Octagon 3 - 507: Tempo Pt. 4

210 22 20
                                    

Begitu sampai di kelasnya, Hongjoong langsung mengedarkan pandangan untuk, jelas, mencari kekasihnya. Tak ada siapapun yang perlu dicarinya di dalam sana, kecuali sang kekasih yang ketika ditemukannya tengah tersenyum, di posisinya duduk--di salah satu jajaran belakang yang tinggi--juga melambai tipis, untuk mengajaknya mendekat. Selagi kelas memang belum dimulai adanya.

Namun begitu Jisun muncul, mengekor dari belakang tubuhnya, Winter seketika terdiam.

Hongjoong tahu, Winter pasti bisa menghapal wajahnya ketika ia menunjukannya lewat foto--beberapa foto.

Seketika itu juga, raut wajahnya berubah.

Hongjoong setidaknya memang menjalankan tugasnya, tapi dia takkan tak bertanggung jawab pada seseorang yang menjadi kekasihnya. Jadi Hongjoong segera mengambil kursi di jajaran agak depan, bersama Jisun, yang terus tersenyum sambim bicara padanya.

Benar rasanya seperti patah hati.

Winter nyaris sekali menangis.

Beruntung, hanya berlangsung tiga detik dari Hongjoong telah memastikan Jisun duduk dengan manis, dirinya melihat ke arah Winter dan memberikannya tatapan, sebuah kode, untuk mengikutinya. 

Winter semakin ingin menangis, justru.

Saat itu Hongjoong memasukkan kedua tangannya ke dalam saku, bicara sekilas pada Jisun--mungkin menyuruhnya menunggu--dan kemudian tergesa ke arah luar.

Jadi Winter perlahan meraih tasnya, dan menyentuh perut bagian bawahnya. Winter menunduk, berjalan menuruni tangga secara hati-hati, untuk berjalan ke arah pintu. Ketika Winter melewati Jisun, dirinya hanya melirik sekilas, pada perempuan yang terus tersenyum senang menunggu, seolah sosok yang tengah bersamanya adalah miliknya.

Semula Winter pikir hanya hubungan badan saja.

Lalu... mengapa sampai kurang ajar seperti ini?

Winter pun berjalan keluar dan mengabaikan beberapa teman yang bertanya keadaannya. Kondisi Winter sangat tak nyaman, perutnya benar sakit. Winter juga tak pernah meminta, tapi memang setiap kali menstruasi, perutnya selalu sakit, dan dirinya akan menjadi lebih emosional. Tak terbayangkan, Winter biasanya saja sangat emosional, juga sensitif.

Baru dua langkah dari pintu, Hongjoong telah berada di dalam sana dan langsung menyentuh punggungnya, untuk menuntun langkahnya.

Winter tak tahu mengapa dan apa, tapi dirinya hanya mengikuti saja.

Hingga sampailah mereka ke toilet terdekat, untuk pria.

Dari sanalah, Hongjoong meraih lengan Winter dan menggenggamnya, untuk masuk. Lapangan parkir terlalu jauh, jadi tempat ini yang dipilihnya. Hongjoong segera memeriksa semua bilik, memastikannya kosong, sebelum kemudian mencapai Winter kembali yang hanya berdiri diam, sudah di ujung tangisannya.

Baru Hongjoong hendak meraih lengannya lagi, Winter agak menepisnya.

Sejujurnya, Hongjoong takkan menyalahkan jika ini akan menjadi kali pertamanya Winter marah.

"Kenapa harus ke sini..." Winter tak menahan apapun, langsung meluapkannya. "Kenapa harus ajak ke sini..."

Sebelum menjawab, Hongjoong segera melakukan hal yang hendak dilakukannya, menarik lengan Winter untuk membawanya mendekat.

Tetapi Winter menepis lagi.

Kali ini, Hongjoong agak memaksa, langsung menggendongnya, karena tujuannya adalah mendudukkannya di atas area datar wastafel. Hongjoong segera meraih tas Winter, menaruhnya di samping secara hati-hati.

Winter menjatuhkan air matanya, tapi masih dalam diam.

Tak melihat ke arah mata Winter, Hongjoong yang mengenakan jaket, segera mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Tak satu sebenarnya, beberapa. "Tadi Kak Hongjoong mampir apotik dulu--maaf Kak Hongjoong gak tau banyak tentang ini."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang