Octagon 3 - 532 : 26 Agustus 2023 Pt. 10

224 24 40
                                    

Sembari melambatkan motornya, sebelum berhenti, tepat di samping seseorang yang sudah lebih dahulu menghentikan miliknya, Wooyoung menatap dengan kesal adanya. Wooyoung tahu, yang didengarnya sekarang adalah kekehan, secara berulang, dari sosok yang sengaja tak mengenakan helmetnya dan hanya menggantungkannya di pergelangan tangannya.

Jalanan itu tak terlalu padat, tapi mereka cukup berada di tengah kota.

Hanya untuk berkeliling, membuang waktu.

Wooyoung menatap Jiwoong, sosok tersebut, sambil berdecak berulang kali. "Motor kita beda! Lo jangan ngebut-ngebut!"

"Gak ngebut~?" Jiwoong malah menggodanya.

"Halah." Wooyoung lagi, terlihat kesal dan menggerutu. Tampak sangat lucu dengan helmet di kepalanya.

Hal itu membuat Jiwoong terkekeh lagi, sembari menikmati angin malam--yang sebenarnya bercampur polusi. "Pelan loh? Well, kita mau ke mana?"

"Gak tau, tokonya tutup tadi. Padahal gue selalu beli pembersih kaca di sana--udah lumayan akrab sama penjualnya." jawab Wooyoung, kemudian memperhatikan sekitarnya di malam itu. Sepertinya malam minggu menjadi malam yang tepat untuk orang-orang keluar rumah. Semua tampak sibuk sendiri. Seperti... "Pacar gue juga gak ada di Lotus. Males juga kalau pulang."

"Ya, jangan dulu pulang? Masih jam segini?" tanya Jiwoong yang melirik jam tangannya.

Wooyoung tak mengenakan satu, jadi bertanya. "Memang jam berapa?"

"Sebelas." jawab Jiwoong santai, sebelum nyengir padanya. "Tapi serius, gue takjub, lo mau naik motor lagi."

"Kalau gak punya kaki, nanti gue bingung kalau butuh pergi-pergi sendiri." bisik Wooyoung untuk jawaban.

Jiwoong langsung menepuk jok belakangnya sendiri. "Kosong, nih?"

"Yang gue juga kosong." Wooyoung memutar mata, sebelum bersiap untuk mengendarai lagi. "Ayo, jangan di pinggir jalan. Nanti ada masalah juga sama PoLanTas, udah pernah diberhentiin nih gue."

"Gue juga pernah." Jiwoong bersiap juga dengan motornya, sembari kemudian teringat akan sesuatu. "Oh, gue tau tempat bagus. Mau ke sana?"

Wooyoung menjadi panik melihatnya hendak melajukannya. "Cafe, resto, bar, atau apa? Kasih tau dulu yang jelas?" 

Namun Jiwoong tertawa dan benar mulai mengendarai lebih dahulu. Sehingga mau tak mau, agar tak tertinggal, Wooyoung juga langsung melajukan motornya, untuk membuatnya terus berada dekat dengannya.

Mungkin malam ini, Wooyoung ingin mengalihkan dahulu pikirannya.

Berada di Lotus bersama dengan kecemasan dan rasa muak terhadap beberapa orang, cukup untuk membuatnya ingin membanting segalanya.

Wooyoung tak sadar Jiwoong menolehkan kepala padanya, dan kemudian berteriak. "RockyYoung, let's go!"

Barulah, Wooyoung sedikit memperingatinya. "Pakai helmnya, Kak Jiwoong--astaga!"

.

.

.

"Mingi..."

Panggilan dari Seonghwa yang memeluk perutnya dari belakang, membuat sosok pemilik nama itu menoleh untuk melihatnya. Di mana Seonghwa, dengan mengenakan helmet di kepalanya, mendekat dari samping, untuk bicara lebih jelas agar sang lelaki yang tengah mengendarai motor tersebut bisa mendengarnya.

"Kita mau ke mana, Gi?"

Mingi jelas sadar Seonghwa memeluk perutnya. Dari seluruh orang-orang yang selalu tinggal bersamanya, Seonghwa adalah kemutlakan, di mana Mingi tak akan pernah melihatnya secara lebih. Jadi Mingi membiarkannya, walau posisinya sekarang, Seonghwa pun adalah kekasih seseorang.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang