Octagon 3 - 405 : 8 Juli 2023 Pt. 4

225 25 54
                                    

Duduk berdua di atas kasur, San tengah membungkus rambut basah Wooyoung dengan handuk, guna untuk mengeringkannya. Setelah mereka mandi malam, selepas berenang untuk yang ketiga kalinya di hari itu—walau mereka lebih menghabiskan waktu hanya berendam di kolam, mengingat keduanya memiliki masalah kaki. San memastikan bahwa rambut Wooyoung menjadi lebih kering, sebelum akan menuntaskannya dengan pengering rambut.

Namun yang pasti, yang dinikmati adalah masanya.

San senang, hubungannya dengan Wooyoung mulai membaik kembali. Dan Wooyoung juga senang, karena hal yang mengganjal di hatinya, sudah perlahan memudar seiringan dengan saling jujur dan terbukanya mereka, untuk bisa saling memahami.

Sehingga di hari itu, mereka bisa menikmati liburan singkat mereka, sebelum kembali pada kepadatan.

"Sansan," Wooyoung memulai dalam panggilan.

San menatap dari hadapannya, walau terus fokus untuk mengeringkan sisa air di helaian rambut basah kekasihnya. "Ya, ya?"

"Ulang tahun mau hadiah apa?"

"Memang gak ada kejutan, ya, sama anak-anak?" balas San dalam bingung.

Di posisinya, Wooyoung menatap sembari sedikit iseng mencubit pahanya. "Ada atau gak adanya, itu urusan kami. Yang aku tanya, Sansan mau hadiah apa dari aku?"

"Berarti belum disiapin?" San langsung berhenti dan cemberut.

Di mana Wooyoung menggelengkan kepalanya pelan, sembari memasang wajah pura-pura polos. "Belum. Mau tanya dulu Sansan mau apa. Aku mau belinya dari uang studio, bukan uang simpanan."

"Ah, ngaco. Jangan." San menurunkan handuknya dan langsung menatapnya dengan ketidaksetujuan. "Gak. Gak perlu kado. Mau kamu berdua aja sama aku, selamanya."

"Selamanya yang justru ngaco." Wooyoung langsung memukul pahanya kesal, dikarenakan pipinya bersemu seketika. "Cepetan mau kado apa? Budgetnya..."

San langsung tertawa kecil, bergegas memeluknya. "Gak. Gak mau kado. Mau berduaan aja sama kamu."

"Mau berduaan gimana, kamu mulai ikut kepanitiaan tanggal 10." Wooyoung menggerutu dalam pelukan, tapi sebenarnya tak benar-benar protes. "Jaket mau? Ah, tapi kalau jaket bakal jarang dipakai, sekarang lagi panas-panasnya. Tas mau?"

San memilih untuk tak menjawab dan hanya menyamankan diri dalam pelukannya.

Sehingga Wooyoung yang kebingungan, langsung melirik kembali. "San, aku beneran loh mau ngomongin tentang kado. Kamu mau apa?"

Tersadar, San langsung menarik diri dan menatapnya dengan khawatir. "Kamu bakal marah kalau aku gak pilih kado? Oh, oke, oke, jaket aja mungkin? Aku bakal tetap pakai walau aku kepanasan kayak di sauna."

"Aneh." Wooyoung langsung mendorong dadanya, tetapi begitu pelan. "Jaket, ya? Aku beliin jaket, ya? Ada spesifik suka jaket apa?"

"Apa aja." San mengedikan bahu. "Walau waktu zaman SMA, aku yobanget sama jaket baseball. Kayak keren aja kalau dipakai."

Wooyoung menghapal dalam anggukan. "Ya udah, kita cari kadonya besok aja di sini. Mungkin ada? Kalau gak ada, kita beli sesampainya di Batavia."

"Kadonya gak dibungkus dong?" tanya San menjahilinya.

"Nanti aku bungkus." Wooyoung mulai terkekeh dengan gemas. "Nanti pura-pura kaget aja waktu buka kadonya depan anak-anak, ya?"

Sadar akan itu, San langsung merapat lagi. "Asik, berarti benar ada kejutan, ya?"

Tak siap, Wooyoung juga kelepasan begitu mengatakannya. Wooyoung menjadi diam dengan rahang yang jatuh, berpikir untuk alasan, tetapi tak bisa memikirkan satu. 

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang