Octagon 3 - 467 : Untuk Sebuah Maaf

196 26 30
                                    

Dari kampus--setelah makan siang bersama juga--San pamit pergi lebih dahulu dan tak ikut evaluasi. Bagaimana pun juga, pertemuannya dan Sihyeon tak bisa dibatalkan atau diatur ulang. Yang San katakan hanya urusan keluarga, walau, ya, teman-temannya tak tahu banyak tentang keluarganya--atau siapapun yang dimaksud.

Segera, sebelum jam menunjukan waktu yang ditentukan, San sudah sampai. Sekitar lima belas menit, dari pukul enam tepat. Bermaksud untuk mendapatkan kursi lebih dahulu, sebelum Sihyeon tiba.

San melepas topi, tapi tidak dengan kacamata hitamnya.

Tak ingin terlalu menarik perhatian sebenarnya.

Saat itu San menunggu, sambil memesan minuman--hanya soda--di sebuah restoran santai, yang dekorasinya sangat perempuan sekali. Tak masalah. Sihyeon mungkin hanya suka restoran yang jaraknya memang cukup jauh dari kampusnya.

Menunggu dan menunggu dengan minumannya sampai akhirnya tiba.

Dari arah pintu masuk yang terlihat dari kursinya di ujung, San melihat sosok perempuan yang terakhir kali dilihatnya saat kelulusan--walau sudah tak bicara lagi padanya. San langsung berdiri, mengangkat tangannya untuk mengambil perhatian, sampai sosok tersebut melihatnya dan mendekat.

San tersenyum, menunggunya tiba, sembari menahan diri untuk tak menarikan kursi untuknya.

Takut tak nyaman.

Juga... San sudah cukup, harus menahan agar tak semudah itu berbuat baik, takut memberikan salah arti.

San memanggilkan pelayan, agar Sihyeon bisa memesan. Tanpa melihat buku menu, Sihyeon telah memesannya dan San bisa menebak dengan jelas bahwa ia sudah terbiasa ke tempat ini. Jadi San tersenyum, setelah pelayan pergi, dan melihat bagaimana Sihyeon menaruh tas tangannya di atas meja.

Agak mengernyit, Sihyeon menatapnya.

Jadi San sedikit melepaskan kacamata, dan tersenyum tipis untuk berbohong. "Kena lemparan bola, kemarin saat ospek, jadi, yeah, mata gue agak bengkak juga." ucapnya sembari mengenakan kembali setelah memastikan Sihyeon melihatnya.

Sihyeon mengangguk, mencoba menerima. "Jadi, sibuk? Selalu sibuk dengan urusan di institusi?"

"Senang berbaur saja." San tersenyum lebar, menambahkannya. "Jadi, ya, lumayan."

"Tapi sehat?" Sihyeon bertanya, nadanya sebenarnya tak terdengar ramah, hanya lurus saja.

Walau begitu San tetap membalasnya dengan ramah. "Sehat. Lo sendiri? Ya... di Instagram sangat produktif memang. Senang lihatnya."

"Sehat kok. Ayah dan Ibu lo gimana?"

Seketika itu juga San terdiam.

Sihyeon menatapnya dengan kebingungan, sampai membuatnya agak memiringkan kepala. "Desan...?"

"Ah..." San terkesiap, tersadar dan kemudian menggelengkan kepala pelan. Ada kekehan canggung, tengah berpikri harus membuka atau tidak, yang berakhir pada satu keputusan darinya. "Ayah dan Ibu meninggal 2021 lalu."

Seketika itu juga Sihyeon terdiam--dengan pupil mata yang melebar.

San mencoba menyesap sodanya lagi, juga terkekeh kembali. "Santai aja. Gak apa. Gue memang gak update apapun juga waktu itu, cuma mau nelan sakitnya sendiri. Jadi kebanyakan teman-teman gue gak tau."

"Desan..." Sihyeon memanggil pelan, kali ini terdengar nadanya menjadi sedih. Sihyeon sampai menarik napasnya perlahan. "Desan, I'm sorry..."

"Sudah lumayan, sebentar lagi juga 2 tahun, di bulan Oktober." San kemudian mengangkat wajah begitu pelayan datang dan menaruh minuman Sihyeon di hadapannya. Sihyeon terlihat berterima kasih sekilas, bersama dengan San, sebelum keduanya kembali bertatapan--dan pelayan pergi. "Kita bicarakan tentang kita aja, ya?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang