Octagon 3 - 460 : Hari Orientasi Kampus Satu Pt. 5

242 25 26
                                    

"Jawabannya tetap tidak, sekalipun untuk urusan lingkaran dalam."

Hongjoong hanya bisa menatap datar dari penjelasan Nicholas di depan pintu rumah, setelah sekitar 30 menit yang lalu ia mengirim pesan izin untuk pergi. Seperti yang telah dijanjikan, Hongjoong berniat datang di hari ke-empat masa orientasi. Jika tidak, rasanya seperti tak memiliki tanggung jawab dan terlalu melimpahkan semua pada anak-anak buahnya.

Tak sedikit pun Hongjoong suka seperti itu.

Ketua berbeda dari bos, bukan?

Jadi Hongjoong meminta, toh, bukankah esok hari terakhir?

"Bu Vharlien Tjokro mengatakan, baru tanggal 5 nanti, kamu diminta datang ke agensi." Nicholas menjelaskan. "Jikalau Elvarino juga belum keluar dari rumah sakit, kemungkinan diundur adanyta."

Seketika Hongjoong mengerang, menatap tak percaya.  "The fuck? Diundur?"

"Ya." Nicholas agak terganggu dengan penataan bahasanya, tetapi memilih untuk tidak mempermasalahkannya. "Sekarang, behave, atau jika tidak, saya akan berdiam di sini."

Tak ingin ada gangguan, Hongjoong berdecak. "I'll stay, alright."

"Oke." Nicholas mengangguk lalu mengambil selangkah mundur. "Kalau begitu, saya akan kembali ke agensi. Ada persoalan lain, terkait kerugian dari kondisi Elvarino, yang sebenarnya bias saja dituntutkan pada kamu, jikalau Bu Vharlien Tjokro tak masih membelamu di depan umum."

"Oh, you don't know the story behind all of this."

Nicholas hanya tersenyum dan berbalik, pergi untuk menuju mobilnya yang terparkir di tepian jalan.

Dengan kesal, Hongjoong menutup kembali pintu.

Barulah, Mingi keluar dari kamar mandi luar, yang mana sebenarnya juga ia tengah bersembunyi--takutkan menjadi masalah. 

Hongjoong segera menatap Mingi, dan mengedik ke arah belakang. "Lo gak ke agensi?"

"Dua jam lagi."

Sebenarnya Hongjoong berniat untuk mengabaikannya setelah itu, tapi dirinya mendadak teringat sesuatu. Hongjoong membelokan langkahnya yang nyaris menuju dapur, untuknya mendekat ke arah sosok yang hanya berdiri menunggu tersebut. "Boleh gue minta tolong?"

"Sekarang lo butuh bantuan?"

"Tsk." Hongjoong berdecak.

Buru-buru, Mingi menyentuh lengannya dan mengangguk. "I'm your dog, after all."

"Bukan gitu, Gi." Hongjoong mendesahkan napasnya agak kasar, selagi ingin marah dan juga merasa bersalah. "Oke, fine, lo mau bantu gue atau gak? Karena gue gak mau pesan lewat telepon, gue gak mau menonjol. Di sisi lain, gue butuh melihat langsung."

"Iya, jadi lo butuh apa?"

Seketika Hongjoong merogoh dompetnya, mengalihkan tatapannya dari Mingi. "Gue butuh lo ke toko bunga, di Jalan Watihsara. Itu toko bunga langganan gue soalnya."

"Di jalan itu, toko bunga hanya satu memang?"

"Ya, posisinya samping toko buku." Ketika Hongjoong hendak mengambil selembaran uang, dirinya teringat sesuatu. Matanya agak melotot saat ingat bahwa pesan dari Soobin belum dibuangnya, dan sebelumnya disimpan samping obatnya. Hongjoong langsung mengangkat wajah, terlihat panik, dan menatapnya. "Gi? Waktu itu yang ngambil obat dari dompet gue--lo atau San?"

Mingi menjawab, tak butuh lama. "Gue."

"terus?"

Tentu saja, Mingi tak mengerti dengan lanjutan kalimatnya. "Terus apa? Ya... gue ambil obatnya, terus... gue kasihin ke lo."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang