Octagon 3 - 509 : Parit Pt. 1

177 25 37
                                    

Dengan resah, Wooyoung melirik ke arah ponselnya sendiri.

Sudah jam 8 malam, sudah 1 jam lebih telat dari jadwal seharusnya makan malam mereka. Namun sampai sekarang, San masih tak ada kabar dan tak terlihat batang hidungnya. Selagi, tak ada pilihan, empat orang tersebut sudah makan malam lebih dahulu dan sekarang tenggelam dalam obrolan.

Jiwoong memang pencari topik yang handal.

Tak hanya bicara pada Yunho yang bisa aktif menjawab, Yeosang juga tetap diajak bicara sampai temannya itu terlihat nyaman bicara dengan orang yang baru dikenalnya.

Wooyoung sesekali ikut, hanya saja tak bohong, dirinya benar-benar cemas. Jadi Wooyoung memutuskan untuk berdiri, bersama ponsel di tangannya dan kemudian tersenyum samar pada ketiganya. "Sebentar, ya? Kalian bertiga ngobrol aja dulu, gue mau nelpon dulu."

"Pacar lo?" Jiwoong bertanya, karena tahu persis jamuan malam ini dibuat juga agar ia bisa bertemu dengan kekasih Wooyoung, tapi nyatanya, bukan Yunho atau Yeosang. "Ya, 'kan?"

Segera Wooyoung tersenyum dan beranjak pergi sambil pamit sekali lagi. "Bentar, ya..."

Hal itu membuat Yunho menarik fokus Jiwoong kembali. Ketiganya kembali mengobrol, tentang hal-hal seputar kuliah mereka, lantaran ketiganya memiliki jurusan yang sangat berbeda dan cukup kontras. Walau memang, Jiwoong tak tahu banyak karena jarang sekali masuk sampai dikeluarkan.

Sedangkan Wooyoung langsung mencoba menghubungi San pada nomornya, berharap bisa diangkat. Wooyoung melakukannya sesegera mungkin, karena rasanya begitu cemas jika tak mendapatkan kabarnya sama sekali.

Apa yang terjadi pada San sampai tak sanggung untuk mengiriminya pesan?

.

.

.

Setelah menepikan mobilnya, di belakang sebuah mobil lain pada titik yang diberikan, Hongjoong langsung keluar dan membanting pintu, untuk membuka pintu di bagian kemudi pada mobil hadapannya tersebut. Hongjoong langsung mendapati San melihatnya, meremas setirnya dengan jejak air mata kentara di wajahnya, pun dengan bagaimana bibirnya agak gemetaran.

Di sebuah jalanan sepi tersebut San merintih pelan.

Ada sebuah pengakuan yang harus dikatakannya.

"Hongjoong, semua salah gue..."

"Lo kenapa...?" Hongjoong bertanya dalam napas tertahan, pun khawatir adanya. "Ini tentang masalah lo? Masa lalu lo?"

San tak menjawab, hanya perlahan memberikan ponselnya pada Hongjoong dengan tangannya yang tremor. Setelahnya San kembali mencoba mempertahankan dirinya dengan meremas setirnya, ketika Hongjoong mencoba melihat apa yang San tunjukan tapi Wooyoung masuk dalam panggilan.

"San, Wooyoung nelepon lo."

"A-angkat dulu dan jangan kasih tau kondisi gue... t-tapi kasih tau gue gak bisa ikut makan malam. Bilang gue lagi sama lo... tolong..." San menekan tubuhnya ke depan, menahan sesak dan gemetar--juga air matanya yang mendesak ingin keluar lagi. San butuh bantuan akan hal terkait Wooyoung juga--San tak ingin Wooyoung tahu keadaannya. "Tolong, gue mohon j-jangan kasih tau Wooyoung... k-kalau gue lagi susah... sekarang..."

Walau sulit tapi Hongjoong menghargainya, sehingga ia mengangkatnya cepat, dan mendengar desahan lega dari seberang.

"San! San kamu gak apa-apa, 'kan? Kenapa gak ngabarin?"

"Hei, Wooyoung, ini Hongjoong." Hongjoong mencoba tenang, walau melihat San kini menghentakkan dahinya berulang pada setirnya--walau tak keras. "Oh, sorry gue angkat. San kayaknya gak sempat ngabarin lo kalau dia juga gak jadi ikut dinner. Cuma San lagi ada urusan sama Hajoon, dan kebetulan gue lagi sama Hajoon, so... yeah. Sorry."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang