Octagon 3 - 551 : Pecah Pt. 6

189 23 31
                                    

San menutup pintu mobilnya, tak bertenaga, tapi sebenarnya tak benar-benar tersiksa.

Selagi Gahyeon kala itu, pukul delapan malam tepatnya, juga menutup pintu mobil setelah keluar dari dalam sana. Gahyeon membawa kunci mobilnya, saling memutar dengan San, untuk bertemu, sebelum sang perempuan memberikan kuncinya.

Sambil mulai tersenyum, San menerimanya.

Hal itu jelas mengundang Gahyeon untuk tersenyum juga. "Tenang, masih ada besok. Kita jangan maksa datang ke rumah Nero malam hari."

"Ya." San setuju akan itu, tapi selanjutnya tatapannya benar-benar melembut--penuh dengan kelegaan. "Thanks, Gahyeon. Karena lo, Micha mau--"

"Eits." Gahyeon langsung mengangkat telunjuk untuk menghentikannya. "Gue udah bilang, ke gue itu terakhir. Oke? Sekarang, lo istirahat. Kalau mau gabung kami minum-minum, tinggal ke rooftop aja--ajakin pacar lo kalau mau."

Mendengarnya, San begitu merasa tak enak. "Tapi berkat lo, Micha mau dengerin penjelasan dan akhirnya mau coba nerima maaf gue. Juga Olso."

"Berkat lo juga. Kesungguhan lo." Gahyeon perlahan menyentuh lengan atas San untuk menepuknya. Gahyeon menatapnya bangga, tapi tak memberikannya makan kepuasan semata terlebih dahulu. "Besok, oke? Siapin diri aja. Jam 2--sesuai jadwal kosong kelas kita yang tadi udah dibicarain. Lo jemput gue kalau gitu?"

San mengangguk. "Ya, tentu."

"Alright. Sekarang lo mending tidurin dulu bentar dan--"

"San?"

Satu panggilan itu membuat San dan Gahyeon teralih pada sosok yang baru memasuki pos satpam, di halaman luar Lotus Kost tersebut. 

Refleks Gahyeon menarik tangannya perlahan.

Selagi San terfokus padanya, untuk beberapa detik, sampai tersadar dan kemudian menunjuk ke arah Gahyeon. "Sayang... ini Gahyeon, ya? Maksudku--ini Gahyeon."

"Kita belum proper kenalannya, ya, waktu itu?" tanya Gahyeon, sebelum meringis pelan. "Udah sih, sebenarnya. Cuma biar lebih lega aja." lanjutnya, yang kemudian tersenyum.

Wooyoung berdiri di tempat, dengan pertanyaan, mengapa mereka bersama dan tampaknya baru keluar dari kendaraan yang sama. Namun Wooyoung masih mematung, menerka sendiri di dalam kepalanya, hingga terdengar suara dari belakang, dari sosok yang memang mengikutinya dari belakang, walau berjarak. Dikarenakan sosok itu mampir sejenak, ke sebelah, untuk mengambil pesanannya.

"Tunggu dong, Bos. Pegal nih badan gue~"

Segera Wooyoung melirik pada Jiwoong, di balik tubuhnya, dan berpikir ini kesempatan juga.

San dan Gahyeon menunggu diam, mengerjap, sampai sosok yang terhalang cahaya lampu untuk menerangi malam tersebut sampai di samping Wooyoung, sembari memberikannya satu cup minuman dari Rendezvous, selagi dirinya memegang satu.

Tak mendapat balasan, Jiwoong mengernyit, lalu membawa tatapan ke depan dan membuatnya menyipitkan mata.

Di titik itu, Wooyoung memperkenalkannya. "San... ini Kak Jiwoong, yang kerja di aku. Dan Kak Jiwoong, ini--"

"Adjie?" Jiwoong memotong, tak sengaja, karena terfokus setelah menyadarinya.

Bersamaan dengan San juga ternganga, sebelum menunjuknya dengan terkejut. "Kak Joe?!"

"Loh?" Jiwoong mendekat dalam heran, lalu melihat ke arah Gahyeon. "Kok ada Si Boncel juga sih? Loh, gimana ini maksudnya? Kalian masih pacaran?"

"Anjir, Kak!" Gahyeon, rupanya terkejut juga. Kedua matanya berbinar, menatapnya segera. "Ih, sialan! Masih aja manggil gue Boncel? Gue udah tinggian nih! Dan ogah banget gue masih pacaran sama Iyo!"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang