Octagon 3 - 521 : Situasi Dalam Situasi

186 22 23
                                    

Datang memberikannya sebotol minuman, San kemudian mendudukkan dirinya di samping sang perempuan yang setelah itu menerimanya. 

Langit kala itu berwarna oranye di halaman Rumah Sakit Jendela Hati. Sudah nyaris gelap adanya. San baru sempat mendatanginya, setelah menghubungi dan bertanya keadaannya. Jadi pertemuan ini, sekaligus untuk menanyakan keadaannya. Sekaligus pula, San datang ke tempat kerja dari Hajoon, dan juga Hyunyoung.

San melihatnya dengan lesu berusaha membuka botolnya.

Jadi San memintanya kembali, untuk membukakannya untuknya, dan kemudian memberikannya kembali. "Minum dulu."

Sihyeon, sang perempuan, menerimanya dengan penutupnya. Setidaknya Sihyeon memberikan senyuman tipis, sebelum kemudian meminum air mineralnya. Setelahnya Sihyeon menunduk, menarik napasnya setipis mungkin.

Cukup khawatir, sekaligus tak tega, dari San yang kurang lebih bisa menyaksikan bagaimana terpukulnya ia. "Seenggaknya, kondisi Kak Yugyeom udah mulai stabil..."

"Gue gak tau harus gimana lagi..." Sihyeon menjawab pelan, mencoba menutup botol minumannya. "Kak Yugyeom gak punya orang tua... yang masih ada cuma neneknya, dan gue rasa, kabar ini pun belum sampai ke neneknya..."

Agak dekat dengan keadaannya, San menarik napasnya pelan. Tak mungkin tega dirinya mengatakan bahwa semua ini ulah dari keluarga temannya sendiri. Karena di sisi lain, tampaknya Yugyeom dan Chaeyoung benar-benar bersalah.

"Gue benci banget sama Chaeyoung, tapi gue juga bukan mau dia mati, San..."

"Gue paham..." San berucap secara hati. Ada kebiasaannya--pada siapapun--untuk mudah menyentuh agar bisa menenangkan, tapi untuk ini, San menahan dirinya. "Lo sering tidur di sini jadinya? Istirahat dulu aja."

Sihyeon menggelengkan kepalanya pelan.

"Istirahat aja, bokap gue kerja di sini."

Agak kebingungan, Sihyeon meliriknya.

Tersadar, San langsung memperbaikinya. "Bokap... dan nyokap angkat gue, kerja di sini. Jadi tenang aja, bisa gue sampaiin ke mereka untuk jagain Kak Yugyeom."

"Gak perlu, San--"

"Lebih baik lo istirahat, dan tunggu sampai kondisi Kak Yugyeom membaik--siuman." San mencoba menenangkan, hanya dari senyuman. "Walau memang berat, gue saranin, kasih kabar ke neneknya juga. Gimana pun juga, mereka keluarganya. Jangan lo pegang beban ini sendiri--lo cuma... pacarnya."

Sihyeon terlihat begitu terluka, nyaris menangis. Sampai Sihyeon harus menggigit bibir bawahnya cukup kuat. "Gue sebenarnya sakit hati, tapi gue tetap kasihan dan khawatir sama keadaannya. Gue gak ngerti kenapa mereka bisa ngendarain mobil sampai masuk danau kayak gitu..."

Itu pertanyaan yang tak bisa San jawab.

Sambil mengangkat wajahnya menatap langit, Sihyeon mengerang tipis. "Maksud gue, mereka ngapain... kenapa bisa masuk danau..."

"Mungkin... narkoba..."

Sihyeon segera melihat ke arah San.

Tak tega sebenarnya, tapi San memikirkan satu saja, yang sekiranya bisa masuk ke akal selagi dirinya belum tahu banyak. Namun mengingat bahwa San memberitahu Gongyoo perihal foto itu, lalu diketahui bahwa mobil Nagyung ditemukan dengan banyaknya narkoba, mungkin pembalasannya dibuat serupa.

Hanya itu yang bisa San pikirka.

 "Mungkin, kita gak pernah tau, Sihyeon... toh gak mungkin, seorang Chaeyoung mau bunuh diri, 'kan? Kita berdua tau, secinta apa Chaeyoung dengan dunia ini."

Sihyeon langsung menatapnya dengan cemas. "Gak mungkin, pacar gue... 'kan, Desan?"

"Kita gak tau..." Tak ada lagi yang bisa San katakan lebih dari itu. "Sekarang, tolong, istirahat, ya? Pulang dulu aja. Gue sampaiin langsung ke orang tua angkat gue, oke? Dan, kalau ada apa-apa, jangan sungkan buat hubungi gue. Pacar gue gak akan marah, nanti gue izin sama dia."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang