Octagon 3 - 483 : Carik

228 23 44
                                    

sansan tuh belum bangun atau gimana?
kenapa chat aku ga dibalas dari malam?
jangan lupa mulai gerak untuk masalah hari ini ya
biar gak berat ke dada kamu juga :(
in case kamu lupa
hari ini aku bakal ketemu sama orang yang bakal kerja di studio
kayaknya aku bakal nerima dia aja
(kalau gak ada kendala saat ketemu)
he seems nice
kabarin ya
nanti ketemu di kampus!

Selesai Wooyoung mengirimkan pesannya, dirinya berjalan dari luar kamar untuk menuju ke lantai bawah. Wooyoung mengecek ruang obrolannya bersama satu pelamar--dari iklan yang ia pasang di halaman Instagram untuk studionya--dengan seluruh kebutuhannya juga untuk kuliah. Rencananya akan langsung berangkat karena memang memiliki kelas di pagi itu.

Wooyoung mengendarai motornya, melewati sekian meter untuk sampai di bangunan, di mana studionya berada. 

Ada satu motor terparkir, terlihat seperti motor mahal. Ah, berarti sosoknya sudah tiba.

Memang Wooyoung memintanya untuk langsung naik ke lantai 2 dan menunggu di sana. Jadi setelah memarkirkan motornya, Wooyoung pun bergegas menaiki tangga, sembari memasang senyumannya.

Benar, ada seorang pemuda jangkung, berdiri memunggunginya karena tengah mengamati sekitar.

Langkah Wooyoung menjadi pelan, untuknya sedikit berdeham kecil agar bisa menarik perhatiannya.

Seketika sosok itu berbalik, dan kemudian tersenyum merekah--senyumannya khas sekali--dan tampak sangat indah di wajah tampannya, menyambut Wooyoung seketika. "Wooyoung, benar?"

"Ya," Wooyoung tampak senang begitu dipanggil, dan langsung mengulurkan tangan--setelah sampai di permukaan lantai yang sama untuk menjabatnya. "Wooyoung Bajradaka Gema."

"Jiwoong Anggasta." Sang lelaki membalas jabatan, memperkenalkan dirinya juga. "Salam kenal."

"Salam kenal, Jiwoong." Wooyoung kemudian menarik tanganya, di mana jabatan tangan mereka terlepas seketika. Wooyoung agak menepuk pahanya, sedikit canggung, jadi mencoba untuk bertanya hal-hal dasar yang tak sempat ditanyakan pada chat mereka. "Jadi, sorry, Jiwoong kelahiran tahun berapa?"

Jiwoong tersenyum, seperti telah tahun. "Satu tahun lebih tua dari lo."

"Oh, 2002?" Wooyoung yang terkejut langsung menutup mulutnya sendiri, merasa bersalah. "Maaf, gue gak tau. Gue panggil kakak--"

"Gak perlu."

"Kak Jiwoong." Wooyoung bersikeras dan menatap gemas. Tersadar, Wooyoung mengerjap untuk melanjutkannya. "Kak Jiwoong sibuk apa kalau gitu? Maksud gue... kenapa mau terima pekerjaan ini, yang, ya... maksud gue hanya jaga studio?"

Agak meringis, Jiwoong mengedikkan bahunya. "Ada dua alasan, sebenarnya. Pertama, gue bosan dan lagi cari tempat tinggal juga."

"Loh?" Wooyoung mengerjapkan matanya. "Bosan kenapa? Dan... err, untuk tempat tinggal, sebenarnya ada sih, di tempat kost gue--jarak beberapa bangunan dari sini. Masih ada sisa kosong satu setahu gue, di lantai 2."

Jiwoong terkekeh dan langsung mengangguk. "Oke, gue kost di sana."

Jelas terkejut, Wooyoung tak bermaksud menyinggungnya. "T-tapi gue kurang tau biaya di lantai 2, mm... mungkin sekitar 5 juta per bulan...?"

"Segitu doang?"

Wooyoung langsung mengernyit heran. "Sebentar... lo nyari pekerjaan ini, yang bahkan gajinya juga gak seberapa... dan kost harga segitu--"

"Gue cuma bosan." Jiwoong nyengir, seperti tanpa masalah, lalu segera merogoh ponselnya. Jiwoong tampak sibuk membuka sesuatu, sebelum menyodorkannya pada Wooyoung--bermaksud memperlihatkannya. "Gue subscriber lo dari lama, waktu masih aktif YouTube. kalau gak salah, gue join waktu masih sekitar 5000 subscribers."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang