Octagon 3 - 538 : 27 Agustus 2023 Pt. 5

217 25 38
                                    

Satu tamparan begitu keras di wajah.

Tak sampai membuat sang pria menoleh, tapi cukup teralih.

Seperti bagaimana memang begitu kerasnya, dari sang wanita yang terengah, menatap dengan matanya yang memerah penuh kekecewaan.

Sesungguhnya, Gongyoo sendiri sudah memperhitungkannya.

Selagi Jihyun benar-benar sudah tak kuasa menahan amarahnya sama sekali.

"Kamu sudah gila?!" tanya Jihyun, cukup keras, di dalam kamar inap dengan pintu terbuka, hanya terdapat mereka berdua di dalam sana, setelah sang Ibu, melihat, bahwa anaknya satu-satunya secara kandung, tak ada di atas ranjang tersebut.

Shownu yang berada di samping pintu, dari arah luar, memilih untuk menutupnya.

Sedangkan Gongyoo memilih tak membalas, dari pada menyakiti sang istri dengan kenyataan.

Ah, tunggu sebentar.

Gongyoo lupa.

Di balik sifat lembutnya itu, Hongjoong sendiri seharusnya lebih takut pada Jihyun, dari pada dirinya sendiri. 

Jihyun tak pernah main-main saat mencapai batasannya.

Tentu mendapatkan Hongjoong ditusuk, dan bukan pertama kalinya masuk rumah sakit setelah tinggal di ibukota, dapat mendorongnya sampai titik ini lagi.

Setelah dahulu, pernah, nyaris saja...

"Anak kita--! Lieverd, anak kita--astaga! Kamu kehilangan akal sehat kamu?!"

"Masalah akan menjadi lebih pelik dari pada ini, jika kita tidak mengalah sedikit." Gongyoo menjawabnya, dengan tenang. Rasa panas di pipinya tak terasa sebenarnya. "Di sisi lain, Cecilia aman, bersama dengan orang pilihan kamu, bukan? Tak akan ada yang terjadi."

Jihyun langsung menunjuk ke arah pintu. "Shownu bahkan ada di sini, lieverd!"

"Rastafara aman di sana--"

"Irawan bilang, anak kita disuruh untuk--"

"Tak akan terjadi, lieve." Gongyoo harus memotongnya, walau biasanya ia mengalah--kecuali ketika dirinya yang tengah marah. Gongyoo berusaha menyentuhnya di lengan atas, tapi Jihyun langsung menepisnya. "Tidak akan pernah terjadi. Tenang. Rastafara aman--anak kita aman."

Begitu kecewa dari tatapannya, Jihyun memilih untuk memalingkan wajah, dan menggigit kepalan tangannya dari buku jari.

Namun Gongyoo segera menyentuhnya lembut, untuk menurunkannya--agar sosok itu tak menyakiti dirinya sendiri. "Tenang. Semua terkendali. Kita berikan dulu apa yang lingkaran dalam mau--"

"Anak kita--"

"--tanpa harus melakukan persetubuhan itu." Gongyoo mau tak mau tetap bicara, walau Jihyun memotongnya. Ketika Jihyun tak membalas tapi air matanya sudah menggenang jelas, Gongyoo merapat untuk perlahan menyentuh pipinya dengan lembut. "Tenang. Kita jangan memperbesar masalah, setelah kematian dari putri Immanuel."

Jihyun mengeraskan rahangnya, sekuat tenaga berusaha untuk tak membuat dirinya jatuh pada air mata. "Bersalah atau tidak, perempuan itu tetap ada di tempat kejadian perkara saat Cecilia celaka."

Nyatanya kamu salah...

Tak Gongyoo lafalkan secara lisan, sosok itu hanya menariknya ke dalam pelukannya secara lembut. "Tenang. Tenangkan diri kamu dahulu. Kita beristirahat sambil menunggu kabar dari--"

Jihyun tiba-tiba mendorong pelukan, melepaskannya.

Hanya menahan diri, Gongyoo menatapnya.

Sedangkan Jihyun, satu air matanya tak bisa dirinya kendalikan, sampai akhirnya terjatuh. Jihyun benar-benar kecewa. Marah. Seluruh emosi berkesan negatif berkumpul padanya. 

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang