NUNGGUIN YA?
Ify mengintip dari jendela rumahnya saat mendengar suara mobil berhenti di teras rumah. Dan dari sini, Ify bisa melihat Rio yang masih memakai kemeja kerjanya menutup pintu mobilnya sambil membawa kantung kresek yang Ify duga itu adalah sate pesanannya. Ify tersenyum senang berlari kecil membuka pintu. Ify berlari lagi ketika melihat Rio berjalan ke arahnya dengan wajah yang cukup lelah namun berusaha menampilkan senyum tipisnya.
"Kangen." Langsung memeluk Rio dengan erat.
Rio yang merasa di terjang secara mendadak, berusaha mendekap tubuh Ify dengan satu tangannya yang bebas. Menjaga keseimbangan kakinya yang oleng akibat serangan tak terduga dari Ify.
"Katanya sore. Kenapa malam gini baru sampe?"
Serius, deh. Kalau Shilla sama Ray melihat tingkah Ify yang sok manja begini, mereka pasti ngakak nggak berhenti-berhenti. Pasalnya, sosok Ify yang mereka kenal itu lebih mirip preman sekolah.
"Masih sakit, nggak?" Rio mengalihkan topik dengan bertanya. Lebih tepatnya, Rio memang ingin tahu keadaan Ify sekarang.
Ify berdecak lalu melepas pelukannya. Menatap Rio jengkel karena lagi-lagi pertanyaan yang di ajukan apa di jawabnya apa.
Dan Rio tahu arti tatapan Ify yang tidak suka jika dia berusaha mengalihkan pembicaraan. Dengan helaan Rio berusaha menjelaskan. "Ada klien yang tiba-tiba minta ketemu tadi. Dan mas nggak-"
"Bohong, kan? Mas tadi pasti ketemu sama Meisya kan? Hayo ngaku!" Sela Ify menebak. Ya, dia hanya menebak saja, sih. Teringat saja pada pengalaman waktu itu alasan kenapa Rio telat datang menjemputnya.
Rio menghela panjang. Memang, Rio tidak akan selamanya bisa menyembunyikan masa lalunya dari Ify. Karena jelas, Ify juga adalah bagian dari masa depan Rio yang pasti akan berhubungan dengannya yang masih terikat dengan masa lalu. Oke, Rio memang mampir sebentar ke tempat Meisya untuk bertemu anaknya. Karena tadi Meisya menemuinya di kantor dan mengatakan jika Marsya ingin sekali bertemu dengannya. Dan sebagai seorang ayah, Rio mana tega tidak menuruti hal itu.
"Diem berarti iya." Kata Ify menampilkan wajah dinginnya yang tampak sekali ingin marah. Ify kemudian berbalik dan berjalan cepat menuju rumah. Dia tak menyangka jika tebakan asalnya ternyata benar. Dan Ify menyesal mengatakan hal itu. Karena Ify lebih memilih untuk tidak tahu saja. Lebih memilih mendengar kebohongan Rio agar perasaannya tidak segelisah ini.
Rio belum beranjak dari tempatnya. Hanya menatap punggung mungil Ify yang perlahan menjauh. Rio resah, takut dan juga gelisah. Bingung bagaimana dia harus bersikap saat ini. Menundukkan kepala, merasakan dadanya yang kini menyesak tanpa permisi.
"Nggak masuk, nak?" Tegur bunda dari ambang pintu. Rio mendongak, lalu tersenyum dan mengangguk. Kaki panjangnya melangkah menghampiri bunda untuk masuk ke dalam rumah. Di sana, Rio tidak menemuka keberadaan Ify.
"Ada di taman belakang, duduk di ayunan." Bunda menjawab pertanyaan wajah Rio yang terlihat sekali kecewa karena tak menemukan kekasihnya.
"Ini bun. Rio ke Ify dulu, ya?"
Bunda mengangguk seraya menerima kantong plastik dari tangan Rio. "Iya, sana."
Rio kemudian berlari kecil menuju tempat di mana Ify berada. Dia langsung mengambil posisi duduk di samping Ify yang sedikitpun tidak menoleh meskipun sadar akan kedatangannya.
"Kamu ragu sama mas?"
Ify sebenarnya tiba-tiba malas bertemu Rio. Kesal saja rasanya. Pokoknya, rasa kangennya tadi tiba-tiba hilang gitu aja setelah Rio hanya diam saja mendengar tebakannya. Rio itu tadi terlihat seperti ketahuan abis ketemu sama selingkuhannya. Terlebih Rio berusaha membohonginya lagi, Ify sangat kesal akan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIO
RomanceRomance (21+) Sudah satu tahun lebih Gify Anastasya menjadi kekasih seorang CEO muda nan rupawan bernama Mario Dwi Saputra. Keduanya memiliki sifat yang bertolak belakang. Namun, tekadang karena itulah hubungan keduanya menjadi terasa bisa saling me...