8. MARIO 2

1.4K 118 77
                                    

Ify bohong. Dia sebenarnya tidak sedang di rumah bersama Gabriel. Melainkan di rumah mertuanya. Tepatnya orang tua Rio. Tadi, Ify tengah bersama Rina menyiapkan makan malam setelah keduanya selesai masak. Ify yang baru mengaktifkan ponselnya setelah semua pekerjaannya selesai, tentu saja terkejut melihat pesan yang baru saja masuk. Pesan itu berisi foto Rio tengah di peluk oleh seorang perempuan. Ify yang memang sejak tadi berusaha mengenyahkan pikiran buruknya seketika menjadi lebih overthingking lagi. Dia percaya sama Rio tapi juga kesal di saat yang bersamaan.

Ify bisa keluar dari apartemen dengan mudah juga karena tadi minta di jemput oleh Ella. Membuat kedua satpam itu tak bisa melawan ataupun melarang Ify untuk pergi.

"Kenapa sayang mukanya murung gitu?" tanya Rina melihat wajah suram Ify yang tengah berjalan menuruni tangga. Menantunya itu tadi pamit sebentar untuk ke kamarnya. Dan tentu saja Rina kaget melihat Ify yang kini keluar dengan wajah sedih. Membuat Rina khawatir.

"Nggak apa-apa, ma." Ify menggeleng berusaha menampilkan senyumnya.

Rina tersenyum lembut seraya mengusap rambut Ify yang terurai. "Lagi berantem sama masmu?"

"Heh? Eng-gak kok, ma." Kilah Ify berusaha menampilkan senyumnya.

Rina menatap Ify dalam. "Jangan bohong sama mama, sayang. Dan coba mama tebak, pasti kamu nggak ngasih tahu Rio kalau lagi ada di sini."

Ify tak bisa menahan rasa kagetnya. Dia menoleh menatap Rina dengan raut wajah terkejut. Kedua matanya reflek membulat tanpa bisa ia kendalikan. Ba-bagaimana mama Rina bisa tahu? Setransparan itukah wajah Ify saat ini?

Reaksi yang tentu saja membuat Rina tersenyum geli. Menantunya ini menggemaskan sekali.

"K-kok mama bisa tahu?" tanya Ify gugup. Bukan karena takut ketahuan oleh Rina. Tapi Ify lebih ngeri jika saja Rio tahu ternyata dia sedang berada di sini.

Rina menarik tangan Ify lalu di bawanya ke teras belakang. Keduaya duduk bersebelahan di sana.

"Rio nyakitin kamu, ya?" tanya Rina menatap Ify dengan lembut. Terdengar tulus sekali pertanyaan itu. Ify bahkan bisa menangkap ada nada penyesalan di sana.

Ify sontak menggeleng tegas. Tidak! Bukan seperti itu. Rio bahkan terlalu sempurna untuk Ify. Ify bahkan merasa kesabaran suaminya itu tidak ada duanya. Justru yang bermasalah di sini adalah dirinya.

"Nggak, ma. Mas Rio nggak pernah nyakitin Ify. Ify lagi mood swings aja. Jadi agak kesel sama mas Rio." Ify menghela pelan. "Justru Ify yang selalu repotin mas Rio, ma." Lanjut Ify menundukkan kepalanya dengan raut sedih.

"Nggak ada istilah ngrepotin dalam hubungan suami istri, sayang."

"Tapi kenyataannya gitu, ma. Mas Rio tuh sabar banget ngadepin Ify. Tapi Ify selalu aja curigaan. Suka kesel terus marah-marah nggak jelas." Ify perlahan mendongak dan menatap Rina dengan wajahnya yang menyendu. Kedua matanya tampak berkaca-kaca yang siap mengalir dengan satu kedipan saja.

"Ma, gimana kalau suatu saat nanti mas Rio capek ngadepin sikap Ify? Gimana kalau sikap kekanakan Ify buat mas Rio jadi benci sama Ify? Ify takut, ma."

Rina tak lepas menatap menantunya dengan sorot mata lembutnya. Tangan kanannya terulur mengusap air mata yang baru saja mengalir di wajah Ify.

"Mama yakin itu nggak akan pernah terjadi, sayang. Mama tahu gimana Rio yang sangat menyayangi kamu. Kesabarannya itu juga bentuk dari dia menjaga kamu. Dia nggak mau kehilangan kamu, semua hal yang dia lakuin bukan karena terpaksa. Yang artinya, anak mama itu bener-bener cinta mati sama kamu. Dan dia juga nggak akan pernah lelah untuk melakukan apapun agar kamu tetap bersamanya."

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang