menurut lagi.

Rio lantas melihat Arya. Kemudian matanya tertuju pada borgol yang tergantung di pinggang pemuda itu. Rio mengambilnya lalu menarik tangan perempuan itu mendekat ke arah Wahyu.

"Lo berdua duduk!" Titah Rio. Setelah perintahnya di patuhin, Rio lantas memborgol tangan kanan Wahyu dan tangan kiri perempuan itu.

"Duduk di depan." Perintah Rio lagi. Dan Wahyu menurut tapi kedua matanya menatap tajam ke arah. Kini Wahyu beserta istrinya tengah duduk di depan sembilan anak buahnya.

"Jangan senang dulu kamu. Saya belum kalah!"

Rio membalas tatapan Wahyu tak kalah tajam. Tak ada senyum sinis di bibirnya. Menandakan betapa emosinya Rio saat ini.

"Di mana Meisya?" tanya Rio pelan. Dan itu terdengar lebih pada sebuah peringatan.

Wahyu tertawa puas. Dia baru ingat tentang perempuan yang tadi sudah di bunuhnya. "Meisya siapa?"

DOR!

"Argh! Ma-rio kamu gi-la!"

"Sayang!" Perempuan itu berteriak histeris. Dia semakin ketakutan melihat luka tembak mengenai bahu Wahyu.

"Jawab atau sekarang giliran istri lo." Tajam Rio menunjukkan bagaimana diri seorang Mario yang sebenarnya.

Arya menatap Rio yang kini sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun selain kemarahan. Dia, belum pernah melihat Rio yang seperti ini. Terasa dingin dan sama sekali tak tersentuh. Hal itu membuatnya tersenyum sinis menatap Wahyu. Merasa kasihan pada laki-laki tua itu karena sudah memilih lawan yang salah.

Wahyu terkekeh, "Untuk apa? Dia udah nggak akan bisa kamu sela-"

"JAWAB!"

DOR!

"ARGH!" Wahyu mengerang kesakitan lagi karena Rio baru saja menembak pahanya.

"Sayang. Udah jawab aja." Isak perempuan itu tak tega melihat Wahyu kesakitan.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang