Octagon 3 - 499 : Laung

184 27 30
                                    

"Kak..."

Bisikan dari Winter membuat Hongjoong sedikit meliriknya di posisinya fokus untuk mengemudi, melewati area bawah tol secara tak terduga, setelah menjemputnya sekitar pukul 11 malam lebih. Winter sendiri merasa tak nyaman dikarenakan dirinya duduk di samping kemudi, selagi di kursi belakang, terdapat San yang duduk menatap kaca sampingnya, dalam diam--dan dalam tatapan kosong.

Maksud dari Winter, mengapa tidak dirinya yang duduk di belakang. Walau Winter kekasih Hongjoong, tetapi San bersamanya saat menjemput, bukan?

Hongjoong sekilas melirik Winter, merasa tak enak telah membawanya, tapi dirinya tersenyum tipis untuk menenangkannya. "Nanti Kak Hongjoong pastikan sampai di rumah sebelum jam 2 pagi."

"Bukan itu... Winter gak apa-apa... Winter gak keberatan sama apapun..." Winter tercicit kecil, dan dengan cemas menggigit ibu jarinya sendiri. "Tapi kita mau ke mana...? Kak San juga... kenapa?"

Sesungguhnya Hongjoong tak tahu.

Satu hal yang Hongjoong ketahui.

Pembicaraan Gongyoo dan San berlangsung dari pukul 7 sampai 10 malam, benar-benar sangat panjang sekali--sampai jangan salahkan Hongjoong yang makan dua kali karena bosan. Kemudian setelahnya, Hongjoong diminta untuk masuk ke dalam, tetapi sudah tak ada San. Sempat panik, tapi Gongyoo bilang San tengah bersama orang-orangnya selagi sang ayah ingin bicara.

Jadi Hongjoong bicara sedikit, di mana tentunya Gongyoo telah tahu apa yang terjadi--ada telinganya di lingkaran dalam, termasuk Changmin.

Bukan Hongjoong tak ingin melawan, tapi sebisa mungkin ingin terselesaikan tanpa permasalahan. Namun jika tak bisa, mungkin Hongjoong akan mempersiapkan diri, menjadi pengkhianat, bahkan sebelum masa jabatannya benar-benar dimulai.

Kini Hongjoong membawa San yang sama sekali terlihat tak peduli untuk dibawa kemanapun. 

Hanya seorang anak, yang baru mengetahui rahasia kelam dari kedua orang tuanya, dan tengah dalam keadaan harus menerima, walau tak mau.

Hongjoong sudah pernah merasakannya.

Winter sesekali melirik ke arah San, cukup khawatir juga. Bagaimana pun juga, walau San sering mengejeknya dahulu, ketika masih kecil, sosok itu juga pernah baik padanya. Ya, terhitung bahwa mereka berteman juga, bukan?

Teringat satu hal, Winter merogoh sesuatu dari ransel kecil miliknya, yang berada di atas pangkuannya.

Setelahnya, Winter melongokkan kepalanya ke belakang, dari sisi kaca, lewat joknya, dan mengulurkannya pada San.

Posisi San tak berubah, hanya arah tatapannya tertarik--tampak sangat kacau dengan mata sembabnya.

Winter tersenyum tipis, memintanya untuk menerima.

Tak ada alasan untuk menolak, perlahan San membuka satu telapak tangannya, dan membiarkan Winter menaruh sebutir permen berwarna merah muda dalam sebuah bingkisan.

Menangkap dari ekor mata, Hongjoong langsung menoleh.

Bersamaan dengan Winter berucap tipis pada San, seolah tak ingin menganggu pihak manapun. "Winter gak akan ejekin Kak San cengeng kok, kalau mau nangis. Nangis aja. Gak apa-apa. Winter nanti pura-pura gak lihat."

San justru tertekan tiba-tiba, yang membuatnya langsung memejamkan mata dengan erat, dan menguatkan rahangnya. Rasanya semua orang jika dikatakan seperti itu, justru akan menjadi semakin runtuh, walau sudah mencoba bertahan sekalipun.

Saat itu Winter meluruskan tubuhnya kembali dan langsung menekan kedua matanya--Winter mudah sekali menangis jika melihat orang lain menangis. Ah, secara keseluruhan, Winter memang mudah sekali menangis akan hal apapun. Begitu sensitif, hatinya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang