Octagon 3 - 514 : Pintu Tertutup, Pintu Terbuka Pt. 4

238 25 36
                                    

Langkah kakinya tergesa nyaris tersandung, namun bagaimana dikata, walaupun para pihak medis memintanya untuk mundur, Winter tetap ikut berlari begitu tandu ambulans didorong setelah membawa Hongjoong keluar dari mobil sebagai penumpang secara cepat. Beruntung memang Universitas Badasa berada di posisi yang strategis. Jarak dua blok terdapat rumah sakit. Jadi secepat kilat, dengan keadaan Hongjoong sendiri masih sadar, dirinya bisa diselamatkan walau Winter sendiri harus terluka saat mencoba menolong.

Winter segera dihentikan oleh petugas medis lainnya, yang bersiap di Unit Gawat Darurat, walau menangis menjerit, ketakutan karena hal yang baru saja disaksikannya secara nyata.

Semua terjadi begitu cepat.

Hal yang mungkin sedikit membawa keberuntungan sekaligus kesialan adalah karena mereka sudah sangat dekat dengan permukaan tanah.

Beruntung karena dari sana, Winter bisa terus berteriak dekat dengan orang-orang.

Sial karena, dengan mudahnya, pelaku melarikan diri.

Winter berusaha menggapai-gapai angin, seolah memaksa ingin masuk, tapi dirinya tetap didorong keluar dan tirai dan pintu ditutup. Winter gemetaran, tak ada yang bersamanya saat itu kecuali salah seorang mahasiswa yang mengemudikan mobil dan membawakan Hongjoong kemari. Orang-orang lain mungkin penasaran hanya menonton--atau mungkin mereka mengekor, WInter tak tahu. Namun kenyataannya sekarang, Hongjoong terluka, dan Winter tak tahu harus berbuat apa.

Pakaiannya penuh darah--jejak darah.

Masih lengket dan basah.

Membuatnya merasa sangat mual.

Padahal Winter dan Hongjoong hanya saling bertatapan. Saling bicara dari tatapan bahwa keduanya ingin waktu bersama, tapi masing-masing masih saling menahan diri, untuk menghargai. 

Winter menghargai semua yang Hongjoong tengah berusaha lakukan untuk urusannya.

Mungkin Hongjoong menghargai Winter secara hati-hati, tak ingin buru-buru dalam hubungan itu.

Namun tiba-tiba entah dari mana, seseorang datang, wajahnya tertutup helmet full face, dan kemudian menusuk Hongjoong dengan sebuah pisau lipat, tepat di perutnya. Tubuhnya tinggi, jadi ketika WInter menjerit dalam keterkejutannya, sosok itu bisa dengan mudahnya untuk mendorongnya sampai terjatuh, dan nyaris menusukkan kembali pisaunya pada Hongjoong.

Saat itu Hongjoong bisa melawannya--menendangnya.

Walau kesulitan, karena posisi mereka benar berada di tanjakan, perpotongan lantai. 

Hongjoong sampai terpeleset ke bawah dan rupanya, walau ada CCTV di sekitar, siapapun yang tiba-tiba menyerang itu, sosok itu mencoba menyerang kembali.

Yang Winter pikirkan saat itu hanya mencoba menghentikannya.

Jadi sebenarnya Winter tak benar-benar sadar bahwa lengannya terkena sayatan dari pisaunya.

Entah bagaimana dikata jikalau Winter tak terus berteriak sampai tenggorokannya sakit dan napasnya seperti habis, mungkin seseorang yang baru akan keluar basement dengan mobilnya tak langsung keluar untuk membantu.

Di saat itulah, Hongjoong yang terjatuh, terlentang di atas aspal beton itu bisa terlepas dari siapapun yang langsung mencapai motornya dan kemudian melarikan diri.

Terakhir Winter melihat, Hongjoong masih sadarkan diri dan memintanya untuk tetap berada di keramaian. Winter tak mengerti, tapi sekaligus bisa mengerti. Jadi yang Winter lakukan setelah memaksa diri untuk tak disentuh pihak medis, yang menyadarinya terluka, pun dari sosok laki-laki di belakang tubuhnya--yang mengantar--yang memintanya untuk mengobati lukanya dahulu, Winter hanya berjongkok.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang