Satu minggu berlalu sejak pertengkaran mereka malam itu. Sampai saat ini, Rio masih belum menemuinya. Mengartikan bahwa Rio memang masih sepenuhnya belum bisa jujur padanya. Ify kecewa? Tentu saja. Serumit apa hubungan mereka hingga Rio sulit untuk sekedar mengatakan semua padanya? Ify bingung harus menebak bagaimana. Karena sedikitpun tak ada alur yang bisa Ify buat dalam benaknya.
Selama satu minggu penuh, Rio benar-benar tidak menemuinya sama sekali. Main ke rumah pun tidak. Bunda sampai bertanya pada Ify kenapa Rio sudah tidak pernah lagi main ke rumah. Padahal beberapa minggu kemarin Rio memang sering mampir saat pulang kerja. Sekedar makan malam bersama lalu pulang setelah mengobrol dengannya.
Ify menghela panjang. Memikirkan hal itu, membuat Ify ingat pada Rio. Yang berujung dia merindukan pemuda itu. Sakit, kecewa, terluka, marah, kesal tentu masih ia rasakan yang tentu juga masih tak sebanding dengan rasa cintanya yang sudah semakin tumbuh. Sakit yang mungkin baru pertama kali Ify rasakan hanya karena merindukan seseorang. Membuat Ify bingung harus bagaimana mengendalikan perasaannya.
'Kangen mas. Mas nggak kangen ya sama Ify? Rahasianya separah apa sih sampe bisa ngalahin perasaan mas buat cerita sama Ify?' Setiap kali sendiri, setiap akan tidur, setiaap bangun, Ify selalu bertanya seperti itu dalam hati. Guna meredakan rasa sesak di dadanya, Ify berusaha jujur pada dirinya sendiri. Tidak ingin mengelak jika dia memang merindukan sikap cuek dan wajah datar kekasihnya.
Dulu, saat mengetahui Irvan selingkuh saja, Ify tidak merasakan hal ini. Tidak merasa sesakit ini, dan merasa kehilangan hingga membuatnya ketakutan setengah mati.
"Kamu masih marahan sama Rio, ya?" Tanya bunda.
"Nggak kok, bun." Jawab Ify terpaksa berbohong karena tidak mau jika bunda justru kepikiran juga. Dia sedang menikmati sarapan paginya sebelum berangkat mengajar. Gabriel sudah berangkat sejak jam tujuh pagi tadi. Tidak bisa mengantar Ify karena ada meeting dadakan di kantornya. Memang ada ya meeting dadakan?
"Kamu itu anak bunda lho, Fy."
"Ya iya masa anak bu Marni tetangga sebelah, bun. Orang Ify cantiknya kayak bunda gini kok." Ify tertawa kecil ketika bunda menjitak kepalanya. Pelan, dan sama sekali tidak sakit. Bahkan seperti usapan. Sebab, bunda memang tidak pernah sedikitpun main tangan atau bahkan bicara kasar padanya. Mau sebandel apapun dia dulu, bunda hanya diam sambil menatapnya kemudian menangis. Pernah saat kelas tiga SMP Ify pulang dalam keadaan penuh luka di wajahnya karena habis bertengkar dengan temannya. Masalah sepele, hanya karena cowoknya mengobrol dengan Ify di kantin, itu juga cowoknya yang nyamperin.
Tapi Ify yang di hina dengan alasan telah merebut pacar. Karena tidak terima tentu saja Ify melawan. Dan berujung mereka bertengkar hingga mendapat hukuman dari sekolah. Bunda juga harus menemui kepala sekolah. Itulah sebabnya, sebisa mungkin Ify tidak ingin bunda tahu akan masalah yang ia hadapi. Sungguh, tangis bunda adalah luka paling dalam yang Ify rasakan.
"Kenapa, nak?"
Kan, siapa yang tidak ingin menangis di tanya oleh ibu kandungnya sendiri seperti itu. Rasanya Ify ingin meminta perlindungan untuk kesakitan hatinya. Terlebih, sekarang rasa rindu dan sakitnya pada Rio bercampur menjadi satu. Yang entah, Ify tak tahu harus bagaimana mengendalikannya.
"Nggak apa-apa bunda." Jawab Ify setelah berhasil menguasai perasaannya dengan sempurna. Tersenyum ke arah bunda yang duduk di samping, menemaninya sarapan. Bunda memang selalu begitu, tidak pernah membiarkan Ify makan sendiri. Sekalipun bunda sudah makan atau belum lapar, ketika melihatnya atau Gabriel ingin makan, bunda pasti siap siaga menemani. Katanya, yang bisa di lakukan cuma menemani anak-anak bunda.
"Masih susah buat jujur sama bunda, ya?"
Bunda hari ini kenapa jadi terlihat ingin sekali mengoreknya? Padahal, biasanya setiap kali Ify mengatakan tidak apa-apa bunda, pasti bunda langsung merespon dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...