7. MARIO 2

1.5K 111 71
                                    

Ify mendiami Rio sejak pagi tadi. Bahkan saat bubur yang Rio pesan datang, keduanya makan dalam diam. Rio juga tidak berusaha mengajak Ify bicara. Bukan tidak mau, hanya saja melihat ekspresi Ify yang masih tampak kesal padanya membuat Rio mau tak mau langsung bungkam sendiri. Selain itu Rio bingung harus bicara apa. Dan Rio sendiri juga tidak tahu letak kesalahannya di mana.

Karena itu, seharian ini Rio hanya diam menemani Ify yang sibuk sendiri nonton drama. Menemani sekaligus menyibukkan diri dengan memeriksa proposal yang di ajukan oleh beberapa perusahaan periklanan untuk di ajaknya kerja sama. Terlalu hanyut dengan pekerjaannya, membuat Rio lupa akan istrinya yang sebenarnya sedang merajuk.

Oke, Ify memang sedang kesal sekarang. Dan sebenarnya, Ify juga tahu jika rasa kesalnya ini bukan karena kesalahan Rio. Melainkan karena rasa parnonya sendiri akibat tadi dia mimpi buruk ketika tidur habis subuh. Mimpi yang sejujurnya membuat Ify takut hingga melampiaskan rasa kesalnya pada Rio. Di tambah sedari tadi Rio malah bersikap cuek padanya. Membuat rasa kesal Ify menjadi nyata pada Rio yang justru sibuk sendiri. Terkesan sekali jika Rio tidak peduli lagi padanya. Seolah menjelaskan bahwa mimpinya mungkin akan menjadi kenyataan.

"Nyebelin!"

BAK!

Rio kaget setengah mati tiba-tiba sebuah bantal sofa menimpa kepalanya yang kini sudah jatuh di atas karpet, samping kakinya. Rio lantas mendongak ingin bertanya pada sang pelaku yang tentu istrinya sendiri. Namun, suara Rio tertelan ketika mendapati wajah Ify yang justru semakin tidak bersahabat di banding tadi pagi.

Rio meletakkan i-padnya di atas meja. Lalu bergerak mendekat. Mengurungkan niatnya untuk bertanya kenapa yang pasti tidak akan mendapat jawaban.

"Mas, salah apa?" tanya Rio berusaha sabar. Karena niatnya yang ingin memeluk Ify mendapat penolakan.

"Tau!" Sungut Ify bersedekap. Enggan menggerakkan kepalanya untuk membalas tatapan Rio yang saat ini tak lepas memperhatikan wajahnya dengan seksama.

"Dek."

"Nggak tahu!"

"Kok nangis. Dek, kenapa?" Rio semakin tidak mengerti ketika tiba-tiba melihat tangan Ify mengusap air matanya dengan kasar. Dan yang membuat Rio tertegun air mata itu tetap mengalir lagi dengan sendirinya.

"Sayang, kenapa?" Dengan hati-hati Rio meraih kedua bahu Ify untuk di hadapkan padanya. Dan Rio bisa bernafas lega sekarang karena Ify tidak menolak sentuhannya.

"Mas Rio nyebelin." Ify merajuk di tengah isakannya.

Rio menarik nafas panjang. Meski Rio tidak tahu letak kesalahannya di mana. Tapi jika melihat Ify menangis seperti ini, Rio tetap tidak bisa tidak menyalahkan dirinya sendiri.

"Mas nyebelin gimana?"

Ify tidak menjawab yang justru tangisnya semakin pecah. Bukan karena sedih sepenuhnya. Tapi jantungnya berdenyut nyeri mendengar pertanyaan Rio yang bernada lembut itu. Belum lagi bagaimana Rio menatapnya saat ini. Terlihat sabar sekali. Membuat Ify sedih dan bahagia di waktu yang bersamaan. Jika boleh jujur, sebenarnya Ify merindukan Rio sedari tadi. Ingin di perhatikan lebih oleh suaminya. Tapi dia juga kesal. Lebih kesal lagi melihat sikap cuek Rio. Membuat perasaan Ify menjadi berantakan dan semakin tidak jelas.

"Maaf. Maaf." Rio berbisik setelah berhasil menarik Ify ke dalam pelukannya. Selanjutnya Rio tidak mengatakan apa-apa dan hanya mengusap lembut punggung istrinya. Membiarkan Ify meluapkan tangisnya agar lebih tenang untuk di ajaknya bicara.

"Udah?" Tanya Rio pelan saat tak lagi mendengar suara isakan. Rio lantas meraih kedua tangan Ify ketika istrinya itu bergerak mundur sehingga pelukannya terlepas.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang