Octagon 3 - 452 : Syarat Sarat Pt. 2

186 25 28
                                    

"Pastikan makannya teratur. Jangan kelelahan, dan obat yang tadi saya berikan, pastikan diminum juga, ya? Apalagi yang sebelum tidur. Untuk meredakan ketegangannya." Hyunyoung, saat itu di muka pintu, menjelaskan pada San yang mengantarnya untuk pulang setelah sekitar 2 jam berada di sini, menunggu Hongjoong sampai terbangun. Hyunyoung tersenyum dengan sangat lembut pada San, sebelum melanjutkannya. "Tadi maaf, kamu sampai harus bawa barang-barang saya dari mobil. Sekarang saya pulang dulu, ya? Mau kembali ke rumah sakit."

San mengangguk paham, "obatnya sampai habis, atau setelah habis minta surat dokter lagi untuk mendapatkan tambahan?"

"Jika debaran jantungnya meningkat berkelanjutan, hubungi saya lagi." jawab Hyunyoung, lalu tersadar sesuatu. "Ah, nomor, ya? Kamu minta saja pada Hajoon--maksud saya Dokter Norman kalau begitu?"

"Nanti Desan minta pada Papa saja."

Hyunyoung mendadak tersenyum--tapi mencoba menahan. "Ah, kamu memanggilnya Papa?"

"Ya?"

Segera Hyunyoung mengibaskan tangannya. "Ah, lupakan. Baik, kalau begitu saya pamit, ya? Pastikan dalam satu jam ini, ada makanan masuk. Tadi teman kamu bilang, pasien mengonsumsi alkohol sebelumnya, bukan? Isi dulu makanan, agar obat juga bisa dicerna. Walau, ya, sekarang kita harus berurusan dengan ginjalnya."

San kembali memberikan anggukan penuh pemahaman. "Baik. Mari saya antar ke depan."

"Tak perlu, di pintu saja." Hyunyoung membalas. Tangannya terangkat untuk menepuk bahu San, mengusap sekilas. "Kamu juga jaga kesehatan, ya?"

Sejujurnya San agak bingung untuk menangkap ini.

Hanya Hyunyoung berakhir dengan mengangguk sekilas, lalu berbalik untuk pergi. Berjalan menuju mobilnya yang terparkir di tepian jalan, lalu menoleh sekilas pada San dalam senyuman, sebelum masuk ke dalamnya.

San menunggu sampai benar-benar sang perempuan pergi, lalu menutup pintunya kembali. Segera San menuju ke arah dapur, untuk mencari apapun yang sekiranya bisa dimasak. Walau San juga tak percaya diri untuk memasak, mungkin mencarinya terlebih dahulu?

Selagi di dalam kamar, Hongjoong duduk bersandar di kasur, yang sebenarnya sudah ia tekankan pada dirinya sendiri untuk tak disentuhnya--kasur milik Jennie. Tapi bagaimana lagi, Hongjoong sudah meminta pindah pun, Mingi terus menahannya kuat, bahkan harus memberikannya ancaman bahwa dirinya akan menghubungi Checkmate dan mengatakan kondisinya jika tak menurut.

Jadi Hongjoong pasrah, dan hanya perlu bersiap untuk menjelaskan keadaan pada Jennie nanti.

Hongjoong dalam keadaan memejamkan matanya kembali. Diam, tak bersuara.

Namun sama sekali tak ada protes dari Mingi, yang hanya memperhatikannya, di tepi kasur.

Hingga mulai terdengar bisikan lemahnya. "Gue bilang sendiri, Gi. Kenapa harus ada San? Kenapa harus ada dokter?"

"Dokter tadi diutus langsung oleh Hajoon, Hongjoong." Mingi mencoba mengambil sebuah pembelaan dari sana. Walau, ya, tak benar-benar memperbaiki apapun.

Hongjoong sedikit mengernyit karena Mingi tak melanjutkan.

Karena memang, Mingi mengabaikan apa yang Hongjoong tanyakan di awal.

"Gi." Hongjoong membuka mata, setengah, dan meliriknya lemah. "Gue tanya, kenapa lo bawa San?"

"Kalau gak ada San, gue gak tau tadi harus gimana?" Nyatanya, walau Mingi kesal pada San, tapi dia memilih untuk membelanya. Alasannya? Agar tak ada pertengkaran. "Tolong jangan pikirin hal yang kayaknya gak penting itu. Lebih baik pikirin keadaan lo sendiri, oke?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang