5. MARIO 2

1.8K 126 61
                                    


Met bukaaa

Buka dulu baru baca oke? 😂🙈

❤❤❤❤❤❤

Karena Ify sudah tidak marah lagi, lalu karena Rio harus memimpin rapat pagi ini di kantor, dan karena Rio tidak ingin meninggalkan Ify sendiri di apartemen, Rio memutuskan untuk mengajak Ify ke kantor. Namun semua alasan di atas hanyalah cabang. Sedang alasan utamanya, karena Rio masih enggan untuk berjauhan dengan istrinya. Jikapun ingin Ify tetap aman, Rio bisa mengantar Ify kerumah orang tuanya.

Ayolah, mereka baru saja berbaikan. Tentu saja kalian mengerti bagaimana perasaan Rio saat ini yang kembali seperti tengah baru pertama kali jatuh cinta pada istrinya sendiri. Okelah mungkin ini terdengar sangat berlebihan dan juga menggelikan. Mau bagaimana lagi, memang itu kenyataannya kok.

"Sst mbak Fatma. Oy!" Seru Ify dari pintu ruang Rio yang kini ia jadikan sandaran punggungnya. Dia mulai bosan menunggu Rio sendiri di dalam. Karena itu dia keluar dan ingin mengajak Fatma berbincang. Tapi sepertinya Fatma masih sibuk sejak tadi dia datang hingga saat ini.

"Bentar, Fy. Gue lagi bikin laporan tentang rapat kemarin buat laki lo." Fatma menyahut tanpa menoleh sambil terus menggerakkan sepuluh jarinya di atas keyboard.

Ify mengangguk paham. "Oke, deh. Eh ya mbak lo pernah nggak di mintai bapak lo itu buat nemuin cewek di rumah sakit?" Tanya Ify masih penasaran dengan cerita Rio yang tak sengaja menabrak seorang perempuan bernama Ajeng. Lebih tepatnya, Ify ingin mengkonfirmasi cerita itu sesuai atau tidak dengan jawaban Fatma.

"Iya pernah. Tapi udah lama sih itu. Emang kenapa, Fy? Curiga ya lo? Ngaku!" Tuding Fatma mendongak untuk menatap Ify sebentar. Dia tertawa saat mendapati Ify memajukan bibirnya. Tampak kesal karena tuduhannya tidak bisa ia sangkal.

"Ish mbak Fatma nggak asik. Katanya kita prend."

Fatma terkekeh sambil berusaha fokus mengetik. "Iya-iya. Mau tanya apa lagi? Sok dah gue jawab kalau inget."

"Orangnya gimana, mbak?"

Fatma berhenti mengetik untuk berpikir. "Kelihatannya sih cewek  baik-baik ya? Cuma agak pendiem aja. Gue nggak banyak ngobrol sama dia karena abis nyelesein administrasi gue balik ke kantor." Jelas Fatma menatap Ify sejenak yang terlihat berpikir lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Menurut gue lo nggak perlu khawatir. Karena kalau emang tuh cewek ada apa-apa sama si boss, pasti gue nggak bakalan di suruh turun tangan." Lanjut Fatma. Bukan maksud membela Rio. Hanya mengungkapkan pendapatnya saja.

Ify mengangguk paham. "I see. Tapi gimana pikiran dan perasaan tuh cewek tentang laki gue itu yang bikin penasaran. Apalagi mereka ternyata udah lama kenal."

Fatma tersenyum mendengarnya. "Kalau itu sih mungkin lo emang harus hati-hati. Pesona pak boss kan emang susah buat di tolak."

Ify manyun. Teringat bagaimana sahabatnya sendiri juga tak bisa mengelak akan pesona Rio. Jika begini, Ify jadi snewen sendiri.

"Mana yang katanya waktu itu nggak pernah cemburu?" Goda Fatma terkekeh geli melihat wajah masam Ify.

"Jangan gitu dong mbak. Itu kan dulu sebelum gue sadar. Dan akhir-akhir ini gue baru ngerasain banget kalau laki gue tuh bisa jadi tangkapan besar buat para pelakor di luaran sana."

Fatma tergelak sesaat kemudian berkata. "Lo jangan khawatir. Gue yakin pak boss nggak akan bisa berpaling dari lo. Secara gue tahu gimana bucinnya dia ke lo. Kata Obiet, hampir semua hal yang pak boss lakuin tuh buat elo."

Mendengar nama Obiet tiba-tiba di sebut, Ify jadi penasaran bagaimana sosok pemuda itu. Pasalnya selama ini Ify belum pernah melihatnya secara langsung. Ah mungkin mereka pernah bertemu ketika dulu Obiet sempat menjemputnya di sekolah. Tapi karena terlanjur bete sama Rio, Ify tidak memperhatikan dengan jelas bagaimana sosok Obiet yang sebenarnya.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang