Octagon 3 - 553 : Risalah Pt. 1

198 22 28
                                    

Senin, 28 Agustus 2023.

Entah bagaimana mengatakannya, walau semua terhitung sebuah kegagalan, San merasa tak seruntuh sebelumnya, tak sebuntu sebelumnya sama sekali. Walau penolakan mentah-mentah dari Nero, yang ditemuinya setelah Gahyeon memberikan aba, San merasa ini semua hanyalah jalan dan awal, menuju permohonan maaf yang sebenarnya.

Jadi ketika memasuki mobilnya kembali--kali ini di kemudi--bersama Gahyeon, San lebih lega, tak seperti hari-hari sebelumnya.

"Gue tau, lo beruntung gak diludahi hari ini, tapi lo belum dapat maaf dia. Apa lo mau berhenti di sini?" tanya Gahyeon, yang mulai mengenakan sabuk pengamannya.

San memutar kunci, sembari menggelengkan kepala. "Gak sama sekali. Kita kasih Nero waktu dulu. Mungkin satu minggu? Dalam waktu tersisa, gue bakal ajak main Micha, juga ajak bicara Olso lagi. Demi hubungan yang jadi lebih baik."

"Wah..." Gahyeon terkejut melihatnya, mencoba menduga. "Apa yang terjadi dalam satu malam, sampai lo berubah suasana kayak gini?"

"Sebenarnya karena kemarin, berhasil bicara sama Olso dan Micha," San menjawab tanpa melihat sebelumnya, dikarenakan  sibuk untuk mengenakan sabuk pengamannya juga, walau kemudian berakhir untuk membawa pandangannya pada Gahyeon, "berkat lo."

Mendengar hal itu, Gahyeon tersenyum, dengan begitu bangga. "Baguslah kalau itu berpengaruh. But, well, lo belum dapat maaf dari gue sampai semuanya selesai."

"Gue bakal berusaha." San mengangguk senang, untuk mulai juga melajukan mobilnya. "Gue bakal berusaha, dan semua pasti bakal jadi baik-baik aja."

Gahyeon melihatnya dari samping, tanpa membalas, tetapi tatapannya menjadi teduh. Gahyeon selalu tahu, San memang pasti berusaha untuk apapun itu. Walau mungkin, sejak dahulu, San membutuhkan sedikit arahan. Sisanya? San selalu bisa berimprovisasi.

"Dan sorry tadi malam gue gak gabung, since... gue langsung tidur, begitu akhirnya dapat pelukan dari pacar gue."

"Good for you, Iyo."

Secara perlahan, San melirik ke arahnya, sembari membawa mobil tersebut masuk pada jalanan, bersama kendaraan lainnya, untuk kembali pulang. San melihat Gahyeon menghela napas dengan tak enak, di mana suaranya pun menjadi pelan.

"Agak susah, karena dari kelas 1 gue manggil lo kayak gitu, karena... nama lo kepanjangan. Dan itu terjadi kurang dari 4 tahun, lalu menghilang. Susah dirubah, karena otak gue nerimanya... nama lo itu dari awal." Gahyeon berusaha menjelaskannya, kesulitan pada dirinya sendiri. "Sorry, semisal bikin lo gak nyaman."

"Well, gue bisa bilang, itu bukan petname kayak Cupcake, yang gue bikin buat lo, 'kan?" San bertanya, untuk tak membuat suasana mereka menjadi asing kembali. Sembari sesekali melihat jalanan, San melanjutkannya pelan. "Lo memang manggil gue Iyo dari sebelum pacaran pun, jadi gue bisa paham, kenapa susah."

Gahyeon sedikit terkekeh, walau terdengar tak enak. "Ya, sama kayak yang ada di pikiran Kak Joe. Nama Iyo udah kayak nama permanen lo. Sama juga kayak Kak Joe di sini--siapa sih, namanya? Gue beneran gak bisa nalar."

"Kak Jiwoong." San menjawab dalam kekehan yang lebih santai, sembari menggelengkan kepala mengingat kejadian kemarin. "Susah memang, udah kebiasaan."

"Tapi gue gak enak."

"Nanti juga kebiasa." San membalas sebelum memikirkan pelan. San kemudian kembali pada Gahyeon, membantu mencari jalan keluarnya. "Nanti gue coba bilang ke Wooyoung, oke? Selama itu, gak perlu minta maaf lagi. Kita berdua tau, kita udah saling berhenti, 'kan?"

Gahyeon memperhatikannya, lembut, sebelum senyumannya terukir, terlihat bangga. Gahyeon pun menepuk bahu San, mengusapnya sekilas, sampai mata mereka kembali bertemu. "I'm so proud of you. I will always do."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang