Meminjam Uang Ke Teman Sama Saja Seperti Meminta Uang Ke Orang Tuamu

369 59 29
                                    

Namaku adalah Sakata y/n. Kemarin aku dipecat dan diusir dari rumahku sendiri. Hmm mungkin lebih tepatnya kakak sialan dan bodoh ku baru saja menjualku ke Shinsengumi. Aku tidak terlalu keberatan karena setidaknya disini aku tidak harus mengkhawatirkan makanan ataupun uang sewa. Tapi...tapi! Kenapa si bodoh itu menjualku dengan harga 50.000yen! Aku jauh lebih berharga dari itu!

Selama di Shinsengumi, aku diharuskan untuk bekerja di bawah Hijikata. Hari pertama kami melakukan patroli, namun hari ini Hijikata mendapat banyak berkas yang butuh perhatian khusus darinya. Karena aku ditugaskan sebagai asisten Hijikata, artinya aku juga harus mengurus berkas-berkas itu.

"Bosan."

Jika aku membaca satu kertas lagi rasanya mataku akan keluar. Entah apa yang sebenarnya dicari oleh Hijikata dari berkas-berkas ini. Aku bisa melihat berbagai macam foto disini tapi hampir semua foto yang ada di berkas ini buram. Foto-foto ini hanya akan membuat kepala ku semakin pusing.

"Oi, siapa yang menyuruhmu berhenti." Ucap Hijikata.

"Aku bosan. Lagipula aku lelah. Semenjak bangun yang ku lihat hanya tulisan-tulisan ini." Ucapku.

"Ne, memangnya yang kau cari itu apa. Jika kau memberitahuku kita bisa mencarinya lebih cepat." Ucapku.

"Kau tidak perlu tahu. Lakukan saja sesuai perintahku." Ucap Hijikata.

Data yang dikirimkan Yamazaki pada kami itu banyak. Terlalu banyak. Semua berkas ini berhubungan pada Jouishishi tapi tidak ada yang memiliki kesamaan. Sebenarnya apa yang mereka cari, Kiheitai? Takasugi? Zura?

Hijikata P.O.V.

Harus ku akui ide Yamazaki untuk membawa anak ini kesini adalah ide yang bagus. Walau dia banyak mengeluh dia benar-benar membantu pekerjaanku. Walau dia banyak mengeluh, dia tetap mengerjakan pekerjaannya. Jika dia tidak banyak mengeluh, pekerjaan kami pasti akan selesai dalam waktu singkat. Tapi dia adalah y/n, apa yang ku harapkan darinya. Sejak awal dia memang pemalas dan tidak disiplin.

Hmm, jika dia bekerja lebih lama disini, mungkin aku bisa mendisiplinkan anak itu. Anak itu bahkan bisa menjadi ketua jika dia mau.

"Kata"

"Hijikata!"

Si pirang itu berteriak padaku. Ralat, jika anak itu menjadi ketua, Shinsengumi akan hancur dalam hitungan detik.

"Apa?!" Ucapku.

"Gee, dingin sekali. Aku bilang aku ingin membeli makan siang." Ucap si pirang.

"Lalu? Apa hubungannya denganku." Ucapku.

"Uang." Ucap si pirang.

Dia mengulurkan tangannya padaku. Memangnya dia pikir aku apa?!

"Kau meminta uang padaku lagi?! Apa kau tidak punya rasa malu?!" 

"Mau bagaimana lagi. Aku tidak punya uang."

"Makan saja pudding yang di kulkas dasar bodoh."

"Sudah habis."

Huh?! Habis?! Aku membeli 5 pudding itu kemarin dan sekarang sudah habis?!

"Kau menghabiskan semua itu dalam semalam?!"

"Bukan aku! Untuk apa aku makan pudding malam-malam!"

Oh benar juga.

"Hijikata. Uang. Ayolah aku akan menggantinya."

Gintoki's Brother || Gintama Fanfiction || Gintama x Male Reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang