Zura

233 33 10
                                    

Gin dan yang lainnya bersembunyi sementara musuh sudah mengepung mereka.

"Satu dua tiga, ah terlalu banyak hingga aku malas menghitung mereka." Ucap y/n.

"Harusnya aku sadar lebih awal. Aku tak pernah menyangka rekanku akan berpindah ke sisi musuh. Kami memang mulai goyah semenjak Shinsuke terluka. Orang-orang menjadi khawatir dan panik seandainya saja aku sadar..."

"Cepat atau lambat ini pasti akan terjadi. Dan jika ini tidak terjadi, maka tidak ada artinya kami datang. Benarkan, y/n Zura Tatsuma?" Ucap Gin.

"Jangan gegabah. Di medan perang, siapapun yang membawa beban akan langsung mati. Satu-satunya beban yang dibutuhkan samurai adalah pedangnya." Ucap Gin.

Gin keluar dari persembunyiannya. Amanto segera menembakinya namun Gin melompat menghindari serangannya.

"Apa kau ingin tahu cara agar tidak terkena tembakan musuh? Mudah saja."

Zura, Sakamoto, dan y/n keluar dari persembunyian mereka dan berlari menyusul Gin.

"Kau lari, lebih cepat dari peluru musuh!"

Musuh menembaki mereka namun Sakamoto menembak tangan mereka dan membuat mereka menjatuhkan senjata mereka. Zura melempar bomnya kearah mereka lalu y/n dan Gin berlari memasuki bangunan itu.

"y/n, kalau kau tertinggal jangan salahkan aku ya." Ucap Gin.

"Ohh, orang yang sudah hampir menyentuh kepala 3 ingin mencoba menantang ku?"

y/n dan Gin melompat masuk lewat jendela dan menghancurkan pasukan musuh yang bersembunyi di dalam.

"Mereka di lantai bawah! Cepat!"

Musuh berlari mencoba menuruni Gedung, namun mereka segera ditembaki oleh Kaientai dan Jouishishi.

'Pengalihan? Mereka bertingkah seakan mereka akan menyerang namun mereka hanyalah pengalih perhatian agar rekannya bisa menyerang musuh dari belakang. Shinsuke, mereka adalah samurai yang ingin kita hapus? Pantas saja kita kesulitan. Mereka mungkin sudah rusak oleh era. Mereka menjadi pedang tumpul dan tidak berguna tapi walau begitu semangat mereka tetap ada.'

Bansai mengeluarkan pedangnya dan berlari memasuki Gedung.

'Mereka mungkin adalah pedang terakhir kita, harapan terakhir kita.'

Di kejauhan, terlihat 3 orang sedang berdiri dan menatap penyerangan itu.

"Mereka mengatasi divisi keempatku dengan mudah ya. Bukan hanya Takasugi, sepertinya orang-orang bumi itu orang yang cukup kuat. Mereka bukan hanya monyet biasa."

"Yang monyet itu kau, Shoukaku. Menggerakkan pasukanmu seenaknya, jika kau mengikuti arahanku ini takkan terjadi."

"Jika kau punya masalah mengeluhlah pada nenekmu, dasar mesin rongsokan. Perang tidak terjadi di kepalamu."

"Informasi musuh yang kau ketahui terlalu sedikit. Mereka adalah samurai. Lebih tepatnya, para samurai yang masih tersisa."

"Benar juga, dulu kau juga mengikuti sebuah perang di bumi kan? Kau adalah kapten divisi kedua Harusame, pendekar pedang terbaik. Tidak heran jika kau membantai orang-orang itu dengan kejam kan?"

"Tidak. Ada dua pria yang tak bisa ku habisi! Tapi itu hanya cerita lama. Samurai bertindak dengan menggunakan taktik kelompok. Kita harus memisahkan mereka dan menghancurkan mereka satu per satu. Sejarah para samurai akan diakhiri oleh Harusame disini."

Gintoki's Brother || Gintama Fanfiction || Gintama x Male Reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang