Octagon 3 - 488 : Paradoksal Pt. 3

199 25 31
                                    

Sejak kepulangan mereka dari rapat seluruh alumni, Sarga langsungpulang ke rumah selagi Seungcheol membutuhkan waktunya lebih lama di perjalanan, dalam keadaan sangat marah. Seungcheol tak mengerti dan tak bisa membacanya, disaat orang-orang, termasuk beberapa ketua seperti Immanuel dan Arkana memberikan satu permohonan, dari sebuah peraturan inti mengenai keluarga dan juga perbudakan.

Adanya batasan untuk kini melakukan larangan terhadap anggota, terlebih ketua untuk menikahi budak, karena dapat mencoreng nama baik.

Dari seluruh point-point yang dirapatkan, dan didesak keputusannya, salah satunya adalah para anak budak akan melanjutkan perbudakan orang tua mereka setelah meninggal. Untuk ketua, semuanya adalah tergantung ketua masing-masing--ingin memberikan anak mereka atau tidak. 

Kini Seungcheol tak bisa membaca--apa Sarga ingin Suzy menjadi budak dengan peraturan ini?

Beban-beban itu bertumpuk, mengumpul menjadi satu.

Setelah masalah-masalah sebelumnya, inikah yang harus Seungcheol hadapi?

Dengan begitu marah, Seungcheol mempercepat laju mobilnya untuk bisa sampai di rumahnya. Seungcheol terengah-engah, padahal posisinya hanya duduk saja. Begitu tiba, Seungcheol berhenti depan pekarangan, keluar dari mobilnya begitu saja dan langsung menaiki anak tangga untuk masuk ke dalam rumah lewat pintu utama.

Seungcheol memperkirakan ke mana tempat seharusnya Sarga berada.

Perpustakaan.

Jadi Seungcheol masuk ke dalam, menuju titik di mana ia bisa menemukan Sarga, yang pada saat itu tengah membuka buku, memunggunginya secara miring, di balik meja bacanya. 

Napas Seungcheol tersengal.

Selagi Sarga membuka halaman bukunya, tanpa menoleh pada sang anak. 

"Ayah, saya bicara sebagai anak pada ayahnya sendiri." Seungcheol memulai, dengan sangat takut dan terluka. "Ayah, apa-apaan...? Sejak kapan mengajukannya? Mengapa tiba-tiba alumni menyetujui keputusan penambahan peraturan itu?"

"Kita harus terus berevolusi. Ada banyak cacat harus dibenarkan." Sarga menjawab, sambil membuka halaman lainnya--seperti tengah mencari sesuatu. "Agar tidak ada yang mengulang kesalahan, seperti orang-orang yang menikahi para budak, seperti Ayah."

"Kak Suzy adalah anak Ayah. Anak Ayah yang selalu Ayah banggakan, pada semua orang, pada semua relasi Ayah di industri ini..." Seungcheol menatap tak percaya, tapi harus menahan diri--kekhawatirannya juga jatuh pada Soobin.

Sarga mulai menarik kursi, untuk mendudukkan diri. Masih tak melihat ke arahnya. "Kamu pikir, Safina masih punya harga dirinya?"

Seketika Seungcheol tersentak.

"Anak macam apa yang memperlakukan Ayahnya sendiri di muka umum?" tanya Sarga kembali. Dalam satu detik setelahnya, Sarga mengangkat wajah, untuk menatapnya. "Anak macam apa? Kalian sudah kurang ajar sekali pada saya, yang memberikan kalian napas, kehidupan yang layak dan seluruh kemudahan kalian dalam hidup ini.

Seungcheol mengepalkan tangannya--masih panik dalam keadaannya. "Keputusan ada di Ayah... dan Ayah tak mungkin menyuruh Kak Suzy meneruskan perbudakan, bukan...? Ayah tak mungkin mau mencoreng nama baik Ayah, bukan? Tentu Ayah tak mungkin rela melihat anggota lingkaran dalam atau ketua lainnya, memakai anak Ayah sendiri, bukan...?"

Nyatanya Sarga kembali melihatnya dengan lurus, dan dingin, dan berucap tanpa pertimbangan apapun. "Saya bahkan tak punya anak lagi."

"Ayah!!" Tak tahan, tak bisa menahan diri sebenarnya, Seungcheol langsung memukul alas meja dengan kedua telapak tangannya. Seungcheol semakin terengah, pun berkeringat dingin, ketakutan akan nasib orang-orang yang dicintainya. "Dia Kak Suzy, Ayah! Dia anak Ayah! Ayah rela Kak Suzy hidup untuk memuaskan orang-orang--"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang