Saat memasuki ruang kerja Marvin, Rio langsung melihat sang papa duduk di kursi kerjanya. Sedang di depan meja Marvin, ada Marshell yang berdiri di sana. Rio menghela pelan lalu berjalan mendekat. Berdiri di samping Marshell. Keduanya tidak saling menatap ataupun menyapa.
"Jadi siapa yang mau menjelaskan masalah tadi? Papa udah denger dari Ella. Dan sekarang papa mau denger dari sudut pandang kalian berdua." Kata Marvin penuh ketegasan. Ini kali pertama melihat kedua putranya bertengkar. Tentu Marvin tidak ingin bertindak gegabah yang justru menyakiti keduanya jika saja dia berperilaku tidak adil.
"Rio yang salah, pa."
"Marshell yang salah, pa."
Dua-duanya berbicara secara bersamaan. Membuat Marvin tersenyum di tempatnya. Sementara Rio dan Marshell saling menatap dengan ekspresi kaget. Lalu keduanya terkekeh pelan.
"Jadi?" Simpul Marvin menatap kedua putranya secara bergantian.
Rio menarik nafas panjang. Kemudian menggerakkan kedua kakinya menghadap Marshell. "Maaf kak. Tadi gue udah main mukul lo aja karena emosi." Rio sudah berjanji pada Ify untuk minta maaf dan memperbaiki hubungannya dengan Marshell. Selain itu juga Rio sadar, tidak seharusnya dia marah tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Gue juga. Maaf udah bikin lo kecewa." Marshell menyambut uluran tangan sang adik.
Rio mengangguk saja.
"Karena kalian udah baikan. Gimana kalau kita bahas siapa yang akan mengganti guci mama yang sudah pecah itu?"
Rio menghadap Marvin lagi begitu juga Marshell yang masih memakai baju kantor karena saat pulang tadi dia belum sempat mandi. Marvin yang melihatnya langsung meminta Marshell ke ruang kerjanya.
"Marshell aja, pa."
"Nggak. Rio aja, pa. Tadi Rio yang mukul kak Marshell dan nggak sengaja kena guci mama." Jelas Rio dengan nada tegas dan datar.
"Gue aja, Yo. Lagian tadi guci itu nggak sengaja kena tangan gue. Bukan sepenuhnya karena lo mukul gue."
"Tetep aja kak, gara-gara gue mukul lo-"
"Udah-udah. Kenapa malah debat padahal solusinya gampang. Kalian berdua tinggal patungan aja. Clear, kan?" Jelas Marvin menengahi.
"Kalau gitu kenapa papa nanya segala tadi?" Sahut Marshell setengah sewot. Dia pikir Marvin bertanya itu agar salah satu dari mereka harus bertanggung jawab. Kalau soal patungan, Marshell yakin bisa membahasnya sendiri dengan Rio.
"Mau mastiin aja kalau kalian nggak lari dari tanggung jawab. Tapi nggak perlu kalian ganti. Biar papa aja nanti yang beli." Kata Marvin dengan santainya sambil tersenyum manis tanpa dosa.
Rio dan Marshell saling pandang kemudian menghela secara bersama.
"Jadi tujuan kita ke sini apa, pa?" Rio merasa tidak rela meninggalkan Ify hanya untuk menghadapi papanya yang super ajaib ini.
"Nggak apa-apa. Papa cuma pengen lihat kalian baikan aja."
"Tahu gitu Marshell mandi dulu. Kirain papa bakal ngomel atau apa tahunya cuma gini doang." Marshell ngedumel. Sementara Marvin terkekeh. Rio menghela sabar. Jadi karena ini, kegiatannya harus terpotong?
"Kayak nggak ada waktu aja sih, pa. Malam kan kita juga kumpul." Lanjut Marshell. Saat mengikuti Marvin keruang kerja tadi, dia benar-benar berpikir jika Marvin akan menceramahinya habis-habisan.
"Udah kan, pa? Rio balik ke kamar dulu."
"Marshell juga."
"Nggak mau ngobrol sama papa dulu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...