Octagon 3 - 543 : 27 Agustus 2023 Pt. 10

166 21 25
                                    

Dalam diam, Wooyoung menatap layar ponselnya, setelah satu panggilan tersebut dimatikan. Wooyoung yang berdiri di tepian jalan, samping motornya yang terparkir, hanya bisa diam saja, usai mendengarkan bagaimana sang kekasih bicara di seberang sana.

Ini memang sudah larut, Wooyoung juga tahu.

Hanya saja berpikir bahwa sekarang adalah malam Minggu dan tak ada siapapun di Lotus, Wooyoung berakhir dengan berada di luar semalaman.

Dari arah belakangnya berdiri, Jiwoong keluar dari minimarket 24 jam yang dimasukinya beberapa saat lalu. Ada beberapa di tangannya, tak menggunakan keresek, di mana dirinya hanya membawanya begitu saja dengan tangan besarnya.

Ketika langkah semakin dekat, Wooyoung menyadarinya dan menoleh ke arahnya.

Bersamaan dengan itu, Jiwoong menyodorkannya sebuah minuman dan sebatang cokelat, dari tangan kirinya. Selagi tangan kanannya memegang sebotol minuman lainnya. "Buat ganjal dulu sambil kita cari tempat makan 24 jam daerah sini."

Wooyoung memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket sebelum menerimanya.

Namun Jiwoong menangkap sesuatu, membuatnya sedikit terkekeh untuk membahasnya. "Kenapa? Kok mendadak mukanya ditekuk gitu?"

"Gak." Wooyoung menjawab, tak menyembunyikannya. "Cuma tadi... dihubungi San."

"Pacar?" Jiwoong memastikan kembali, sebelum turun dari trotoar agar berdiri di dataran sama dengannya. Jiwoong membuka botol minuman miliknya, sembari terus memperhatikan sosok yang lebih pendek darinya tersebut. "Kenapa? Disuruh pulang?"

Agak terkejut, Wooyoung melihatnya. Hendak menjawab, tapi Wooyoung sudah teralihkan pada hal lain. "Entah kenapa, gue juga masih gak bisa kalau night ride dan berhenti di minimarket kayak gini. Gue malah keingat seseorang."

"Ey~" Jiwoong menggodanya. "Ada berapa banyak orang di hati lo sebenarnya?"

"Bukan, bukan." Wooyoung langsung mengibaskan tangan, walau terasa penuh. "Gue cuma gampang keingat aja, dan gak ada maksud apa-apa--maaf, ini lagi agak berantakan sih, gara-gara beres nari tadi... terus pacar gue nelpon..."

Segera Jiwoong berpindah ke sisi motornya, untuk bersandar--walau tak benar-benar melakukannya, pada bokongnya. Jiwoong meminum minumannya sesaat, melepas dahaganya, untuk kembali berucap. "Jadi disuruh balik?"

"Tadi kan mau makan?" tanya Wooyoung, merasa tak enak.

Jiwoong terkekeh, hendak meminum kembali. "Santai aja, kita satu tempat tinggal, 'kan? Mungkin khawatir, ikuti aja. Dari pada ada masalah?"

Terkejut, Wooyoung mengerjap menatapnya.

Selagi Jiwoong merogoh saku jaketnya, mencari kunci motornya. "Gue juga belum sempat kenalan, ya? Lagipula tadi awalanya kita juga cuma mau cari cat--gue gak mau ganggu."

"Sorry..." Wooyoung menatapnya, meremas botol minuman dan batang cokelat yang masih terbungkusnya, untuk mendapatkan perhatian Jiwoong kembali secara penuh. Wooyoung penasaran, hanya penasaran. "Kenapa...?"

"Kenapa?" Jiwoong mengulang, kebetulan bersamaan dengan dirinya mendapatkan kunci motornya. Sedikit berpikir, Jiwoong kemudian mengatakannya. "Karena gue ngerasa, gue mau lihat senyuman lo, tatapan lo, dan seluruh bahasa tubuh lo, sama kayak nari tadi, setiap harinya."

Wooyoung terdiam seketika.

Segera meraih helmetnya sendiri, dan berbalik, Jiwoong melanjutkannya. "Kalau lo berantem sama cowok lo karena lo ada di luar, terus nanti lo gak boleh nari lagi, gue bakal sedih. Jadi, kita nurut aja."

"Tapi tadi lo excited mau cari makan di luar, Kak..." Wooyoung terus merasa bersalah, memperhatikan Jiwoong yang mulai mengenakan helmetnya.

Jiwoong menoleh, saat itu, terkekeh kembali, sembari memastikan tutup botol minumannya tertutup rapat. "Gue excitednya karena mau makan sama lo, anjir, not the idea. Haha~ udah, ayo?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang