Sudah hampir satu tahun semenjak aku dan Nii-san bertemu dengan Takasugi dan Zura. Aku sedang berjalan-jalan mengelilingi desa, lalu aku menemukan seorang nenek tua kesulitan membawa belanjaannya.
"Biar aku bantu nek." Ucapku.
"Kamu...kamu anak yang sekolah di tempat itu ya..." Ucapnya.
"Benar, namaku (y/n)." Ucapku.
"Terima kasih ya (y/n)-kun." Ucapnya.
Aku membawa belanjaan nenek itu dan menemaninya berjalan pulang. Sesampainya didepan rumah, nenek itu memintaku masuk ke rumahnya. Aku membantu mengeluarkan belanjaannya dan meletakkannya ke dapur.
"Belanjaannya sudah ku letakkan nek." Ucapku.
"Terima kasih ya (y/n)-kun. Kau memang anak yang baik." Ucapnya.
"Ahaha, ini bukan apa-apa. Aku pergi dulu nek. Aku harus segera kembali." Ucapku.
"Ah, tunggu (y/n)-kun. Aku ingin memberikanmu sesuatu." Ucapnya.
"Itu tidak perlu nek." Ucapku.
Nenek itu berjalan ke kamarnya, karena tidak enak hati aku memutuskan untuk menunggunya.
"(y/n)-kun, ulurkan tanganmu." Ucapnya.
Aku mengulurkan tanganku. Aku melihat nenek itu memasukkan tangan ke kantungnya lalu ia mengeluarkan sesuatu berwarna-warni dan memberikannya kepadaku.
"Ini untukmu, maaf aku ingin memberikanmu uang tapi sayangnya aku tidak punya uang." Ucapnya.
"Ah, tidak apa-apa nek. Terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu." Ucapku.
"Kapan-kapan mampirlah kemari." Ucapnya.
Aku pergi meninggalkan rumah nenek itu. Diperjalanan aku terus memandangi benda warna-warni yang tadi diberikan nenek itu.
"Hmm, sebenarnya apa ini? Selain itu, nenek itu memberikanku terlalu banyak." Ucapku.
"Ya, tidak ada salahnya mencoba satu." Ucapku.
Aku membuka salah satu benda warna-warni itu. Benda itu berbentuk bulat. Aku memegang benda itu ditanganku, kemudian aku memasukkan kedalam mulutku.
'I-ini?!'
Gintoki P.O.V.
Hari sudah mulai siang namun aku belum melihat tanda-tanda kepulangan (y/n).
"Hoy, Zura. Apa kau tahu dimana (y/n)?" Tanyaku.
"(y/n)? Apa dia belum pulang?" Tanya Takasugi.
"Ya, seharusnya dia sudah kembali sekarang." Ucapku.
"Dia bilang dia ingin berkeliling desa bukan? Mungkin dia hanya bermain dengan anak-anak disana, lagipula dia masih kecil. Dia harus menghabiskan waktu bersama anak seusianya." Ucap Zura.
"Apa kau khawatir adik manismu itu akan diculik? Apa kau ini brocon." Ledek Takasugi.
"Huh? Apa kau ingin mencari masalah denganku." Ucapku.
"Tenanglah Gintoki, sebentar lagi dia pasti pulang." Ucap Zura.
Aku memutuskan untuk berduel dengan Takasugi sembari menunggu kepulangan (y/n). Kami menunggu dan terus menunggu namun (y/n) tidak kunjung pulang.
"Aku kembali!!"
Aku mendengar suara (y/n). Aku keluar dari dojo dan berjalan menuju pintu.
(Y/N) P.O.V.
Begitu aku memasuki pintu, aku melihat Nii-san berdiri didepanku.
"Nii-san, aku kembali." Ucapku sambil tersenyum.
"Darimana saja kau." Ucap Nii-san.
"Dari luar." Ucapku kebingungan.
"Bukan itu yang ku maksud. Kenapa kau lama sekali, kau seharusnya sudah kembali beberapa jam yang lalu." Ucap Nii-san.
"Kenapa situasinya jadi tidak enak begini. Apa kau marah?" Tanyaku.
"Ahh (y/n), selamat datang. Abaikan saja Gintoki, dia baru saja kalah melawan Takasugi." Ucap Zura.
"Jadi begitu, kau tahu menang kalah itu hal biasa. Lagipula jika kalah melawan Takasugi kau bisa berduel dengannya lagi." Ucapku.
"Huh? Siapa bilang aku kalah." Ucap Nii-san.
"Aku haus jadi aku akan mengambil minum dulu." Ucapku.
"Hoy! Tunggu (y/n)! Kita belum selesai bicara."
"Pfft brocon."
"Diam."
Aku berjalan ke dapur dan mengambil minuman. Setelah itu, aku berjalan kearah dojo untuk berlatih.
"Hoy (y/n), apa itu yang ada di kantungmu?" Tanya Nii-san.
"Hmm? Oh ini, aku juga tidak tahu. Aku mendapatkannya dari nenek-nenek. Dia memberikan ini sebagai upah karena sudah membantunya." Ucapku.
Aku mengeluarkan benda warna-warni itu. Nii-san, Zura, dan Takasugi berjalan mendekatiku.
"Ohh, jadi dia memberikanmu permen." Ucap Takasugi.
"Permen?" Tanyaku.
"Permen itu sejenis makanan ringan (y/n)." Ucap Zura.
"Apa kau tidak pernah melihat permen sebelumnya?" Tanya Takasugi.
"Hmm, aku pernah melihat sesuatu seperti ini. Hanya saja aku tidak tahu apa ini aku juga tidak pernah mencobanya. Begitu ya, ternyata ini permen." Ucapku.
"Kekanak-kanakan sekali. Hanya anak-anak yang akan menyukai benda seperti itu." Ucap Nii-san.
"Heh, tapi rasanya enak loh." Ucapku.
Aku membuka salah satu bungkus 'permen' itu dan menawarkannya ke Nii-san.
"Cobalah." Ucapku.
"Tidak." Ucap Nii-san.
"Ayolah, hanya satu. Kau tidak akan menyesal. Lagipula jika kau tidak menyukainya kau bisa membuangnya." Ucapku.
"Ini untuk mu Zura Takasugi." Ucapku.
Aku memberikan Zura dan Takasugi 'permen' ku. Aku melihat Nii-san memakan 'permen' yang tadi ku berikan.
"I-ini."
"Bagaimana enak kan." Ucapku.
"Ya, rasanya benar-benar berbeda dari yang ku bayangkan." Ucap Nii-san.
"Siapa tadi yang bilang 'Hanya anak-anak yang akan menyukai benda seperti itu'." Ucap Takasugi.
"Entahlah, siapa yang bilang seperti itu." Ucap Nii-san.
"(y/n). Apa kau masih punya permen itu?" Tanya Nii-san.
"Ya, nenek itu memberikan banyak padaku. Terlalu banyak. Aku tidak tahu apa aku bisa menghabiskannya." Jawabku.
"Yosh, aku akan membantumu menghabiskannya." Ucap Nii-san.
"Benarkah?" Tanyaku.
"Ya, karena aku adalah kakak yang baik." Ucap Nii-san.
"Terima kasih Nii-san." Ucapku.
Dan darisanalah, kecanduan (y/n) dan Gintoki akan manisan pun dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gintoki's Brother || Gintama Fanfiction || Gintama x Male Reader!
FanfictionBagaimana jadinya jika Sakata Gintoki memiliki adik laki-laki (Otouto)? Yup, Sakata (Y/n) adalah adik dari Sakata Gintoki. Pria yang mendapat julukan 'Ikemen' dan seringkali dikejar wanita. Pria dengan aura cerah dan bersahabat, membuat semua yang b...