36. Promise

1.9K 159 37
                                    


"PAPA!" Rio menghentikan suapannya lalu menoleh. Terlihatlah Marsya tengah berlari ke arahnya. Di susul Meisya juga yang tampak khawatir di belakang mengikuti putrinya.

"Acha, jangan lari sayang nanti jatuh." Seru Meisya memperingatkan. Namun ucapan itu sama sekali tak Marsya pedulikan dan terus berlari dengan kaki kecilnya menuju sang papa.

HAP!

Rio menjeda kegiatan makannya lalu berjalan pelan mendekat Marsya dan langsung menggendong putrinya itu.

"Papa, Acha kangen. Papa kemana aja? Kenapa nggak pelnah temui Acha lagi."

"Hai Yo." Sapa Meisya dengan helaan panjang. Lega karena Marsya sudah berada di tangan yang aman. Rio mengangguk saja lalu mencium pipi Marsya gemas.

"Maaf ya, papa masih banyak kerjaan jadi nggak sempet ketemu Acha." Dusta Rio. Karena tidak mungkin Rio mengatakan jika dirinya sedang galau karena di tinggal Ify.

"Iya udah yang penting cekalang Acha udah ketemu papa." Seru Marsya senang seraya memeluk leher Rio. Lalu menciumi wajah Rio. Dari pipi hidung kening hingga bibir. Membuat Rio terkekeh dan membalas perbuatan putrinya.

"Lo sakit apa, Yo?" Tanya Meisya menyela saat menyadari Rio memakai seragam rumah sakit di balik sweater hitamnya.

"Ada insiden kecil." Jawab Rio seadanya. Lalu pandangan Rio beralih ke arah Ify yang sudah berdiri dan tersenyum ke arahnya. Menjelaskan bahwa Rio tidak perlu khwatir karena dia baik-baik saja sekarang. Tapi meski begitu, Rio tetap saja cemas.

"Ada bunda Ify juga di sini. Acha mau ketemu, nggak?"

Marsya tersenyum senang sambil mengangguk. "Mau papa. Oh ya Acha pelnah ke lumah bunda Ify di ajak sama mama. Di lumah bunda Ify ada kolam ikanya lho pa. Acha main di sana ikannya banyak banget telus juga ikannya walna walni." Cerita Marsya penuh semangat.

"Oh ya? Nanti deh kapan-kapan papa juga main ke rumah bunda."

"Ajak Acha juga ya, pa?"

"Siap!"

"Acha sayang papa." Lagi, Acha memeluk leher Rio.

"Halo bunda." Seru Acha melambaikan tangannnya pada Ify. Ify yang tadi termenung seketika mengerjap menatap Marsya. Dia masih belum terbiasa mendapat panggilan itu dari Acha.

"Ha-hai Acha." Ify memejamkan matanya sesaat. Merutuki sikapnya sendiri yang terlihat canggung sekali. Kemudian berusaha tersenyum untuk mengalihkan perasaannya.

"Kok Acha ada di sini? Siapa yang sakit?" Tanya Ify. Tidak tahu kenapa hanya itu yang terlintas di benaknya. Pertanyaan yang juga mewakili Rio saat ini.

"Acha bunda. Acha sakit panas kemalin." Jawab Marsya setengah bercerita. Dan mendapat anggukan persetujuan dari Meisya.

"Hai mbak." Ify tersenyum canggung beralih menatap Meisya yang mengambil tempat duduk di sebelahnya. Sementara Rio di seberang bersama Acha kembali melahap makannya. Entah kenapa Ify seperti tengah berada di situasi bertemu dengan istri pertama Rio. Ya memang kenyataannya begitu sih. Tapi kan mereka bukan suami istri lagi.

"Hai Fy." Balas Meisya tak kalah canggung.

"Acha sama mama dulu sini. Papa mau makan tuh." Meisya berdiri sebentar.

"Nggak mau. Mau sama papa." Tolak Marsya keras tak mau pindah dari pangkuan Rio.

"Nggak apa-apa, Mei. Gue bisa." Rio beralih menatap Marsya yang tampak senang.

"Marsya sakit apa?" Tanya Rio mendongak lagi pada Meisya.

"Batuk sama pilek. Kayaknya karena kebanyakan makan eskrim."

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang