Octagon 3 - 431 : Perandaian Pt. 3

205 24 52
                                    

Hongjoong tak menduga, Seonghwa akan setuju untuk bicara padanya, setelah sarapan--di mana sang lelaki yang lebih tua beberapa bulan darinya itu ikut masuk ke kamarnya. Sejujurnya Hongjoong tak bisa menahan kekehannya sama sekali, bahkan sampai ketika dirinya memasuki ruang tidur, untuk diikuti oleh Seonghwa.

Tak bohong, rasanya ingin beristirahat.

Kedua matanya juga sangat lelah karena terus berkutat dengan layar atau kertas, sepanjang malam.

Namun Hongjoong yang menunggu, memberikannya waktu, segera mendudukkan diri di tepi kasur. Membiarkan Seonghwa berdiri menghadapnya, setelah sosok tersebut menutup pintu gesernya.

Entah mengapa harus ditutup.

Toh dalam kamar ini hanya ada mereka berdua, bukan?

"Langsung aja." Hongjoong mengedik, sembari sedikit memberikan pembukaannya. "Yunho memang tanya, kemarin, gimana kalau dia cium kamu. Aku jawab, selama ada mutual consent, bukan masalah. Tapi rasanya kita udah bicara tentang seks dan kalian berdua menolak mentah-mentah, sekarang kenapa tiba-tiba ada perubahan dalam satu malam?"

Seonghwa belum menjawab, masih memperhatikannya.

"Sange lihat Yunho basah-basahan di atas panggung? Atau waktu jilat gitar?"

"Bukan karena itu." Seonghwa menjawab cepat, sedikit menekan.

Hongjoong sadar, dan kemudian memundurkan posisi duduknya, menjadi lebih ke tengah kasur. "Ah, ya, silahkan. Kamu yang bicara."

"Sebelumnya, kamu yang bolehin kami?"

Kembali, Hongjoong terkekeh.

Seonghwa tak terima. "Kamu jangan berubah--"

"Mulai." Hongjoong langsung menertawakanya. Hongjoong memutar pandangan, mendapatkan bantalnya, dan kemudian membaringkan diri. "Anggap aja pembicaraan ini gak ada. Aku gak ada di sini untuk bicara tentang pembelaan kamu. Aku cuma tanya kenapa."

Tak ada jawaban lagi dari Seonghwa.

Maka dari itu, Hongjoong menarik selimut untuk dirinya sendiri. "Keluar, ya? Aku mau tidur."

"Kamu gak marah...?"

"Kamu hobi banget bikin aku marah?" Hongjoong sedikit melirik, sebelum menarik selimutnya sampai dada, dan memiringkan tubuhnya. "Aku gak mau marah--aku gak punya tenaga untuk marah. Di sisi lain, aku yang suruh? Ya? Kamu mau bilang itu? Aku di sini cuma sedikit kecewa."

"Karena sebelumnya aku dan Yunho sama-sama nolak?"

Hongjoong melirik tersenyum, lalu memilih untuk memejamkan mata. "Jangan lupa tutup pintunya lagi."

Tapi yang terdengar adalah decakan, sebelum Seonghwa naik ke atas kasur.

Refleks Hongjoong membuka kedua matanya--terkejut, tentu saja.

Bersamaan dengan Seonghwa, menyibak selimut dengan paksa dan kemudian membaringkan tubuhnya membelakangi Hongjoong. Seonghwa bahkan menarik tangan Hongjoong juga, secara paksa, ke arah perutnya untuk memeluk, sebelum dirinya menutupi tubuh keduanya dalam selimut tersebut.

Hongjoong masih kebingungan--padahal dari segala kemungkinan, ia tahu pembicaraan akan berakhir dengan perdebatan panjang.

Hanya saja saat itu berbeda.

Seonghwa memastikan bahwa mereka juga berbagi bantal, sebelum dia berbisik membalas. "Aku juga ngantuk. Gak tidur semalaman."

"Karena?" Hongjoong tak menahan untuk bertanya.

Dengan mata yang mulai terpejam, Seonghwa memastikan tangan Hongjoong terus memeluknya. "Bukan karena Yunho. Cuma mikirin, kenapa aku ngerasa lebih tenang dan lega setiap selesai nyakitin kamu."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang