Chapter 30 : Flame Slayer Slash

8 2 0
                                    

”Apa maksudmu waktu bermain sudah habis ?,” tanya Javier.

”Seperti yang ku katakan, kali ini saatnya ku untuk serius” ucapku.

”Aku awalnya berniat untuk bermain-main saja dengannya. Jika dia hanya menggunakan serangan atau sihir sesuai dengan batas yang ditolerir di arena ini, harusnya tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi, aku terkejut saat dia menggunakan serangan yang sudah sangat fatal dan bahkan sihir tingkat tinggi sebelumnya. Walaupun itu tidak bermasalah untukku menghindarinya, tapi itu akan berdampak pada peserta yang lainnnya. Sihir pelindung yang digunakan di arena ini mungkin tidak akan sanggup untuk menahan sihir Javier lagi jika dia memutuskan untuk menggunakan sihir itu lagi. Makanya aku memutuskan untuk berhenti bermain-main. Yang membuatku heran ialah kenapa sensor bahayanya tidak berbunyi, berbeda dengan saat pengawas Alan menunjukkan serangan berbahayanya, sensor itu langsung berbunyi,” pikirku.

”Tetapi yang tidak aku mengerti, kenapa para pengawas itu malah memutuskan untuk memperkuat pelindung ini seolah mereka membantu Javier untuk menunjukkan kekuatan penuhnya dan disaat yang sama juga melindungi para peserta yang lainnya dengan memperkuat pelindungnya agar mereka tidak terkena serangan Javier. Dan yang memerintahkan mereka ialah Kepala Akademi,” pikirku lagi.

“Kekuatan Javier yang tidak wajar, sensor yang tidak berbunyi, sihir pelindung yang diperkuat dan kepala akademi, sepertinya semua ini saling berhubungan. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya, aku harus segera menyelesaikan pertandingan ini,” pikirku lagi.

”Waktu bermain sudah habis ? Apa selama ini kau cuma bermain-main saja melawanku ?,” tanya Javier.

”Itu benar,” jawabku.

”KAU B*J*NGAN, BERHENTILAH MERENDAHKANKU, B*NGS*T!!!,” teriak Javier kesal.

Javier mengangkat tangannya ke atas.

"~OH API YANG AGUNG, JATUHKANLAH PUING-PUING APIMU YANG MEMBARA UNTUK MENHANCURKAN LAWAN-LAWANKU~," teriak Javier yang kesal sambil membaca mantra

~FIRE MAGIC, METEORITE FIREWORKS~

Sebuah kembang api yang besar keluar dari tangan Javier dan meluncur ke atas. Kembang api itu pun meledak di atas dan serpihan-serpihan kembang api itu mulai jatuh. Meteorite-meteorite kecil itupun perlahan jatuh.

”Serangan ini lagi,” ucapku.

”Oh tidak, serangan ini lagi,”

”Apa yang harus kita lakukan ?,” ucap para peserta yang lain.

“Semuanya tetap tenang, jangan panik. Serangan itu tidak akan mengenai kalian,” ucap pengawas Alan.

”Para pengawas arahkan tangan kalian ke depan dan alirkan mana kalian ke tangan kalian,” lanjut pengawas Alan.

Para pengawas pun mengalirkan mana mereka ke tangan mereka. Sebuah cahaya terang muncul di tangan mereka, dan cahaya terang itu membentuk sebuah kotak besar yang menutupi arena itu.

”Jadi itu bentuk pelindungnya, awalnya tidak kelihatan karena transparan. Tapi sekarang terlihat jelas bentuk pelindung itu,” ucapku yang melihat para pengawas memperkuat pelindungnya.

”Tapi ini bukan saatnya untuk kagum melihat perisai itu,” ucapku yang melihat keatas.

Meteorite-meteorite itu mulai jatuh dan menghantam arena.

*DUARRR *DUAARRRR *DUARRRR *DUARRR *DUARRRRR

Bangunan itu pun berguncang kembali setiap meteorite itu menghantam arena. Meteorite-meteorite itu juga ada yang menyasar ke bangku penonton tapi segera meledak setelah mengenai pelindungnya. Pelindung itu pun tidak ada masalah sama sekali setelah terkena meteor itu.

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang