Octagon 3 - 445 : Memetik Resolusi Pt. 1

197 26 25
                                    

"Hati-hati. Makannya hati-hati."

Rosé berucap, sembari menyuapkan bubur pada Younghoon yang duduk bersandar di atas kasur, pada ruangan rawat inapnya, pada tanggal 25 Juli tersebut—selang 5 hari dari kejadian. Setidaknya di hari kelima itu, Younghoon sudah lebih mau menggunakan rahangnya, dan mulutnya, untuk makan, atau bicara. Setelah sebelumnya, terlalu kacau dari lebam-lebam yang dimilikinya.

Kedua orang tuanya sibuk, tapi sering datang.

Di sisi lain, ada dua asisten rumah tangga dari kediaman kedua orang tua Younghoon, yang ikut berjaga bergantian. Setidaknya menggantikan peran keduanya untuk menemani Younghoon, disaat mereka tak bisa meninggalkan pekerjaan.

Dikarenakan, jelas, yang lainnya juga tak memiliki banyak waktu untuk menemani.

Selain Juyeon yang menyempatkan waktu.

Atau Mingi.

Rosé seperti sekarang—kadang ditemani Jennie, Jisoo atau Lisa.

Hari ini Rosé mampir dulu, sebelum pergi ke agensi. Datang bersama Jisoo, namun perempuan itu menunggu di luar, hanya untuk memberikannya waktu sebagai saksi mata pada kejadian lalu.

Sejujurnya, Rosé juga masih agak trauma atas apa yang terjadi.

"Bisa makannya?" tanya Rosé hati-hati.

Younghoon melihatnya dan mengangguk tipis. Keadaannya penuh perban, bengkak dan memar yang warnanya belum memudar. Satu giginya lepas—sebuah pe-er untuk urusan nantinya yang dikenal bukan hanya permainan gitarnya, tapi juga ditambah parasnya.

Hal itu membuat Rosé tersenyum tipis, namun sarat perasaan bersalah. Rosé tak tahu lengkapnya, tetapi setidaknya, Juyeon memberitahunya. "Karena gue, ya?"

"Bukan." Younghoon menjawab dengan nada lemah. "Bukan. Tapi gue. Lo gak salah."

"Tapi semua gak akan kejadian, kalau—"

Dengan gerakan lemahnya—tak bertenaga—Younghoon menyentuh bahu dari perempuan yang duduk di samping kasurnya. "My bad. Udah."

Rosé hendak berucap lagi, tapi tak sanggup.

Tiba-tiba saja, ada ketukan dari pintu. Sang asisten rumah tangga yang sebelumnya duduk di sofa—di dekat pojokan dari ruangan VVIP tersebut—langsung beranjak untuk membukakan pintu.

Younghoon seketika terbelalak melihat sosok yang datang. Bahkan Rosé pun ikut terkejut adanya.

Adalah Hyunjae, yang membawa sebuket bunga di tangannya. Tersenyum berterima kasih pada sosok yang membukakan pintu untuknya, sebelum membawa langkah ke arah depan untuk mendekat.

Refleks Rosé berdiri dari duduknya--setelah menaruh mangkuk di atas meja.

Di saat Younghoon meluruskan posisi duduknya, dan menatap tak percaya bahwa ia bisa... melihatnya.

Lantaran... walau pukulan demi pukulan itu dilayangkan padanya, tanpa ucapan sama sekali, Younghoon tahu ke mana arahnya.

Hyunjae mungkin membeberkan apa yang terjadi?

Atau semua ini karena Yunho?

Yang pasti, Hongjoong yang telah memperingatinya sebelumnya, berakhir dengan membuatnya mendapatkan operasi di belakang kepalanya. Juga lebam. Di hari itu, Younghoon merasa tak bisa melawan sama sekali. Seolah kemarahannya sangat pekat, sampai tak tertembus.

Hyunjae berhenti tepat di depan ranjang.

Canggung dan bingung, sekaligus paru-parunya terasa menyempit--seolah sesak--Younghoon melirik ke arah Rosé. Saat itu, Rosé segera tersenyum tipis, dan kemudian beralih untuk menuju pintu, sembari mengajak asisten rumah tangganya. Lantaran, apa yang Rosé tak tahu? Younghoon menceritakan banyak... tentang Hyunjae padanya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang