14. MARIO 2

957 109 119
                                    

"Kak Radit." Cicit Ajeng langsung berdiri dari duduknya. Dia sama sekali tidak menyangka Radit bisa berada di tempat ini. Apa Radit selama ini masih mengikutinya?

Ify dan Rio juga kontan berdiri dan memutar tubuhnya menghadap orang yang kini berjalan mendekat ke arah tempat mereka.

"Ayo pulang!" Laki-laki yang Ajeng sebut kak Radit tadi langsung mencengkeram tangannya.

"Nggak! Aku nggak mau pulang sama kamu!" Ajeng menolak keras seraya berusaha berontak.

"Pulang, Ajeng!"

"Nggak mau!"

Radit menajamkan tatapannya sedang Ajeng tak gentar membalas. "Berani bantah gue lo ya sekarang?" desisnya bengis.

"Setelah semua yang gue lakuin, ini balesan lo?" lanjut Radit membentak.

Tatapan tajam Ajeng meredup. Dia baru ingat di sini ada Rio. Maka secara otomatis Ajeng merubah wajahnya menjadi sesedih mungkin. "Kamu yang buat aku jadi gini, kak." Lirih Ajeng hampir menangis.

Radit menatap Ajeng aneh yang terlihat tidak seperti biasanya. "Lo kenapa, sih?"

"Kita udah putus, kak. Dan aku mohon kamu jangan ganggu aku lagi."

Radit tersenyum sinis. "Sejak kapan kita putus? Lo yang selalu lari tiap kita ada masalah. Sekarang ayo ikut gue pulang!"

"Nggak!" Tolak Ajeng berusaha melepaskan diri tapi tidak bisa larena tenaganya tidak sekuat itu.

"Maaf pak. Jangan buat keributan di sini, kami mohon anda keluar." Seorang satpam datang bermaksud menegur dengan baik karena tidak ingin pengunjung lain merasa terganggu.

"Bacot lo!" Bentak Radit pada sang satpam. Lalu pandangan Radit beralih ke Ajeng lagi.

"Pak jangan paksa kalau mbaknya nggak mau." Si satpam tampak kebingungan harus berbuat apa. Di sisi lain dia takut jika harus ikut campur. Di sisi lain dia juga berkewajiban membuat tempat ini aman.

"Pulang!" Radit tak peduli dengan teguran satpam itu dan kembali menarik tangan Ajeng.

"Nggak mau!" tolak Ajeng memekik kencang.

"Berani lo lawan gue?"

"Iya. Emang kenapa aku harus takut sama kamu?!" tantang Ajeng tak gentar.

"Kurang ajar!"

PLAK

Semua yang ada seketika membulat tak percaya. Terutama Ify yang sampai tubuhnya telonjak dan mencengkeram lengan Rio.

"Mas." Lirih Ify merasakan Rio bergerak maju. Rio berusaha melepas lengannya dari pelukan Ify. Menatap lembut istrinya dan meyakinkan semua akan baik-baik saja.

Setelah melihat Ify mengangguk, Rio berjalan mendekat ke arah Radit yang masih berusaha menarik lengan Ajeng dengan paksa. Rio berjalan pelan tanpa menampilkan ekspresi apapun di wajahnya. Lalu dengan satu gerakan, Rio meraih pergelangan tangan Radit. Merasa bebas, Ajeng langsung bergerak menjauh dan berdiri di belakang Rio.

"Apa-apaan lo argh!" Radit mengerang kesakitan ketika merasakan tangannya di cengkeram kuat oleh Rio.

"Gue paling nggak tahan lihat cowok yang sok jago dan gunain kekuatannya buat nindas yang lemah." Kata Rio pelan dan nyaris seperti bisikan. Tapi cukup terdengar oleh Radit.

"Lo siapargh!" Rio semakin menguatkan cengkramannya.

"Pergi sebelum gue patahin tangan lo." Geram Rio mendorong Radit hingga membuat laki-laki itu terhuyung.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang