Octagon 3 - 516 : Kabar Tak Sampai

175 21 31
                                    

Sembari menahan napasnya, Changmin berusaha untuk tetap bersikap tenang dan tak terbaca. Posisinya selama ini aman, berada di Antara sekaligus di lingkaran dalam. Sehingga ketika pertemuan dadakan dari angkatan yang memang dekat dan berhubungan itu diadakan--dirinya, Hajoon dan juga Nicholas, Changmin benar-benar menahan dirinya.

Walau sulit, Changmin tentu khawatir setelah mendapatkan kabar bahwa Hongjoong masuk rumah sakit akibat penusukan.

Beruntung Universitas Badasa berada dekat dengan Rumah Sakit Luhur, sehingga dirinya bisa diselamatkan. Sayangnya, tak ada satu pun anggota lingkaran dalam di rumah sakit tersebut, sehingga tak ada satu pun dari mereka yang bisa mengecek ke sana, tanpa menimbulkan kecurigaan. 

Kecuali Nicholas sebenarnya.

Namun Nicholas sendiri masih kebingungan, lantaran satu hal.

Tiga orang itu bicara di halaman Rumah Sakit Jendela Hati, dalam keadaan langit sudah mulai dikuasai gelap malam.

"Sebagian pihak memang tahu kita memihak, tapi kita tak bisa menonjolkan kita memihak, selagi jelas, pihak dari Rastafara sendiri--keluarganya--yang membunuh anak dari Immanuel." Nicholas menjabarkan dari informasi-informasi yang telah diterimanya. "Toh, anaknya Immanuel yang menyakiti putri dari Prananto, bukan?"

"Maka dari itu." Changmin membalas. "Sekarang langkah kita pun terhambat. Immanuel dekat dengan Sadewa, pun Kantata."

Di posisinya berdiri, Hajoon agak memijat pelipisnya sembari mengerang tipis. Hajoon tahu setelah ini adalah waktunya untuk menghadap. "Saya butuh bertemu dua orang manusia dalam Nama Aman saya."

"Tenang, Norman." Changmin meliriknya, mencoba memberikannya pengertian. "Anakmu tengah tertekan. Kita juga tak tahu mengapa pihak atas bisa tahu bahwa anak kamu yang memberikan informasi pada Prananto, tapi jika tak salah, mereka memang mengadakan pertemuan privat. Di sisi lain, cobalah bayangkan, anakmu hanya ingin membantu."

"Saya tahu--saya hanya khawatir." Hajoon membalas kembali. "Kini Rastafara yang kena. Jikalau memang Prananto dan Immanuel saling membalas seperti ini, tak menutup kemungkinan Sadewa akan ikut turun, sebagai musuh bebuyutan. Sadewa memiliki, maaf, Ayah Anda, Tanah Keegan. Dan Kantata mungkin..."

Nicholas menggelengkan kepalanya. "Kantata... tak mungkin, dia sedang mendapatkan masalah juga. Kita berada dalam posisi saling memfitnah."

"Sepertinya Kantata akan tetap mengedepankan tugas keseluruhan dari pada masalah pribadi." jawab Changmin mencoba menganalis karakternya. 

Hanya saja Hajoon sedikit membantahnya. "Kantata memang tak menaruh siapapun di Nama Aman-nya, tapi percayalah, ketika terusik, dia tak akan tinggal diam."

"Permasalahannya bagaimana jika semua itu berada dari dalam kita?" 

Balasan dari Nicholas membuat Hajoon dan Changmin kembali menatapnya.

Nicholas sendiri menekan lidahnya pada pipi dalam, menahan apa yang tengah dipikirkannya. "Perubahan peraturan tentang perbudakan memang sangat sensitif. Kita semua tahu, ada banyak pihak dari kita yang mencari aman dengan menikahi budak. Adanya hal seperti ini terasa merendahkan bagi mereka, bukan? Hal seperti ini juga yang membuat beberapa pihak setuju mulai menyentuh pada budak atau keturunannya. Singkat cerita, kita sedang saling memfitnah. Percayalah."

.

.

.

Pukul 9 malam.

Tak bermaksud berlama-lama tapi mereka bicara cukup banyak, sehingga Mingi baru sampai di rumah Hongjoong kembali setelah memastikan Seonghwa tiba di rumahnya dengan selamat. Entah mengapa, tapi Mingi juga mulai merasa sedikit rileks, dari Seonghwa yang terus membuka percakapan dengannya, sehingga sedikit demi sedikit dirinya terlarut.

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang