Octagon 3 - 432 : Perandaian Pt. 4

231 26 31
                                    

"Lo dari dulu kenapa nyebelin banget?!"

"Lo yang gak dengerin gue, Keeho. Tim favorit lo udah jelek banget--bakal dibantai habis masuk piala dunia!"

"Kipernya udah ganti sekarang?"

"Tch, mau ke Aussie gak? Gue tunjukin betapa direndahinnya tim favorit lo itu!"

"Ya, lo kalau mau bandingin, di Khatulistiwa aja! Ribet banget, Kak Mikey dari dulu! Astaga, pusing!"

"Ngaco banget?!"

Sekiranya itu adalah perdebatan dari Keeho dan Mikey yang tak berhenti, selama makan siang mereka di bandara--walau penerbangan Mikey masih sekitar 4 jam lagi. Sebelumnya, mereka mampir ke makam Soobin untuk terkahir kalinya--setidaknya itu terakhir yang bisa Mikey beri pada Mingi--sampai akhirnya berada di bandara, untuk mengantarkan Mikey pada kepulangannya.

Cukup berat, bagi Mingi.

Terlebih ketika keadaannya sekarang, Mingi membutuhkannya.

"Kok lo diem aja?" tanya Mikey, baru sadar bahwa sejak tadi Mingi hanya melamun. Bahkan jarang menyentuh makanannya.

Keeho di sampingnya juga baru menyadari hal tersebut. "Lo kenapa, Bang? Dari semalam loh?"

"Kok gak bilang?" Mikey mengerang, dan kemudian menunjuk Keeho. "Lo juga kenapa gak ngasih tau gue, kalau lo di Batavia, sih?"

"Kenapa jadi salah gue?" Keeho refleks menunjuk Mikey dengan sendoknya. "Bang Igi gak bilang sama sekali kalau lo ada di Batavia, monyet!"

"Lo lama-lama makin nyebelin, ye?" Mikey ikut mengangkat sendoknya kemudian.

Secara cepat, Mingi mencoba terkekeh dan mengambil suapannya. "Gue gak apa-apa, kok. Cuma memang salah gue. Gue juga kelupaan Keeho udah di Batavia, jadi gue gak ingat ngasih tau kalian berdua."

"Waktu gue tanyain kabar lo ke Mingi aja, jawabannya cuma 'baik'." Mikey mengadu pada Keeho, mendengus pada sosok di hadapannya. Hanya sesaat, sebelum menjadi khawatir kembali. "Tapi, Gi, lo kenapa? Nyembunyiin apa?"

"Gak." Mingi tak ingin memberatkannya. "Gak, gue cuma sedih harus pisah lagi sama lo."

Keeho mengerucutkan bibir dan mengedik padaMikey. "Yang sekarang udah nomor yang benar, 'kan? Awas kalau ganti gak bilang-bilang lagi. Gue datengin lo ke Aussie--lo kira gue gak punya duit? Sekali turnamen, seorang bisa ngantongin 2M--kalau lucky!"

"Yeuh, sombong lo bocah." Mikey hendak memukulnya--hanya gestur--dan memutar mata. "Traktir kek."

"Kan tadi gue bilang, gue yang bayarin makan ini."

Agaknya Mingi sedikit menahan kekehannya untuk sekarang, sebelum menepuk keduanya bergantian. "Udah, makan dulu. Dari tadi ribut terus. Kalian berdua dari dulu kalau disatuin pasti ribut."

"Keeho mulai tuh." Mikey mencari pembelaan.

Langsung sajaKeeho mengangkat sendoknya. "Lo mau gue gebuk dadanya sampai bunyi tu-dum Netflix?"

"Ih, lo mesum!" Mikey bertingkah dramatis--bercanda--menutupi dadanya sendiri.

Tersadar, Keeho langsung menyentuh lengan Mingi dan menggoyangkannya. "Bang! Takut banget, ini pedo satu mau memfitnah gue padaha dia yang mulai!"

"Lo bilang gue pedo?!"

"Takut..." Keeho merengek lagi.

Walau sebenarnya Mingi tengah pusing dengan pikirannya sendiri, tetapi mendapati Keeho dan Mikey bersama dengannya, lalu mendengarkan keributan mereka yang ada-ada saja, bisa membuatnya sedikit lupa. Sedikit terangkat bebannya. Namun tak bohong juga, keributan mereka kadang memusingkan, atau memekakkan telinga.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang