52. Panic

1.6K 133 53
                                    

"Siapa?" Rio bertanya seraya memasukkan semua barang belanjaan mereka ke dalam bagasi mobil. Lalu menutupnya setelah melihat semua kantong belanjaannya sudah ia masukkan semua. Seperti keinginan Ify tadi, selesai makan Rio dan Ify langsung menuju supermarket terdekat untuk belanja. Untung saja tadi Rio membawa mobil pajeronya. Hingga cukup untuk memuat barang belanjaan mereka yang lumayan banyak. Ify juga membeli beberapa peralatan dapur yang kata Ify tidak ada di apartemennya.

Ify tadi sekalian minta di belikan mesin cuci agar nanti dia bisa mencuci sendiri untuk pakaian santai tanpa harus di laundry. Kecuali jas-jas mahal Rio yang pasti membuat Ify ngeri untuk ia cuci sendiri. Mungkin mesin cuci itu besok atau lusa baru di kirim ke apartemen mereka.

"Bang Alvin." Jawab Ify lalu meletakkan ponselnya di telinga sambil berjalan memasuki mobil.

Rio melihat sikap Ify dengan pandangan tidak suka. Lantas merebut ponsel Ify kemudian Rio nyalakan loudspeakernya. Membuat Ify hanya bisa menganga melihat tingkah Rio tanpa bisa berkata.

"Dek. Lagi apa, sih? Kok malah diem? Tadi abang nanya di jawab kek."

Rio menatap Ify tajam. Sementara yang di tatap hanya tersenyum kaku.

"Nanya apa lo?" Sahut Rio yang sudah pasti terdengar galak di telinga Alvin.

"Halah curut! Gue ada urusan sama Ify bentar aja." Sembur Alvin yang sepertinya kesal karena Rio menganggu obrolannya dengan Ify.

"Urusan apa?" Tanya Rio datar. Bicaranya pada Alvin melalui ponsel Ify. Tapi pandangan Rio tak lepas dari Ify berusaha menghindari tatapannya.

"Rahasialah. Nggak usah cemburu dulu ngapa sih. Gue nggak bakal ambil Ify. Cuma setia aja nunggu kalian cere." Alvin tertawa kencang. "Canda, boss!" Lanjutnya tepat waktu. Karena jika tidak, Rio pasti sudah membanting ponsel Ify.

"Urusan apa buru!"

"Kan gue bilang rahasia, Yo. Masa iya gue bilang ke lo kalau gue lagi selingkuh sama Ify."

Ify langsung mendelik mendengar itu. "Bang Alvin!" pekik Ify tak suka mendengar candaan Alvin yang pasti akan membuat dia kena getahnya.

"Iya sayang. Tenang, abang nggak akan bilang kok sama Rio."

Rio menggeleng tak habis pikir. Kenapa dia bisa bertahan lama mempunyai sahabat sejenis Alvin ini?

"Bang jangan gitu dong. Gue nih yang kena nanti." Ify bersungut kesal lalu merangkul lengan Rio. Meminta agar suaminya itu tidak terpengaruh omongan Alvin yang super ngawur itu.

"Hahah iya iya. Ya udah kita lanjut chat an aja." Tawa Alvin langsung padam bersamaan dengan sambungan yang di putus oleh pemuda itu.

Rio menyimpan ponsel Ify di saku jaketnya bagian dalam. Kemudian menarik tangannya yang di peluk Ify lalu masuk ke dalam mobil.

Ify yang tadinya ingin protes ponselnya di ambil hanya bisa masuk ke dalam mobil dengan wajah pasrah.

"Urusan apa?"

Baru juga duduk. Dan baru juga tangan Ify bergerak ingin menutup pintu. Rio langsung menginterogasinya. Entah kenapa, Rio ini selalu sensi kalau Ify ada komunikasi dengan Alvin. Padahal juga Rio tahu, Alvin hanya menganggapnya seperti adik sendiri.

"Itu bang Alvin minta nomor Sivia."

"Buat?"

"Mau pdkt kali." Jawab Ify santai.

Rio tak lagi bertanya dan menyalakan mesin mobilnya. Tak lama Rio menginjak gas dan mobilnya pun melaju dengan pelan.

"Mas ponsel aku." Pinta Ify menyodorkan tangan kanannya. Rio hanya melirik tangan Ify lalu menyerahkan kertas parkir beserta kartu flazz ke petugas. Tak lama mobil Rio melaju memasuki jalan raya.

MARIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang