"Aku ingin kamu mengajariku sihir es agar sihir es milikku menjadi lebih kuat dari yang sekarang," ucap Irene.
"Mengajarimu sihir es ?," tanyaku.
"Iya," ucap Irene.
"Tapi sihir es milikku tidak terlalu kuat loh jika dibandingkan dengan sihir es milik keluarga San Lucia," ucapku.
"Aku tahu kamu berbohong soal itu, Rid. Padahal kamu bisa membekukan arena seperti itu dan lagi saat kamu memakai San Lucia Art di pertandingan tadi, dari melihatnya saja aku bisa tahu kalau kekuatan tebasan milikmu lebih kuat dari milikku. Jika aku yang menggunakan ~Freezing Air Slash~ ketika melawan putri Amelia, aku ragu kalau aku dapat mengalahkannya dengan tebasan itu. Oleh karena itu tolong ajari aku untuk memperkuat sihir es milikku," ucap Irene sambil membungkuk.
"Tunggu Irene, kamu tidak perlu melakukan itu," ucapku.
Aku mendekati Irene dan mencegahnya untuk melakukan itu tapi dia tidak bergeming dan tetap membungkuk.
"Haaahhh, baiklah jika kamu terus membungkuk seperti ini. Tapi izinkan aku menanyakan satu hal terlebih dahulu," ucapku.
Irene pun akhirnya melihatku.
"Menanyakan tentang apa ?," tanya Irene.
"Kenapa kamu ingin menjadi kuat ? Dengan permintaanmu yang ingin aku mengajarimu agar sihir esmu semakin kuat, itu berarti akan membuatmu menjadi lebih kuat dari yang sekarang. Kenapa kamu menginginkan itu ?," tanyaku.
"Dengan menjadi kuat, setidaknya aku tidak perlu khawatir untuk melindungi orang-orang terdekatku apabila sedang ada bahaya," ucap Irene yang langsung menjawab pertanyaanku tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Orang lain selalu menganggapku adalah orang yang kuat, tapi bahkan aku tidak pernah menang melawanmu saat latih tanding dan setelah kekalahan melawan putri Amelia, aku semakin yakin kalau aku ini masih sangatlah lemah. Mungkin menurut orang lain, menjadi anggota keluarga bangsawan adalah hal yang menyenangkan. Tapi nyatanya tidak seperti itu. Keluarga bangsawan selalu menghadapi ancaman darimana saja. Entah itu dari anggota keluarga bangsawan lain yang tidak suka dengan kehadiran keluarga kami atau dari pihak lainnya. Keluargaku juga seperti itu, kami bisa saja diserang oleh pihak yang tidak suka dengan keluarga kami. Karena itulah, aku ingin menjadi kuat agar aku bisa mengatasi ancaman seperti ini apabila nanti benar-benar terjadi. Aku tidak mau menjadi beban dari orang-orang di sekitarku," ucap Irene.
"Begitu ya," ucapku.
"Oleh karena itu, Rid. Aku mohon ajarkanku untuk memperkuat sihir es milikku. Sebagai gantinya, aku akan melakukan apa saja untukmu," ucap Irene.
Aku pun terdiam sejenak sambil memikirkan sesuatu. Lalu setelah itu, aku pun langsung menjawab permintaan Irene.
"Baiklah, aku akan mengajarimu untuk meningkatkan sihir esmu itu. Tidak hanya sihir esmu, aku akan mengajarimu cara untuk meningkatkan kapasitas manamu," ucapku.
"Terima kasih banyak, Rid. Sebagai gantinya, apa yang kamu mau dariku ?," tanya Irene.
"Tidak usah, lagipula kan kamu juga akan menjaminkan aku posisi penting di kerajaan dan terlebih lagi, setelah lulus nanti aku juga bisa langsung menjadi prajurit Duke San Lucia tanpa seleksi berkatmu," ucapku.
"Tapi itu kan karena kamu bersedia menerima permintaanku untuk menjadi pasanganku. Permintaan kali berbeda jadi aku juga harus menawarkan sesuatu yang berbeda," ucap Irene.
"Hmmm tapi aku tidak tau apa yang kumau lagi. Tidak diberi apapun juga aku tidak masalah," ucapku.
"Tapi itu akan membuatku merasa tidak enak...... Begini saja, sebagai ganti kamu mengajariku, aku akan membuatkanmu makanan setiap hari selama di akademi," ucap Irene.
"Hah?!," ucapku terkejut.
-
Sementara itu, di suatu tempat di akademi.
Putri Amelia terlihat sedang berbincang berdua dengan seseorang.
"Jadi kesepakatan apa yang kamu dapat setelah kalah dari Rid ?," tanya orang itu.
"Aku hanya disuruh untuk menuruti kemauan putri Irene yang berarti aku dan anak buahku tidak boleh melakukan kontak dengannya lagi selama di akademi. Tapi aku masih bisa untuk berkontak dengan Rid seperti mengawasinya ataupun yang lainnya. Tapi pengawasanku dan anak buahku terhadapnya terbatas karena aku tidak mempunyai anak buah dari tahun pertama," ucap putri Amelia.
"Jadi karena itu kamu menghubungiku untuk melakukan pengawasan terhadap putri Irene dan Rid ? Padahal sebelumnya kamu hanya memintaku untuk mengawasi Rid saja dan sekarang tugasku bertambah untuk mengawasi putri Irene juga. Aku tidak harus melakukan semua ini jika kamu menang melawan Rid, padahal kamu memiliki sihir penyembuhan tapi kenapa kamu tidak menggunakannya saat di pertandingan ?," ucap orang itu yang mulai marah.
"Karena akan percuma saja jika aku menggunakannya di pertandingan. Sebanyak apapun aku mencoba memulihkan diriku, aku akan selalu kalah oleh Rid," ucap putri Amelia.
"Itu hanya alasanmu saja agar kamu tidak mau bertanding lebih lama melawannya," ucap orang itu.
"Aku memang tidak menggunakan seluruh kekuatanku ketika melawan Rid karena aku takut ketahuan sebagai 'subjek' tapi aku menyadari jika aku menggunakan seluruh kekuatanku, aku tetap tidak akan menang melawan Rid. Bahkan walaupun kita berdua bersama-sama menyerangnya, aku yakin kalau kita akan kalah melawan dia. Yah kamu akan tau seberapa kuatnya dia kalau kamu melawannya. Padahal kamu itu temannya, kenapa kamu tidak pernah mencoba melawannya di pertandingan harian ?," tanya putri Amelia.
"Aku tidak tertarik melawannya," ucap orang itu.
"Yah terserah kamu saja. Pokoknya kamu harus membantuku untuk mengawasi mereka. Kamu harusnya ingat kalau ayahmu dan ayahku memiliki tujuan yang sama. Dan karena kita juga sama-sama 'subjek', bukannya wajar kalau kita harus saling membantu ? bukan begitu, Enzo ?," tanya putri Amelia.
Ternyata orang yang berbicara dengan putri Amelia adalah Enzo.
"Tch, baiklah. Ngomong-ngomong, apa kamu sudah membicarakan masalah ini dengan ayahmu ?," tanya Enzo.
"Ya. Setelah pertandingan, aku langsung bilang kepadanya kalau aku kalah melawan Rid. Dan beliau bilang kalau beliau akan segera membicarakan tentang ini ke ayahmu yaitu Duke San Angela dan juga Duke San Minerva. Sepertinya ketiga Duke akan segera bergerak untuk memburu Rid," ucap putri Amelia sambil tersenyum.
-
Kota San Quentine, kediaman Duke.
Terlihat seorang pria berkacamata sedang duduk di mejanya sambil memegang sebuah kristal yang sepertinya adalah kristal komunikasi.
"Aku tidak menyangka kalau putri Irene sedang berkencan dengan seseorang di akademi," ucap seseorang dari kristal itu.
"Aku juga tidak menyangka. Jika terus begini bukannya rencana kita akan gagal ?," ucap seseorang yang lainnya dari kristal itu.
"Kalian berdua tenang saja. Belum tentu juga kan hubungan mereka akan bertahan sampai mereka lulus. Tapi untuk jaga-jaga saja apabila hubungan mereka dapat bertahan sampai lulus, lebih baik kita singkirkan saja pasangan dari putri Irene," ucap pria berkacamata.
"Apa kamu ingin menyerang langsung akademi, tuan Remy ?," tanya seseorang dari kristal itu.
Nama dari pria berkacamata itu adalah tuan Remy, Remy Laterza San Quentine, Duke San Quentine saat ini.
"Mana mungkin aku melakukan tindakan seceroboh itu, tuan James. Jangan lupakan siapa yang sekarang menjadi kepala akademi. Wanita itu bisa langsung mengetahui apabila ada yang menyusup ke wilayah akademi," ucap tuan Remy.
Yang sedang berbicara dengannya saat ini adalah tuan James, James William San Angela, Duke San Angela saat ini yang juga merupakan ayahnya Enzo.
"Kita tidak perlu terburu-buru, masih ada 4 tahun waktu yang tersisa sampai mereka berdua lulus. Tapi kalau tidak salah, ujian terakhir di tahun pertama akademi dilaksanakan di tempat tuan Darwin ya ?," tanya tuan Remy.
Sementara itu, satu orang lagi yang berbicara dengan tuan Remy adalah tuan Darwin, Darwin Randall San Minerva, Duke San Minerva saat ini.
"Ya, itu benar. Mereka akan melakukan ujian di tempatku," ucap tuan Darwin.
"Kalau begitu, bisakah aku mengandalkanmu untuk 'mengurus' pasangan putri Irene ini ketika dia melaksanakan ujian di tempatmu ?," tanya tuan Remy.
"Baiklah. Ngomong-ngomong, siapa nama pasangan putri Irene ?," tanya tuan Darwin.
"Rid Archie. Dia mengalahkan Amelia dan membuat Amelia gagal untuk memenangkan taruhan dengannya. Dia juga yang mengalahkan Javier, salah satu 'subjek' kita saat ujian masuk akademi dan sekarang dia mengalahkan Amelia. Menurut Amelia, dia memang tidak bertarung dengan kekuatan penuh tapi kalaupun dia bertarung dengan kekuatan penuh, dia tetap tidak bisa mengalahkan Rid Archie ini," ucap tuan Remy.
"Jadi dia itu sangat kuat ya sampai bisa mengalahkan dua dari 'subjek' kita," ucap tuan Darwin.
"Ya, oleh karena itu aku ingin kamu memikirkan cara yang tepat untuk 'mengurus' Rid Archie ini ketika dia melakukan ujian di tempatmu. Kamu masih memiliki banyak waktu untuk memikirkannya," ucap tuan Remy.
"Baiklah, ngomong-ngomong bagaimana nasib Javier ? dia gagal untuk masuk ke akademi. Apa kamu sudah menyingkirkannya ?," tanya tuan Darwin.
"Tidak, aku masih memberinya kesempatan untuk kembali masuk ke akademi tahun depan. Tapi jika dia tetap gagal, aku akan menyingkirkannya dan mencabut jantung miliknya untuk diberikan ke orang lain," ucap tuan Remy.
"Bagaimana dengan penelitianmu yang lain ? apakah lancar ?," tanya tuan James.
"Tentu saja, penelitian ini adalah kartu as kita untuk mencapai tujuan kita. Penelitian ini tidak boleh gagal," ucap tuan Remy.
"Itu bagus," ucap tuan James.
"Kalian berdua juga, jangan lupa untuk menyelesaikan tugas kalian masing-masing," ucap tuan Remy.
"Tenang saja," ucap tuan James.
"Kamu tidak perlu khawatir," ucap tuan Darwin.
"Apapun halangan yang akan menghalangi rencana kita, halangan itu harus disingkirkan. ~Matchmaking Battle~ harus tetap diselenggarakan dengan putri Irene dan Amelia sebagai pesertanya. ~Matchmaking Battle~ adalah satu-satunya momen yang tepat karena semua bangsawan mulai dari Raja dan Ratu maupun bangsawan tingkat rendah pun akan berkumpul pada acara itu. Kita akan menjalankan rencana kita di acara itu.............kita akan memb*nuh semua keluarga inti San Lucia dan Yang Mulia Ratu di acara itu," ucap tuan Remy.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasyPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...