"Mas kok sepi? Kayak rumah hantu gitu jadinya." Ify menatap ngeri sebuah rumah mewah yang terlihat sudah lama sekali tak di tempati. Masa iya ini rumah keluarga Rio. Keluarga yang mana, ya? Dari pihak mama atau papa? Tapi kalau Ify perhatiin rumah ini jelas-jelas tidak berpenghuni. Tapi lagi, kenapa satpam di komplek perumahan ini terlihat mengenal Rio. Bahkan sepertinya menganggap kalau Rio adalah salah satu penghuni lama di komplek ini.
"Mas aku bingung masa." Gumam Ify menyerah pada pikirannya sendiri.
Rio yang mendengarpun terkekeh. "Ayo turun!" ajaknya kemudian keluar terlebih dahulu. Dengan cepat Ify pun mengikuti Rio. Hem, seperti perumahan pada umumnya yang pasti tidak banyak orang berlalu lalang di luar rumah. Terlebih siang hari begini.
"Duduk sini." Rio menepuk bangku panjang yang baru saja ia duduki agar Ify segera duduk di sampingnya.
"Dulu, aku sama Meisya selalu belajar di sini."
Ify menoleh sengit. "Jadi, mas ngajak aku ke sini buat cerita tentang kenangan mas sama Meisya?"
"Hm." Rio mengangguk tanpa beban.
Ify pun seketika berdiri menatap Rio murka. Apa maksudnya coba? "Nggak! Nggak perlu! Aku nggak mau denger dan nggak mau tahu juga." Ify tidak akan mau mendengar kisah manis mereka dulu.
"Kenapa?" Rio menarik tangan Ify yang hendak pergi.
"Pikir aja sendiri! Udah ah aku mau pulang aja!" Sentak Ify. Dia tidak akan berusaha sabar jika sedang cemburu seperti ini. Rio benar-benar menyebalkan. Masa iya mengenang sang mantan istri dengan calon istri. Lucu sekali!
"Bukan cuma tentang Meisya, tapi juga orang tua kandung, mas." Jelas Rio berusaha menghilangkan kecurigaan Ify. Menghapus kesalah pahaman tentangnya di pikiran gadis itu.
Ify pun berhenti menggerakkan tangannya yang tadi minta di lepaskan. "O-orang tua kandung mas? Mama papa? Atau gimana?" tanya Ify terbata. Kaget tapi masih tidak bisa mencerna dengan baik maksud ucapan Rio.
"Duduk dulu." Dengan pelan Rio menarik tangan Ify agar duduk di sampingnya lagi.
"Orang tua kandung mas gimana maksudnya? Terus mama sama papa itu-"
"Bukan orang tua mas yang sebenarnya." Sela Rio pelan. Tersimpan banyaknya goresan luka di setiap nada yang terselip di sana.
"Te-terus?" Tenggorokan Ify tercekat. Ify terkejut bukan main yang bahkan kedua tangannya kini gemetar.
Rio menoleh dan tersenyum seraya meremas kedua tangan Ify dalam genggamannya. "Ibu mas itu adik kembar mama. Dulu beliau menikah dengan seorang laki-laki bernama Satria. Tapi, pernikahan mereka nggak mendapat restu dari pihak ibu. Sehingga ibu langsung di usir dari rumah dan nggak di anggap anak lagi." Rio menjeda ceritanya. Sambil sesekali menatap Ify yang tetap diam menunggunya.
"Awal kehidupan mereka sangat harmonis. Mereka saling mencintai dan mendukung satu sama lain. Hingga rumah tangga mereka menjadi sempurna saat ibu di nyatakan hamil. Saat itu Satria memilih resign dari perusahaannya karena kerjaannya yang sering keluar kota nggak memungkin buat ninggalin ibu dalam keadaan hamil. Akhirnya Satria membuka usaha baru. Membuka perusahaan percetakan yang lambat laun semakin berkembang. Dan ketika anak mereka lahir, mereka berdua memutuskan untuk pindah dari rumah lama ke tempat ini." Rio menatap rumah yang dulu menjadi saksi hidupnya semasa kecil.
"Semua berjalan lancar. Satria semakin sibuk karena perusahaan semakin berjaya. Bahkan mampu membangun anak perusahaan di berbagai kota. Tidak sampai di sana, Satria juga mulai berusaha merintis untuk membangun sebuah hotel. Sejak saat itu, Satria semakin berambisi untuk menuju kesuksesan yang lebih dan lebih. Ingin menunjukkan kepada keluarga ibu bahwa dia bukan pecundang. Dia bukan laki-laki miskin lagi dan bisa di andalkan." Rio berhenti sejenak. Seakan butuh banyak tenaga untuk melanjutkan ceritanya di bagian ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...