10. MARIO 2

1K 99 60
                                    

Ify sebenarnya tidak tahu siapa yang mengejarnya saat ini. Ify hanya menebak jika ada seseorang yang tengah berjalan mendekat ke arahnya dan Ella tadi. Seseorang yang Ify lihat dari jendela kaca salah satu rumah di komplek ini. Seseorang yang baru saja keluar dari post satpam. Dan yang membuat Ify kaget sekaligus takut saat itu adalah dua satpam dalam post itu terlihat tidak sadarkan diri. Di tengah rasa paniknya, Ify hanya bisa berpikir untuk segera menyuruh Ella lari.

Ify sengaja lari dengan arah berlawanan agar Ella bisa terbebas dari orang itu. Karena Ify menduga jika yang di ikuti oleh orang itu pastilah dirinya. Dan Ify bersyukur karena sekarang, orang itu berlari mengejarnya. Keadaan di sekitar komplek cukup gelap dan sepi. Semua pintu rumah tertutup dan itu membuat keadaan semakin terasa mencekam. Ify terus berlari tanpa melihat ke belakang. Ify bisa merasakan langkah lebar terus mengikutinya sekarang. Membuat jantung Ify yang sudah berdetak kencang karena efeknya berlari menjadi semakin kencang.

Ify tahu, seharusnya dia berlari menuju rumah mertuanya sekarang. Itulah yang harusnya Ify lakukan. Tapi Ify terlalu bingung dan gugup sehingga lupa arah jalan menuju rumah itu. Terlebih dengan luasnya komplek perumahan ini yang masih terasa asing untuknya.

"AKH!" Pekiknya terjatuh. Ify langsung menolehkan kepalanya ke belakang. Kedua matanya membulat gugup melihat orang itu ternyata sudah berdiri tepat di sana. Orang itu tersenyum lalu perlahan membuka tudung hodie yang sedari tadi menutupi kepalanya.

"Lo-" Ify tidak percaya dengan apa yang saat ini dia lihat. Ify tidak menyangka jika ternyata orang yang mengejarnya sedari tadi adalah-

"Long time no see, honey."

"Mau apa lo?" sentak Ify menyampar tangan orang itu yang ingin menyentuh wajahnya. Orang itu tengah berjongkok di depannya dengan senyum yang membuat Ify muak. "Ash." Ify merintih kesakitan saat  berusaha berdiri pergelangan kakinya terasa sakit luar biasa.

Orang itu terkekeh pelan lalu menatap pergelangan kaki Ify. Tidak terlalu terlihat ada memar di sana karena tak banyak lampu yang menerangi daerah sekitar.

"Makanya jangan pake acara lari-lari segala. Gue cuma mau ngomong sama lo baik-baik, kok."

Ify menajamkan tatapannya. Ia ingin menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak takut sekarang. "Dengan nyelakain orang lain itu yang lo bilang baik?" sindir Ify lalu berusaha berdiri tapi gagal. Ify sampai kesal sendiri pada kakinya yang tidak bisa di ajak kerja sama.

"Biar mereka nggak ganggu kita nanti." Orang itu tersenyum lalu mendekatkan wajahnya. "Lo pinter banget nyuruh Ella pergi tadi."

Ify mendengus kesal seraya mengalihkan wajahnya. "Jangan berani lo nyentuh gue!" desisnya setelah berhasil menyentak kedua tangan orang itu yang ingin meraih bahunya.

"Gue cuma mau bantu lo berdiri."

"Nggak perlu!" Sahut Ify dingin. Tak gentar menunjukkan wajah menantangnya.

Orang itu tersenyum sinis lalu dengan satu gerakan cepat, dia mencengkeram kuat satu lengan Ify. "Gue masih bersikap baik, Fy. Atau lo mau gue paksa?" bisiknya tajam. Bahkan wajah ramahnya tadi sekarang berubah dingin. Menunjukkan bahwa jika dia mau, dia bisa melakukan apapun pada Ify sekarang.

"Gue bakal teriak kalau lo berani macem-macem."

Orang itu tersenyum remeh. "Sebelum itu, gue bisa bikin lo pingsan."

"Brengsek!"

Dia terkekeh senang. "Lo selalu manis kalau ngumpat, Fy."

"Mau lo apa?" tanya Ify langsung. Dia tak ingin terlalu banyak basa-basi dengan orang ini.

"Entahlah." Orang itu menjawab dengan senyum sambil terus menatap lekat wajah Ify. Wajah kini seakan ingin menghancurkannya. Tapi baginya, kemarahan yang terpancar jelas di sana, justru membuat Ify terlihat semakin manis.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang