Octagon 3 - 495 : Sabtu Batu Pt. 4

192 27 29
                                    

Setelah menekan bel, dan menunggu untuk beberapa waktu, akhirnya pintu dibukakan, dari sebuah rumah yang Hongjoong dapatkan alamatnya melalui pesan. Hongjoong menatap laki-laki dewasa yang dahulu pernah menjadi manajernya--pernah juga memukulnya--dan mempersilahkannya masuk untuk hal yang dimaksudkannya.

Hongjoong pun melangkah, dan melihat sekitarnya--yang begitu rapi dan tertata.

Dalam pikirannya terlintas, ah... ini tempat tinggal San sekarang.

Hongjoong terus berjalan mengikuti Hajoon sampai ke sebuah ruangan, yang tampak seperti ruang kerjanya. Hongjoong tak masalah mereka mau bicara di manapun juga, jadi ia tak bertanya apapun, sampai mereka masuk, dirinya diminta duduk di sebuah kursi hadapan meja, dan Hajoon duduk di miliknya.

Kini mereka terhalang satu meja kerja yang besar tersebut.

Hongjoong tak memulai apapun, membiarkan sang tuan rumah yang melakukannya.

"Saya dengar, lima ketua termuda sudah membicarakan ini, dan menyampaikannya padamu?"

"Jika yang kita maksud sama, Bramantya sudah memberikan kabar." Hongjoong menjawab dengan tenang, padahal hatinya tak tenang. Takkan bisa tenang, ketika terbahas lagi satu tentang ini. "Ini tak mungkin, bukan?"

Hajoon memperhatikannya lekat, dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Dokter Irawan mengatakan, kamu tak baik-baik saja."

"Apa ini bukan rahasia pasien?" Hongjoong terkesiap.

Segera Hajoon mengibaskan tangannya. "Tidak, tidak. Saya tak tahu apapun tentang pengobatan kamu, tapi saya tahu kamu berobat pada Dokter Irawan, dan percayalah saya juga salah satu yang mengharapkan itu. Kami bicara sebagai lingkaran dalam, memikirkan kesehatan jiwa dan mental kamu."

"Tak ada sehat yang tersisa." Hongjoong bergumam kecil.

Hajoon bisa memahaminya. "Baik, kembali ke topik. Sejujurnya lingkaran dalam sedang kacau sekarang, karena penambahan peraturan. Saya juga tak mengerti mengapa berakhir disetujui, tapi tampaknya 3 dari 5 Pencetus menang suara akan ini."

"Tiga dari lima?" Hongjoong bertanya memastikan. "Tujuannya?"

"Terlalu banyak kasus memalukan dari pemikiran menikahi budak." Hajoon mengatakannya, sembari menatap Hongjoong, memperhatikannya. "Kepemimpinan melemah, para angkatan atas bilang--angkatan 15 ke atas. Bahkan, anak budak dilarang menjadi ketua juga, per tahun ini."

"Tapi mereka tetap boleh masuk lingkaran dalam?"

Hajoon mengangguk. "Sebagai penebusan dosa. Namun, ya, anak budak, akan menggantikan perbudakan orang tua mereka jikalau meninggal. Khusus untuk ketua, bisa menolak. Dengan catatan juga jika mereka tak masuk lingkaran dalam, di mana artinya, jika perempuan, berarti mutlak."

Tak ada Hongjoong mengatakan apapun, hanya mengerang pelan mendengarnya. "Apakah sering berubah dan bertambah, juga berkurang peraturan seperti ini?"

"Ya, tapi biasanya minor." jawab Hajoon. "Perbedaannya sekarang, karena Universitas Badasa harus tercipta sempurna. Itu adalah tujuan utamanya. Jadi banyak peraturan dirombak dari waktu ke waktu."

Hongjoong menekan lidahnya pada pipi dalam. "Tapi saya ketua di UnBada."

"Belum resmi." jawab Hajoon. "Masih dipegang rektor."

Benar adanya, Hongjoong menahan erangannya seketika.

"Seluruh perubahan, terlebih tentang peraturan budak ini, berefek pada banyak. Sayangnya, ada pihak yang entah dari mana, yang tahu tentang ini dan mengacau."

Barulah Hongjoong kembali pada Hajoon secara serius.

Karena jelas, Hajoon sangat serius di sana. "Saya mendengar apa yang terjadi pada adik kamu. Kami tak tahu detail, tak bisa mencari seluruhnya karena bukan urusan kami, tapi kami juga dengar bahwa mobil adik kamu memiliki banyak narkoba?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang