Octagon 3 - 497 : Lika-Liku Pt. 2

182 25 34
                                    

Ada satu keuntungan dari menjadi seseorang yang dianggap sangat hebat, tanpa mereka tahu cerita di baliknya. Satu keuntungan yang bisa dimilikinya, jikalau tak tahu bahwa di belakang sana, dirinya tersiksa setengah mati untuk mendapatkan segalanya.

Sehingga, Hongjoong memperkirakan dengan pertemuan rutin selama satu minggu, mungkin di hari Selasa atau Rabu, Jisun sudah berada dalam genggamannya.

Namun apa yang terjadi?

Ini baru hari pertama, tapi di dalam mobilnya, selepas sarapan tersebut—dan sedikit berkeliling kota membuang waktu—Jisun sudah berada di pangkuan Hongjoong, dan keduanya berciuman.

Sebenarnya Hongjoong tak mau memiliki banyak pertemuan bibir satu sama lain. Hongjoong memang menganut bahwa ciuman dapat membawa perasaan, walau dia juga percaya, jikalau dirinya tak tertarik, takkan terjadi apapun.

Ya, sebagai contoh, saat dengan para calon budaknya, Hongjoong tetap mencium mereka dan tak ada sedikit pun perasaannya tergerak. Selagi bersama Mingi, dikarenakan ia sempat merasakan kenyamanan, Hongjoong sangat mencoba mencegah adanya ciuman.

Hanya saja untuk kasus ini...

Hongjoong merasa berdosa karena sekarang dirinya telah memiliki kekasih. Ya, akhirnya, setelah bertahun-tahun tidak memiliki satu selepas SMA. Rasanya sulit untuk berpura-pura juga. Walau Winter telah tahu akan apa yang akan atau bisa dilakukannya, tetap saja, hal ini membuatnya terselubung perasaaan bersalah.

Tetapi ada kesempatan.

Hongjoong takkan membuangnya.

Jadi, tanpa membuat Jisun bingung akan yang dilakukannya, Hongjoong memilih memutus ciuman dan beralih ke lehernya. Satu tangan Hongjoong meremas helaian rambutnya, dari bagian kepala bawah, menyisirnya ke atas. Sembari dirinya bersandar pada jok mobil di kemudinya, pada mobil terparkirnya di tepi jalanan sepi—dekat perumahan tak dikenal—dan memulai memberikan hisapan-hisapan lembut di lehernya.

Tubuh Jisun yang kecil—bahkan lebih kecil dari Winter—terasa sangat ringan di pangkuannya. Mudah sekali untuk Hongjoong membantu memposisikan duduknya, menguasai dirinya.

Jisun sulit bertahan tanpa lenguhan dan desahan tipis, di mana Hongjoong nyaris berdecak menyadari bahwa ada sedikit basah mengenai celananya.

Bukan basah dari precum Hongjoong.

Jisun, hanya mengenakan rok pendek.

Bisa dipahami.

Sebentar.

Hongjoong benar-benar tak berpikir bisa dalam satu hari mengikatnya seperti ini. Apakah mungkin? Hongjoong bahkan belum benar-benar meminta izin walau Winter sudah tahu rencananya.

Tampaknya, Jisun benar-benar dalam masa rapuhnya, atau kesepiannya.

"Jisun..." Hongjoong berbisik, setelah mengapit lehernya saat itu. Hongjoong beralih ke bahunya, mengecupnya lembut, dan kemudian menggigit tali spaghetti dari atasan yang dikenakannya, sebelum kembali untuk menciumi lehernya.

Di posisinya menengadah tapi berusaha menoleh, Jisun menggigit bibir bawahnya dan malah menyamankan duduknya berulang kali—yang sebenarnya Hongjoong hapal, itu hanya akal-akalan siapapun untuk lebih menggesekkan tubuh mereka.

Akankah aneh jika justru Hongjoong yang bertanya,

"terlalu cepat?"

Tak terduga, Jisun menarik diri, untuk membawanya bisa menangkup wajah Hongjoong, agar bisa melihatnya. "Seharusnya... gue tolak atau gue terima...?"

Hongjoong terkesiap dengan jawaban itu, membuatnya merasa sedikit tak enak—sangat tak enak sebenarnya. "I'm sorry."

"No!" Nyatanya, Jisun juga bermaksud lain. "M-maksud gue... gue juga gak ada m-masalah sama ini, tapi gue takut... kalau sekarang dianggap murahan. Ta-tapi takut juga, kalau nolak dan... dianggap jual mahal..."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang