Octagon 3 - 389 : Jejak Nyeri

245 29 34
                                    

Setelah merapikan isi pakaiannya di dalam lemari, Jeonghan berbalik untuk menatap ke arah Seungcheol, yang sejak kedatangan mereka kembali ke ibukota, masih tak bicara banyak. Padahal Jeonghan sendiri tak memilih pulang ke rumah orang tuanya, dan memilih untuk langsung menempati rumah yang Seungcheol baru beli demi kelangsungan hubungan mereka berdua. Sebuah hubungan yang berlanjut, di mana masing-masing dua orang tersebut ingin melakukannya, hanya berdasar dengan janji masing-masing, bukan janji suci di depan altar.

Setidaknya Jeonghan juga hanya ingin menaruh pakaian-pakaiannya, sebelum nanti meminta izin orang tuanya perihal hal ini.

Hanya saja, di sinilah ia berada sekarang.

Masih marah terhadap perdebatan tak selesainya dengan Seungcheol semalam. Yang bahkan sudah bagaimana dikata, Soobin dan Alanna sudah ditinggalkan berdua di sana, dan hanya akan ditengok oleh Seungcheol seperti biasa.

Seungcheol juga tak ingin hubungan mereka demikian.

"Luca..." Seungcheol memanggilnya pelan. "Aku janji hari ini aku temui Hongjoong."

Tampak bagaimana Jeonghan membereskan beberapa perabotan, walau tampaknya tak perlu untuk disentuh. "Bukan minta maaf ke aku. Adik kamu yang butuh."

"Salahku, salahku." Seungcheol menahan napasnya sejenak. "Tapi berat, Luca. Sungguh berat untukku."

Jeonghan tak tega, tetapi tampak sangat kesal hanya untuk menatap Seungcheol. "Ya, lagian kamu juga gila. Cara kamu nyerah malah mau kirim mereka ke luar Negeri. Kamu tuh kepikiran untuk kirim Ibu dan adik kamu ke luar Negeri, pakai cara ilegal. Kamu gila?"

"Mereka berdua gak bisa selamanya tinggal di rumah kamu."

"Ini bahkan sudah waktunya kamu bilang ke kakak kamu." Jeonghan langsung memperingatinya. "Salahku juga yang terbuai beberapa minggu ini karena tinggal bareng mereka. Sekarang kerasa. Keduanya kamu tinggalin untuk hidup tanpa bisa lakuin apapun--bahkan Ibu kamu ingin ke pasar aja gak bisa, 'kan? Dan kamu terlalu gila untuk bolak-balik ke sana demi beliin bahan makanan."

Tampak bagaimana Seungcheol tertekan. "Aku gak mau bertengkar sama kamu, Luca."

"Bikin keadaan jadi lebih tenang dulu." Jeonghan malah menuntutnya.

Jelas membuat Seungcheol semakin kacau. "Aku gak mau ambil risiko lebih banyak orang yang tau. Walau orang itu kakakku sendiri. Semua bakal lebih berantakan saat ada banyak yang tau."

"Kita gak ada di posisi adik kamu, tapi dia pasti kesiksa. Dan semua itu bukan keinginannya, dari awal." Jeonghan sampai menatap Seungcheol dengan lelah, dalam perdebatan mereka.

Seungcheol sendiri sudah tak bisa membalas lagi.

Dan rasanya sangat bersalah dari Jeonghan, yang kemudian melunak untuk memeluknya. "Astaga, Adil, maafin aku. Aku tertekan sekali harus ninggalin Ibu dan Soobin di sana."

"Ya." Seungcheol bisa memahami toh ia yang lebih tahu rasanya. Seungcheol pun membalas pelukan tersebut pelan. "Ya. Kita cari jalan keluar lagi. Yang pasti, sekarang aku juga gak bisa sewa orang buat bantu urus mereka. Aku udah terlalu shock karena orang lain bisa tau di luar kehendakku."

"Maaf, pasti berat buat kamu."

Seungcheol menarik napasnya panjang sembari mengusap kepala Jeonghan secara hati-hati. "Sekarang kamu istirahat dulu sebelum pulang. Nanti aku antar. Aku bakal banyak keluar dulu hari ini."

:-:-:-:-:

Di sebuah rumah dua lantai tersebut, Taehee menyambut kedatangan ke-sembilan teman dari Seonghwa, yang datang bersamaan atas undangan untuk makan siang bersama. Guna menyambut dan memberkati rumah baru untuk tempat tinggal mereka, di ibukota, daerah dekat pelabuhan agar dekat dengan tempat di mana Rain bekerja sekarang.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang