Octagon 3 - 554 : Risalah Pt. 2

179 20 20
                                    

Jumat, 1 September 2023.

Sambil meremas setir mobil latihannya--bukan mobil yang diberikan Yunho padanya--Seonghwa menarik napasnya pelan, berhasil memarkirkannya dengan baik. Di hari keempatnya berlatih tersebut, Seonghwa sudah mulai terbiasa--rupanya tak sesulit itu, hanya ketergantungannya menguasai. Yang mana sebenarnya, membuatnya teringat akan masa lalu, akan masa di mana, ini bukan kali pertamanya, menyentuh setir itu.

"Hongjoong, Hongjoong, Hongjoong, Hongjoong... aku gak mau, please ambil alih--Hongjoong!"

Dalam kepanikannya, takut untuk menabrak, padahal mereka berada di daerah perumahan tempat Hongjoong tinggal yang benar-benar kosong dan luas, tak ada siapapun terlebih di malam hari. Seonghwa bergerak tak nyaman di duduknya, sembari sesekali melirik ke arah Hongjoong yang hanya terkekeh memperhatikannya dari posisinya duduk di samping.

"Hongjoong! Ambil alih! Aku gak mau--takut, takut, takut! Hongjoong!"

"Santai dong~" Hongjoong justru semakin menggodanya, terkekeh sembari bersandar pula di joknya. "Pelan-pelan, jangan kebalik gas sama rem, dan santai~"

Namun Seonghwa terlalu takut. Selain takut celaka, mobil Hongjoong bernilai mahal--Seonghwa tak ingin tiba-tiba ditagih ganti rugi ke rumahnya. Walau itu semua sebenarnya tak mungkin terjadi. "Hongjoong!! Aku marah!"

"Lanjut dulu, sampai pohon yang--"

"Hongjoong!!"

"Ayo--"

Sampai Seonghwa bisa menginjak rem dengan sangat cepat, membuat mobilnya berhenti mendadak. Mengakibatkan tubuhnya dan Hongjoong agar terdorong ke depan, tetapi tertahan oleh sabuk pengaman. Dalam keadaan terengah, Seonghwa yang membuatlan mata menolehkan kepalanya kemudian.

Hongjoong masih terkejut, tapi tertawa lagi, dan sedikit mencondong untuk menyentuh lengannya.

Walau tak berhasil karena Seonghwa langsung menepisnya dengan sangat kasar. "Aku marah!! Aku takut--aku gak bisa!!"

"Gak bisa gimana?" tanya Hongjoong, menunjuk ke depan dengan tawa kecilnya. "Kita maju lima meter~ hebat!"

"Aku gak bisa!" Seonghwa kembali membentaknya, rupanya tak mereda. Tampak juga bahwa dalam hitungan detik pun, Seonghwa dapat menangis, terlihat dari matanya yang memerah. "Aku gak bisa, dan aku gak mau bisa!"

Seonghwa memang  sering sekali marah seperti itu padanya, tetapi Hongjoong mulai turun pada suasananya, menyadari bahwa sosok itu benar-benar marah seperti apa yang dikatakannya. Berusaha dengan hati-hati, Hongjoong pun bertanya dengan pelan padanya. "Oke, oke, kita berhenti. Kita berhenti, ya? Sini, pindah."

"Aku tuh gak mau! Aku gak mau bisa!"

"Oke, iya." Hongjoong berucap untuk menenangkannya. "Kita gak perlu lanjut."

Di posisinya meremas setir itu kuat, Seonghwa mulai menggigit bibir bawahnya. Suaranya bercampur kerapuhan, begitu tipis adanya. "Aku gak mau bisa... aku gak mau bisa lakuin hal yang kamu lakuin..."

"Karena?" tanya Hongjoong kembali.

Seonghwa tahu ini buruk—sangat tahu, tapi bagaimana caranya untuk mempertahankannya, bukan?

"Aku mau kamu tau, aku selalu butuh kamu..."

"Kak? Kak Seonghwa? Halo?"

Akhirnya, entah sudah berapa banyak panggilan, Seonghwa pun dapat mengerjapkan matanya untuk kembali pada kesadaran. Seonghwa melihat ke arah sang perempuan, yang sebenarnya seumur dengannya, menatapnya dari samping sembari memegang papan catatannya.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang