Octagon 3 - 552 : Pecah Pt. 7

185 21 24
                                    

Sepanjang itu, seluruhnya, San jabarkan agar tak membuat Wooyoung salah paham sama sekali. Dari niatnya semula yang memang tak akan mengatakan apapun, dan berniat kembali setelah selesai, berubah dengan munculnya Gahyeon di halaman depan Lotus dan bersedia untuk membantunya tanpa diminta. San juga menjelaskan pada Wooyoung bahwa Gahyeon justru khawatir akan karma yang mungkin akan didapatkan San, dan akan berdampak pada Wooyoung. Selagi Gahyeon sendiri, berusaha mencari kedamaian hatinya.

Dalam keadaan Wooyoung yang masih sulit untuk mencerna situasi, dirinya duduk diam, menatap San, di dalam kamar yang lebih tua beberapa bulan. San dan Wooyoung duduk menyamping, berhadapan, sembari San terus menggenggam tangan Wooyoung--selagi terasa masih agak dingin, usai memegang cup minumannya sepanjang jalan.

San terus menatapnya dengan lembut, selelah apapun fisiknya sekarang. "Ya? Maaf, ya, tentang tadi pagi. Ini bukan tentang aku gak percaya kamu. Aku cuma takut..."

"Sekarang udah gak takut?"

"Udah enggak, karena aku kenal Kak Joe, dan ada alasan dia dipanggil Jomblo, karena yang dekati dia selalu orang yang punya pacar. Selama ini pula, dia gak pernah respon mereka--sejauh SMP maksudnya."

Sebenarnya Wooyoung sudah mulai menerima, tapi alasan San masih mengganjal untuknya. "Jadi sekarang lebih tenang karena Kak Ji, bukan karena aku?"

"Kak Ji?" San mengernyit sesaat, sebelum menyadari bahwa namanya adalah Jiwoong. San kemudian menggelengkan kepala, secepat mungkin, mencoba memperbaikinya. "Bukan. Bukan gitu, Pumpkin..."

"I don't know how to react, actually..." bisik Wooyoung tipis, yang sebenarnya juga tak ingin memperumit. Hanya sedikit tak nyaman. "Oke... itu bagus kalau Gahyeon bantu kamu... terus ternyata orang yang kerja di aku adalah kakak kelas kamu dulu... itu bagus. Cuma... entah, aku gak tau rasain apa di sini..."

Begitu khawatir, San merapat, ingin memeluknya. "Sayang, maafin aku, ya? Aku berusaha--aku berusaha jadi baik, lebih baik lagi buat kamu. Aku mau jadi lebih baik buat hubungan ini, ya?"

Wooyoung diam, tapi dirinya menggigit bibir bawah.

Jadi San menyentuhkan ibu jarinya pada bibir bawah tersebut, menarik turun agar terlepas dari gigitannya. "Just tell me everything, sayang. Tolong..."

Ada inginnya, dari Wooyoung, untuk mengatakan ia merasa tak nyaman. Mengganjal. Masalahnya, Wooyoung belum memahami hal itu, dan melihat San pasti akan terpikirkan untuk itu, dirinya menjadi tak tega. Wooyoung pun teralih pada satu hal, yang membuatnya kembali berucap, denga suara tipis. "Kamu belum tidur?"

"Sudah, sempat pagi tadi kok." San menjawab, sebisa mungkin tak menunjukkan rasa lelahnya.

Namun Wooyoung tahu, San begitu lelah. Terlebih Wooyoung baru menyadari satu hal, yang membuatnya merasa sesak sendiri. "Astaga, San. Kamu belum tidur dari pesta semalam, 'kan?"

"Udah, tadi pagi sempat sebentar, beres kamu... usir aku..."

Seketika itu juga Wooyoung mejauhkan diri dari San, untuk berdiri. 

Jelas San masuk dalam keterkejutan secara mendadak, takutkan Wooyoung marah atau merasakan apapun, disaat dirinya ingin berdamai.

Sampai San lupa, bahwa jelas Wooyoung akan tetap marah.

Untuk hal lainnya. 

"Sekarang kamu mandi dulu, aku siapin handuk dan semuanya. Aku buatin dulu kamu makan malam, beres makan, langsung tidur. Gak perlu peduliin hal A, B, C, D. Pokoknya beres makan langsung tidur."

San melihat bagaimana Wooyoung tergesa sendiri, masuk ke dalam kamar mandi dan entah melakukan apa saja. Yang pasti, setelahnya, terdengar suara shower dinyalakan, yang memungkinkan bahwa Wooyoung tengah mengatur suhu, dengan perintahnya untuk San agar mandi.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang