Regret

302 42 20
                                    

Peperangan sudah mencapai batas akhir. Kami berhasil memukul mundur pasukan bakufu dan amanto. Tapi entah mengapa belakangan ini, jumlah dan persenjataan yang mereka gunakan jauh lebih sedikit dari biasanya.

"Tapi mau dilihat dari mana pun ini memang aneh bukan." Ucapku.

"Ya, aku bahkan tidak pernah melihat ini sebelumnya." Ucap Zura.

"Mereka seperti sedang memancing kita." Ucap Takasugi.

"Aku tidak mengerti, aku sudah berkali-kali menyelinap ke pos mereka tapi aku tidak menemukan apa-apa." Ucapku.

"Apa mungkin amanto mulai menyerah dan akan meninggalkan Edo?" Tanya Zura.

"Tidak, aku ragu mereka akan pergi semudah itu." Ucap Takasugi.

"Hmm, bagaimana jika aku ke markas mereka? Sejauh ini kita hanya menyelinap ke base-base kecil bukan." Ucapku.

"Penjagaannya akan jauh lebih ketat. Apa kau yakin kau bisa?" Ucap Takasugi.

"Jika aku merasa misi itu terlalu sulit, aku akan mundur." Ucapku.

"Hmph, jangan mencoba membohongi kami. Tidak peduli seberapa sulitnya misi itu, kau tidak akan pernah mundur." Ucap Zura.

"Aku yang akan pergi. Beritahu aku lokasinya." Ucap Gin.

"Huh? Tidak. Aku yang akan pergi." Ucapku.

"Tidak. Kau tetap disini bersama Takasugi dan Zura." Ucap Gin.

"Tidak. Kau yang tetap disini. Aku yang akan pergi. Apa kau tahu seberapa jauhnya markas mereka. Butuh waktu berhari-hari untuk tiba disana ya kecuali kau tahu jalan pintasnya. Tapi tidak seperti ku, kau tidak tahu jalan pintasnya." Ucapku.

"Jalan pintas? y/n, apa kau pernah pergi menyelinap kesana sendirian?! Tanpa memberitahu kami?!" Teriak Takasugi.

"..."

"Hanya sebentar...aku hanya melihat sekilas setelah itu aku langsung pergi."

Takasugi menghela nafasnya. Lalu Gin meminta Takasugi dan Zura pergi meninggalkan kami berdua.

"y/n, dengar. Takasugi bahkan bilang penjagaan di tempat itu sangat ketat. Jika mereka menangkapmu mereka akan langsung membunuhmu."

"Bahkan jika aku memberitahumu jalan pintasnya, kau tidak akan bisa melewati semua jebakannya Gin."

"Dan karena itulah aku tidak bisa membiarkanmu pergi."

"Gin, aku akui kau memang ahli menyamar. Tapi aku lebih ahli dalam bersembunyi dan menyelinap tanpa terdeteksi. Lagipula kehadiranmu di medan perang lebih dibutuhkan."

"Argh, kenapa kau sangat keras kepala. Kenapa sifat keras kepalaku harus menular padamu."

"Gi...Nii-san, aku juga seorang samurai. Percayalah padaku. Jika aku merasa misinya terlalu sulit aku akan segera mundur."

"Tch, pembohong. Kita semua tahu kau tidak akan mundur semudah itu."

"Satu minggu. Beri aku waktu satu minggu. Aku janji aku akan kembali dalam satu minggu."

Gin menghela nafasnya lalu dia berdiri dan berjalan menuju pintu.

"Satu minggu. Jika kau tidak kembali dalam satu minggu aku sendiri yang akan pergi kesana dan menyeretmu."

Dan dengan begitu aku bersiap pergi menuju markas besar mereka. Takasugi dan Zura menawarkanku untuk membawa beberapa anggota mereka tapi aku menolaknya. Kita butuh semua prajurit yang kita punya untuk medan perang, lagipula kita juga kekurangan orang. Tidak mungkin aku akan meminta mereka menemaniku.

Gintoki's Brother || Gintama Fanfiction || Gintama x Male Reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang