49. MARIO 2

857 104 160
                                    

Gabriel terkekeh membaca balasan pesan Ify. Dia memang sengaja mengirim foto yang baru saja di ambilnya secara diam-diam. Bukan maksud Gabriel ingin menggoda Ify dalam situasi seperti ini. Hanya saja, Gabriel ingin membuat Ify pelan-pelan bisa menerima Rio lagi.

"Gue denger-denger, ada yang lagi pdkt nih." Sindir Alvin saat baru saja bermain, dia tak sengaja melihat Gabriel tersenyum sendiri sambil menatap ponselnya.

Leon tersenyum kecil mendengarkan godaan Alvin. Sambil fokus pada bola yang akan di dorongnya. "Nice!" seru Leon berhasil memasukkan dua bola. Lalu dengan semangat dia bermain lagi.

Alvin menoel pinggang Gabriel karena tak merespon.

"Apaan." Tanggap Gabriel tetap memperhatikan permainan Leon.

"Sial!" Leon berhasil memasukkan bola putih. Dan itu cukup membuat Gabriel terkekeh karena giliran dia untuk bermain.

"Apaan-apaan. Gue lihat lo senyum-senyum sendiri tadi lihat hp. Hayoloh siapa-siapa? Shilla, ya?" Sok tahu sekali ternyata Alvin.

Gabriel berdiri tegak dan menatap Alvin lelah. Dia gagal memasukkan bola dan giliran Rio yang sekarang bermain. "Gue baca pesan dari Ify tadi."

Alvin menatap Gabriel kaget. "Lo nggak jatuh cinta sama adik lo sendiri, kan?"

TAK

Rio yang kebetulan berjalan ke arah Alvin mengikuti bola putih langsung mendaratkan stiknya ke kepala Alvin.

Leon tertawa sambil mengolesi ujung stiknya dengan chalk sedang Gabriel terkekeh di tempatnya. "Jangan sembarangan kalau ngomong makanya." Kata Gabriel.

"Sadis lo tan sumpah!"

Rio tak peduli tetap fokus melanjutkan permainannya. Setelah tadi dua kali berhasil. Kali ini Rio gagal hingga membuat Alvin mendapat giliran. Sambil menunggu, Rio mengolesi ujung stiknya dengan chalk yang tersedia.

"Jadi Ify kirim apa sampe lo senyum-senyum gitu." Tanya Alvin masih kepo lalu mendorong stiknya hingga membuat bola putih berhasil menggelinding dan menerjang bola berwarna merah dengan nomor berapa kurang jelas tapi sayang tidak masuk.

"Nggak apa-apa. Lucu aja dia." Jelas Gabriel seadanya. Dan penjelasan seadaanya itu membuat Rio yang mendengar reflek menahan nafas. Dia merindukan kelucuan istrinya.

"Kenapa sih, Ify mesti ketemunya sama Rio dulu. Coba sama gue." Kata Leon tanpa dosa. Dan dia tersenyum saja ketika mendapati Rio yang langsung menatap tajam ke arahnya. Menggoda Rio memang hal yang menyenangkan untuk mereka. Apalagi mengenai istrinya. Karena memang hanya karena Ify Rio bisa memberikan reaksi. Jadi, tidak apa-apa. Setidaknya, dengan itu Rio bisa menunjukkan bahwa dia adalah manusia yang bisa berekspresi atau bereaksi. Bukan seperti patung di beri nyawa yang jika di pukulpun hanya menampilkan wajah datarnya.

"Mungkin lo langsung di kejar sama dia." Sambung Alvin tanpa maksud memanasi. Dia hanya berpendapat jujur jika mengingat bagaimana reaksi Ify saat pertama kali melihat Leon pasti akan seperti itu kejadiannya. Iya, kan?

Leon tersenyum senang mendengar itu. "Asik juga kayaknya punya cewek kayak dia. Nggak bosenin. Seru lagi anaknya."

TAK

Rio menghentakkan stiknya di lantai lalu menatap Leon dengan wajah penuh tantangan. Hingga membuat semua terdiam lalu tertawa.

"Nggak Yo, nggak. Canda gue. Abisnya muka lo lempeng mulu daritadi." Jelas Leon terkekeh yang memang sejak tadi memperhatikan Rio. Gabriel mengabaikan mereka lalu lanjut bermain karena sudah gilirannya.

"Tapi mustahil lo bisa ngalahin Rio soal siapa yang lebih dulu ketemu." Alvin tersenyum bangga karena bisa membela Rio. "Lo nggak akan pernah bisa menang." Lanjutnya tersenyum penuh arti. Karena sejarah itu hanya Rio dan Alvin yang tahu.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang