Octagon 3 - 478 : Hari Orientasi Kampus Dua Pt. 7

186 28 45
                                    

Keluar dari kelasnya, Wooyoung mendapati San sudah menunggu untuknya. Wooyoung kala itu bergegas mendekat pada San yang tersenyum, di balik topinya, dan segera merapat secara bingung. Wooyoung agak meringis, untuk mengatakan apa yang hendak dikatakannya sejak tadi.

"Padahal semester lalu, aku ngerasa dimusuhi. Kenapa semua orang jadi baik, ya?"

"Hongjoong." San menjawab, tak ragu. San segera menyentuh pinggang Wooyoung dan mengajaknya untuk mulai melangkah, meninggalkan area ramai tersebut. "Anak-anaknya Hongjoong yang bikin demikian."

Wooyoung mengerjapkan mata, dan meringis pelan. "Termasuk yang... nyinyirin hubungan kita?"

"Memang ada?" tanya San.

Justru Wooyoung yang ingin bertanya. "Kita aja baru bisa barengan di kampus hari ini, karena masa ospek baru selesai kemarin. Kenapa mereka tau kita pacaran?"

"Oh, aku dong yang nyebarin." San menjawab dengan gemas sambil menepuk-nepuk pinggang Wooyoung dari belakang. Dalam langkah mereka, bermaksud ke parkiran yang cukup jauh dari Fakultas Musik--karena San memarkirkannya dekat fakultasnya sendiri--beberapa kali San tersenyum menyapa pada yang melihatnya. "Semua orang harus tau dong, kita pacaran."

Wooyoung tersentuh, tapi tak mau melunak sekaligus, karena San belum menyelesaikan tanggung jawabnya. Wooyoung bergumam, seolah tak mendapatkan efek dari ucapannya. "Paling kamu lakuin itu biar aku gak salah pahamin Ahin lagi."

"Aku stress mikirin itu, tau?" San menoleh, melihatnya dari samping yang tak membalas. Wooyoung hanya meremas tali ranselnya, selagi San melanjutkan ucapannya. "Kasusku, yang lagi kita permasalahin sekarang, pacarku dulu selalu merasa cemburu setiap aku malah berpaling ke orang baru. Sekarang banyak mahasiswa baru. Aku gak mau dong, kamu ngerasain yang pernah Gahyeon, atau Sihyeon rasain? Mereka sakit, aku sudah bisa paham itu sekarang."

Wajahnya memerah, sampai Wooyoung harus memalingkan wajah dan mengganti topiknya sesegera mungkin. Jika tidak, San bisa menggodanya. "Oke, kamu beneran udah gak ada kelas? Selain sore maksudku."

"Gak ada." San tersenyum, tahu bahwa Wooyoung tengah malu.

Wooyoung mengangguk pelan, dan mencoba bicara lagi. "Terus beres kita beli kado buat calon Mama kamu, untuk ulang tahunnya besok, kamu anterin aku pulang?"

"Karena kamu gak bawa motor, sesuai yang aku bilang, 'kan?" San mulai memeluknya di pinggang, dan berjalan dengan santai. "Kamu juga bilang udah gak akan ada kelas lagi, jadi mending pulang dan mungkin buka studio kamu? Dari pada bilang mau balik kampus cuma mau nungguin aku pulang?"

"Tapi--"

Seketika San langsung menatapnya lagi yang menoleh--sampai Wooyoung terkesiap melihatnya, sembari satu tangannya berusaha menurunkan lengan San, untuk tak terlalu mencolok dengan sekitar. "Dari penghasilan kamu per harinya, kira-kira, bisa nutup kalau kamu punya orang untuk dipekerjakan jaga studio? Sudah masuk kuliah, biar studio bisa tetap buka walau kamu ke kampus."

Muncul keresahannya, membuat Wooyoung sedikit teralihkan dari pelukan di pinggang itu. "Aku merasa belum cukup baik untuk memperkerjakan seseorang?"

"Literally, dia cuma terima tamu, bersihkan tempat, buka dan kunci--selesai?" tanya San, tak mendapatkan kebingungan dari sana. "Bayarannya per hari saja, atau per minggu."

Wooyoung mengerjapkan mata, membutuhkan saran. "Memang gak apa, ya? Gak mau banget kesannya kalau... jadi bos? Ew... sejenis itu."

"Kamu pasti ingin studio tetap jalan--kamu selalu menghawatirkan mereka yang hendak pesan tapi kamu sedang gak bisa? Jadi sekarang gak perlu khawatir lagi." San terkekeh kecil. Begitu gemas, tapi belum bisa bertindak terlalu. Takutkan Wooyoung merasa tak nyaman. "Kamu tau, kamu hebat udah mau bikin jasa sewa kayak gini. Berarti kamu mikirin ke depan, ya?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang