Octagon 3 - 427 : Festival Ego Pt. 4

220 26 37
                                    

Sebenarnya butuh kekuatan dan keberanian sangat besar, untuk San melakukannya. Di saat San sendiri penuh rasa takut--takutkan Wooyoung mendengarnya dari orang lain. Sehingga, begitu mereka sampai ke Lotus--lebih dahulu dari pada yang lain--keduanya langsung berdiam di satu kamar.

Di dalam kamar San tepatnya, di mana dirinya yang memiliki lebih banyak kendali ruangan.

Hanya untuk... memberinya kekuatan lebih?

Karena San tahu, setelah dirinya membongkar pada Wooyoung, di atas kasur di mana keduanya duduk berhadapan tersebut, sang kekasih benar-benar menjatuhka rahangnya. San harus siap dengan reaksi apapun, yang terpenting, Wooyoung tak mendengarnya dari orang lain.

"Ya... kayak gitu... semuanya." San berhati-hati untuk mengimbuhi, di saat Wooyoung bahkan masih kesulitan untuk mencerna seluruhnya.

Wooyoung benar-benar dibuat terkejut tak percaya.

Sampai San menunduk, memainkan jemarinya sendiri, dalam kecemasan. "Aku... aku gak tau kenapa aku kayak gitu waktu SMP, Wooyoung. Aku cuma... kemakan keinginan buat terus banggain orang tua. Karena orang tua aku, gak ada satu pun yang paham agama, jadi mereka sekolahin aku di lingkungan gereja saat SD. Jadi masuk SMP... akh berusaha menerapkan semuanya... biar orang tua senang..."

"Tapi San..."

"Iya, iya, Wooyoung. Gak ada yang aku elak sama sekali." San semakin menunduk, semakin takut untuk menatapnya. "Aku nyakitin tiga temanku... ketiganya satu kelas. Salah satu pindah sekolah karena teman-teman ada di pihak aku dan ikut ngejek mereka--"

"Bukan ngejek, tapi kamu bully mereka!" Wooyoung memotong, dan langsung memalingkan wajah.

San agak tersentak, tapi ia memejamkan mata dan mengangguk. "Ya... ya... aku merundung mereka... dengan ejekan itu. Aku juga gak bermaksud, Wooyoung. Sekarang aku harus gimana? Aku takut... aku takut kamu benci aku..."

"Kamu seharusnya takut akan apa yang kamu buat pada mereka." Wooyoung membalas, ada helaan napas kasar, untuknya kemudian berucap lagi. "Sansan, liat aku."

San ragu untuk mengangkat wajahnya.

Namun Wooyoung merapat, dan kemudian menyentuh kedua tangannya. "San... lihat aku?"

Barulah, San mencoba untuk mengangkat wajahnya secara perlahan.

Dilihatnya, bagaimana Wooyoung menatapnya. "Kamu tanya aku kecewa? Aku jelas kecewa. Bahkan aku shock karena... kamu di mobil tadi baru bilang, kalau kamu pernah bayangin Seonghwa waktu masih sama Arin. Sekarang pun posisinya, kamu pacar aku, seorang laki-laki. Aku kaget, San. Tapi aku ingin kamu tau, yang harus kamu khawatirin selebihnya, bukan aku, tapi orang-orang yang kamu sakiti."

San dibuat bungkam, sama sekali mengatup rapat. 

"Mungkin bagi kamu sebatas ucapan doang, tapi bagi mereka?" tanya Wooyoung, dan mengeratkan genggamannya. "Aku pernah dirundung--kamu tau sendiri, sama anak-anak kampus, setelah kematian Yeonjun, 'kan?"

San menyembunyikan fakta bahwa Wooyoung nyatanya sekarang dilindungi.

"Kadang aku masih pikirin isi-isi pesan itu." Wooyoung tersenyum, tipis, hanya untuk menguatkan San. "Aku kecewa San, jelas. Tapi sekarang, kamu dengar sendiri, Gahyeon masih tuntut itu, berarti semua belum selesai, ya? Kamu harus selesaiin ini."

Tak bohong, San merasakan kedua matanya memanas. "Kamu gak akan ninggalin aku...?"

"Aku tuh gak akan pernah, San. Harus berapa kali aku bilang?" tanya Wooyoung, sedikit menekan. "Justru aku itu khawatir kamu yang bakal pergi--lihat rekam jejak kamu? Kamu bahkan gak suka hubungan antar laki-laki waktu dulu. Cuma di sini, aku ingin kamu jujur kayak gini, ya? Tolong sejujur ini, sesakit apapun."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang