Octagon 3 - 496 : Lika-Liku Pt. 1

179 28 26
                                    

Van Mij.

i miss you (⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠_⁠_⁠_⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠-̩̩̩⁠)
tapi semangat!!
i'll be fine (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

Sekilas membaca pesannya, Hongjoong tersenyum tipis. Ada sedikit kehangatan melihatnya, di mana dirinya bisa terbuka tanpa tekanan sedikit pun. Padahal sejujurnya, Hongjoong juga tak suka melakukan hal ini.

Belum Hongjoong membalas, seseorang yang duduk bersamanya, yang semula izin ke toilet itu akhirnya kembali. Sebelum dia pergi, pesanan mereka belum sampai. Sekarang, seluruhnya sudah tertata di atas meja, pada suatu restoran, untuk sarapan bersama di Minggu pagi, tanggal 20 Agustus tersebut.

Hongjoong tersenyum, menaruh satu ponselnya itu secara terbalik.

Tepat ketika Jisun, yang diajaknya saat itu, kembali sembari merapikan poninya. Jisun ikut tersenyum, menaruh tas kecilnya, dan kemudian menghadapnya sembari meringis pelan. "Maaf. Agak lama, ya?"

"No problem at all." Hongjoong menjawab dalam senyuman. "Justru gue mau terima kasih karena mau diajak bertemu mendadak kayak gini."

Jisun menyampirkan helaian rambutnya ke belakang telinga, sambil tersenyum malu. "Gue yang mau makasih. Kaget banget waktu Juyeon bilang lo mau ketemu gue. Soalnya, like, literally, we never talk before."

"Tapi gue sering lihat lo dulu. Apalagi setiap jemput Juyeon ke kelas untuk latihan." Hongjoong menjawab lagi. "Hebat, senang banget mimpin di kelas pun."

Tampak bagaimana Jisun tersipu, dan memerah. Jisun kemudian tersadar, menatapnya dengan sedikit tak nyaman. "Maaf loh kalau gue agak berantakan. Urusan kepanitiaan ini, hehe... jadinya-"

"Mata pandanya kelihatan memang." Hongjoong menyentuh bawah matanya sendiri, sebenarnya menunjukkannya pada Jisun. "Kelihatan, kentara. Kurang tidur banget, ya?"

Jisun terkejut sampai sedikit membulatkan matanya. "Lu-lumayan... tapi memang-"

"Istirahat sebisa mungkin." sambil mengatakannya, Hongjoong memasang wajah khawatir. Tak sedikit pun memutus kontak mata sama sekali. "Jaga kesehatannya. Puncaknya ada di minggu depan, tapi seenggaknya sudah mereda, 'kan?"

"I-iya... sebenarnya..."

"Sayangi badannya, ya? Jangan fokus urus orang lain, tapi diri sendiri gak diurus." ucap Hongjoong lagi, seolah semuanya nyata, dari hati. Tak benar-benar bohong, sejujurnya. "Mungkin lo terlalu mikir harus urus orang lain, sampai lupa kalau diri lo juga butuh diurus, ya?"

Jisun justru mematung, matanya berkaca-kaca.

Di sanalah Hongjoong tahu, waktunya memasukkan senjatanya. "Gue juga sering urus ini-itu sebagai ketua The Overload. Sulit memang, kalau lagi mode ketua, pasti rasanya ingin terus kuat. Tapi sebenarnya butuh sandaran, ya?"

"G-gue..."

"Mungkin karena di sini, gue ingin kenal lo lebih jauh," Hongjoong tersenyum padanya, selembut mungkin. "Kalau butuh sandaran, boleh sini ke bahu gue. Boleh ngeluh apapun. Pasti rasanya sesak, ya, sebenarnya?"

Air mata itu menggenang.

Hongjoong tahu, akan semudah itu, menyerang seseorang yang sedang lelah karena tekanan dan merasa kesepian.

.

.

.

"Menanti fajar di hadapan cakrawala? Berharap jua kembali, setelah melanglang pergi? Sungguh keterlaluan."

Sebenarnya Seonghwa mendengarkan, bagaimana Jungmo mencoba menghapal bagian-bagian dari naskah untuk pertunjukkan perdananya di hadapannya. Di mana di pagi itu, Seonghwa masih berada di tempat Jungmo, berada di atas kasurnya sembari diam dalam posisi tengkurap. Lantaran Seonghwa terfokus pada satu, kartu nama yang didapatkannya kemarin.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang