Octagon 3 - 387 : Peranan Kanan

230 27 37
                                    

"Kamu gak ngelakuin apapun. Kenapa?"

Pertanyaan sederhana dari Seonghwa, yang membuat Hongjoong tersenyum dalam panggilan telepon tersebut. Hongjoong sendiri tengah berada di agensi, hanya bersama dengan Yunho dan Younghoon, untuk membicarakan perihal perkembangan dari hasil gimmick tiga band naungan Checkmate tersebut.

Namun posisinya mereka sedang menunggu santai.

Stella sedang bicara privat dengan Yunho dan Younghoon bergantian.

Jadi Hongjoong menghubungi Seonghwa, yang telah menerima pesannya.

"Pasti butuh, 'kan?"

"Sok tau." Hongjoong membalas dalam kekehan, sembari bersandar di area tunggu pada lantai enam. "Dua setengah tahun aku gak ngapa-ngapain, masih bisa hidup."

Ada helaan napas malas. "Terus Eunha yang magang itu? Termasuk juga, 'kan?"

"Kapan terakhir?" Hongjoong mengajaknya bercanda.

"Gak tau, aku lupa dan gak mau tau juga." Nada bicara Seonghwa terdengar kesal, ada gerutuan tipis pula. "Yang pasti aku tetap gak mau sama Yunho. Terserah kamu mau bilang apa, aku gak peduli sama sekali."

Hongjoong mengangguk, sedikit mengerucutkan bibirnya. "Senang sih, kamu dan Yunho sama-sama konsisten bilang gak mau. Tapi, aku takut."

"Aku gak akan ngapa-ngapain dalam beberapa waktu."

"Bukan artinya gak ada kesempatan kamu ketemu orang jahat, 'kan?" balas Hongjoong. Perlahan bersandar untuk memijat kepalanya sendiri. "Sepupu sendiri bisa jahat, apa lagi orang lain."

Seonghwa meringis pelan. "Mamaku sampai trauma, gak mau kenal keluarga besar lagi, sama sekali."

"Sangat bisa dipahami. Kamu pun demikian?" Hongjoong mulai sedikit memejamkan mata, merasa panas di ulu hatinya. "Ingat. Radius 20 meter. Kamu berhak lapor polisi kalau kamu lihat tante, om, kakek, nenek, atau sepupu kamu dari Ibu kamu mendekat. Kamu punya hak itu."

"Kasihan Mama..."

"Kasihan kamu." Hongjoong membalas dalam helaan napas. "Jadi kapan keluar dari Titik Koma? Berita dari kemarin belum surut--gimana pun juga penonton teater kalian banyak orang elit. Banyak yang gak terima dan Titik Koma harus nanggung aib itu."

Seonghwa membalas tipis. "Yang terpenting gak perlu ada denda lagi, untuk aku. Entah untuk San gimana, tapi San juga pasti gak akan mau stay di sana, walau ada Lino, Jinny dan Prince."

"Mereka bertiga tetap di sana?" tanya Hongjoong lagi, tak sedikit pun membuka matanya.

"Iya, mereka suka Titik Koma." jawab Seonghwa. "Yunjin dan Heeseung juga kemungkinan di sana. Yunjin bilang, itu modal dia buat kuliah. Aku kasihan sama Yunjin sih, Ayahnya nyerahin diri, tapi, ya, akhirnya dia juga dapat keadilan dia. Katanya sidang untuk mereka ada di awal bulan ini--ayahnya Yunjin bakal jadi pengacaranya. Di sana Yunjin juga katanya mau bilang kalau dulu sempat aborsi dua kali."

Sebenarnya Hongjoong sampai hati untuk iba, tetapi ia ingin menahannya. "Yang terpenting buat aku cuma kamu."

"Hongjoong..."

"Kamu aja, ya?" Hongjoong sedikit mengeraskan rahang, lalu membuka matanya melihat bahwa seseorang mendekat ke arahnya. Hongjoong pun meluruskan posisi duduk, mendapati bahwa yang mendekat ke arahnya adalah Jennie--entah dari mana. "Sekarang masih beres-beres rumah? Besok makan siang bareng kalau gitu, di sana?"

"Kamu udah mau pergi, ya?"

"Maaf." Hongjoong melihat bagaimana Jennie mendudukkan diri di sampingnya. "Nanti aku telepon lagi. Kamu beres-beres dulu aja kamar baru kamu, temani Ibu kamu--oh, Om Rain peresmian hari ini, 'kan?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang